Liputan6.com, Jakarta - Pada zaman kuno, operasi tak seperti sekarang. Dulu, operasi berbahaya dan sangat menyakitkan. Hingga akhirnya sejumlah ahli bedah berusaha mencari cara untuk menghilangkan rasa sakit selama operasi.
Bahkan sekitar 80 persen kematian terjadi setelah operasi sebelum abad ke-19.
Baca Juga
Segala upaya dilakukan hingga akhirnya pada tahun 1846, dokter gigi Amerika William Morton menemukan solusi yang efektif. Yakni menggunakan gas untuk anastesi pasien, dan sejak itu era operasi modern tanpa rasa sakit dimulai.
Advertisement
Steve Parker dan tim penulis buku Medicine The Definitive Illustrated History menuliskan bahwa pada abad ke-2 CE, di China menggunakan hemp sebagai anastesi, sedangkan di periode Medieval dokter Arab merendam sleep sponges sebagai aromatik dan obat tidur, seperti mandragora dan opium.
Sedangkan pada abad ke-18, ahli bedah mencoba mengkompresi ekstrem pada saraf di dekat bagian tubuh yang dioperasi dengan menggunakan klem sekrup. Tapi cara ini sering menyebabkan pasien merasa kesakitan.
Pada tahun 1770-an, dokter Jerman Anton Mesmer memelopori mesmerisme, suatu bentuk hipnosis yang dapat mengurangi kepekaan pasien terhadap rasa sakit.
Â
Â
Gas untuk Operasi
Salah satu cara untuk menghilangkan rasa sakit selama operasi yakni dengan menghirup gas dan uap.
Pada tahun 1799, ahli kimia Inggris Humphry Davy mengamati efek bius dari nitrous oxide dan menyarankan cara ini bisa memberikan keuntungan selama operasi bedah.
Nitrous oxide ini sering disebut gas tertawa, yang selama beberapa dekade digunakan di pesta-pesta. Namun, gas ini oleh seorang dokter gigi di AS digunakan untuk bedah tanpa rasa sakit.
Pada tahun 1840-an dokter gigi Horace Wells dengan menggunakan tabung kayu, bereksperimen dengan nitrous oxide ke kandung kemih hewan. Ia bahkan mencabut salah satu giginya di bawah pengaruh nitrous oxide untuk membuktikan bahwa prosedur tersebut tanpa rasa sakit.
Namun, pada tahun 1845 demonstrasi yang dilakukan Wells di Boston gagal, karena pasien mengalami rasa sakit. Operasi ini dilakukan William Morton, mantan mitra gigi Wells dan Morton memutuskan untuk mencoba pendekatan yang berbeda.
Advertisement
Perkembangan Anastesi
Morton melakukan serangkaian operasi di bawah anastesi dengan menggunakan Eter.
Sebenarnya Eter sudah dikenal sejak abad ke-16 dan telah digunakan sebagai anestesi umum pada tahun 1842 oleh Crawford Long, seorang dokter umum dari Georgia. Namun, Long tidak mempublikasikan temuannya.
Morton pertama kali mencoba Eter pada dirinya sendiri, seekor anjing, dan beberapa asistennya, pada tanggal 30 September 1846. Morton melakukan pencabutan gigi pada seorang pasien Eben Frost, dengan menggunakan eter jenuh pada sapu tangan. Saat itu pasiennya merasa tidak sakit dan Morton jadi dikenal.
Dia diundang beberapa hari kemudian melakukan operasi pengangkatan tumor jinak dari leher pasien di Rumah Sakit Umum Massachuses. Pada saat itu ia telah menyempurnakan metode anastesi dengan menggunakan bola kaca berleher ganda, dengan udara masuk ke satu bagian yang kemudian melewati spons yang direndam eter untuk dihirup pasien.
Operasi itu dilakukan di depan kerumunan profesional medis dan berjalan sukses. Pada November tahun tersebut ahli bedah merasa cukup percaya diri dalam metode Morton dalam melakukan amputasi pada anak berusia tujuh tahun, yang menderita TBC lutut, di bawah pengaruh Eter.
Pada Januari 1847 anestesi mencapai Prancis, dan enam bulan kemudian operasi dilakukan di Australia. Namun, Eter tidak lagi digunakan, karena efeknya lambat dan sering menyebabkan muntah pada pasien.
Gas baru Chloroform yang dipelopori oleh dokter kandungan James Young Simpson, Profesor Kebidanan di Edinburgh, Skotlandia, pertama kali digunakan pada tahun 1847. Gas ini bertindak lebih cepat dan lebih lembut daripada Eter, dan pada tahun 1850-an menjadi metode populer untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan setelah perintis anestesi John Snow memberi Ratu Victoria Chloroform untuk dua kelahiran terakhirnya.
Selama paruh kedua abad ke-19, anestesi terus mengalami banyak penyempurnaan. Saat perkembangan gas dan rancangan masker serta pompa yang lebih baik, anastesi pada operasi lebih efektif.
Perkembangan luar biasa yang terjadi dalam anestesi pada abad ke-19 mengubah operasi, dan membuka jalan bagi operasi yang lebih kompleks pada abad ke-20 dan ke-21, terutama pada organ dalam.