5 Saran Pakar Terkait Evaluasi PTM di Tengah Kenaikan Kasus Omicron

Lima hal yang dapat jadi pertimbangan tentang kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di situasi peningkatan kasus Omicron saat ini.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 25 Jan 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2022, 17:00 WIB
PTM 100 Persen di Depok
Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar pada hari pertama pembelajaran tatap muka di SMP 26 Depok, Depok, Jawa Barat, Senin (24/1/2022). Pemerintah Kota Depok mulai menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara penuh atau 100 persen mulai hari ini. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan lima hal yang dapat jadi pertimbangan tentang kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di situasi peningkatan kasus Omicron saat ini.

Pertama, pada 13 Januari 2022 lima Organisasi Profesi Dokter Spesialis (Anak, Paru, Penyakit Dalam, Jantung dan Anestesi) membuat surat ke 4 menteri sehubungan evaluasi proses PTM. Surat ini menyebutkan bahwa anak dan keluarga baiknya tetap diperbolehkan memilih PTM atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Dengan catatan, anak dengan komorbid memeriksakan diri terlebih dahulu, melengkapi imunisasi untuk dapat ikut PTM, serta mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah.

Simak Video Berikut Ini

Saran Berikutnya

Kedua, kasus COVID-19 belakangan terus meningkat, bukan hanya jumlah absolutnya yang sudah sekitar 3.000-an sehari, tetapi juga ada kecenderungan peningkatan angka kepositifan (positivity rate).

“Serta perlu pula menilai perkembangan angka reproduksi (reproductive number), yang semuanya menunjukkan potensi penularan di masyarakat, apalagi angka transmisi lokal varian Omicron juga terus meningkat,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis, Selasa (25/1/2022).

Ketiga, sebagaimana juga ditulis dalam surat 5 Organisasi Profesi Spesialis, maka anak dapat saja mengalami komplikasi berat yaitu Multisystem Inflammatory in Children Associated with COVID-19 (MIS-C).

“Dan bukan tidak mungkin juga ada komplikasi Long COVID. Pendapat para pakar beberapa negara, antara lain dari South Dakota Amerika Serikat, juga mulai membicarakan kemungkinan Long COVID pada anak.”

“Walaupun memang tentu perlu penelitian lebih lanjut. Tetapi kita tentu tidak ada yang ingin ada dampak seperti ini terjadi pada anak-anak kita.”

Selanjutnya

Keempat, penelitian di Afrika Selatan dengan data dari 56,164 pasien COVID-19 yang masuk RS, menemukan bahwa angka masuk RS (admission rate) anak di bawah 4 tahun ternyata 49 persen lebih tinggi pada Omicron dibandingkan Delta.

Data lain dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebutkan bahwa angka anak masuk RS meningkat di Amerika. Rata-rata 4,3 balita per 100.000 angka masuk RS pada awal Januari merupakan hasil peningkatan dari 2,6 per 100.000 pada pekan sebelumnya.

“Kalau dibandingkan dengan angka awal Desember maka ada peningkatan 48 persen, peningkatan tertinggi pada kelompok umur ini selama pandemi COVID-19.”

Kelima, ada daerah yang disebut "medan perang" pertama melawan Omicron. Sejauh ini sudah ada beberapa kecamatan yang masuk area tersebut.

“Jadi, setidaknya di zona merah dalam suatu medan perang maka baik kalau upaya perlindungan kesehatan ditingkatkan, termasuk evaluasi pelaksanaan PTM setidaknya dimulai di daerah-daerah itu,” tutup Tjandra.

Infografis Sekolah Gelar PTM Terbatas 100 Persen, Kriteria dan Persyaratannya

Infografis Sekolah Gelar PTM Terbatas 100 Persen, Kriteria dan Persyaratannya. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Sekolah Gelar PTM Terbatas 100 Persen, Kriteria dan Persyaratannya. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya