Keluarga, Caregiver Ideal bagi Pasien Demensia

Caregiver atau pendamping/pengasuh berperan penting bagi pasien demensia.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Sep 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2022, 17:00 WIB
ilustrasi demensia
ilustrasi demensia (sumber: freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Caregiver atau pendamping/pengasuh berperan penting bagi pasien demensia. Dokter spesialis saraf Yuda Turana mengatakan, keluarga menjadi pilihan ideal sebagai caregiver orang dengan demensia (ODD).

"Melihat apa (pilihan) yang paling ideal sebenarnya berada dalam konteks masing-masing dari kita. Tempatkan di posisi kita terlebih dahulu. Kalau saya nanti suatu saat menjadi lansia, saya mau tinggal dengan siapa, dan yang merawat siapa. Pilihan itu pasti adalah keluarga. Prinsipnya, keluarga sudah menjadi pilihan utamanya, itu idealnya," ujar Prof Dr dr Yuda Turana, Sp. S, dilansir Antara.

Pengasuh atau caregiver profesional juga bisa dipertimbangkan dalam membantu merawat ODD, terutama dalam kasus demensia berat.

"Adanya caregiver profesional tentu bsia membantu di beberapa hal, termasuk dalam konteks pendampingan di kasus (demensia) yang berat, untuk membantu menurunkan beban dari keluarga pasien. Karena, persoalan demensia bukan merupakan persoalan individu, tapi ada juga keluarga yang mengasuhnya," jelas Yuda.

Beberapa aspek hubungan mungkin menjadi lebih sulit ketika demensia berkembang. Seperti kemampuan komunikasi orang dengan demensia dengan orang-orang di sekitar.

Meski demkian masih banyak elemen positif dari hubungan seperti kasih sayang yang akan tetap ada. Caregiver serta orang-orang di sekitar ODD mungkin merasa terbantu untuk tetap fokus pada aspek-aspek positif ini.

Namun, diakui, merawat orang dengan demensia bisa menjadi hal yang menantang hingga membuat frustrasi. Oleh karena itu, Yuda berpesan pada keluarga pasien yang menjadi caregiver untuk tidak lupa merawat diri sendiri dan tak enggak mencari dukungan maupun bantuan ketiks sudah merasa begitu lelah atau burnout.

"Support system group, baik untuk penderita demensia maupun caregiver pasti membantu," ujarnya. l

 

Ruang Berbagi untuk Caregiver Demensia

Disampaikan oleh Direktur Eksekutif Alzheimer'S Indonesia (ALZI) Michael Dirk R Maitimoe, asosiasi seperti ALZI mempunyai kegiatan rutin bagi caregiver untuk saling berbagi cerita dan saling memberi dukungan. Selain itu, tersedia juga konseling bagi caregiver yang mengalami burnout.

Menurutnya, terpenting bagi caregiver adalah mampu menerima dengan lapang dada.

"Selain itu, yang terpenting adalah mampu menerima dengan lapang dada. Ini sulit untuk dilakukan. Dan dengan menghadiri dan mendengarkan keluh kesah di pertemuan grup seperti itu, diharapkan caregiver akan menemukan insight pada dirinya sendiri yang akan membantunya dan membuatnya merasa bahwa mereka tidak sendiri dan mendapatkan dukungan," jelasnya.

Demensia pada Orang Muda

Meski pasien demensia umumnya berusia di atas 60 tahun, bukan berarti seseorang tidak dapat terdiagnosis Alzheimer sebelum memasuki usia tersebut. Bahkan, usia 30 tahun pun bisa mengalami demensia.

Fenomena demensia pada orang muda itu disebut Young Onset Demensia (YOD) atau Early Onset Demensia (EOD).

Ada beberapa faktor risiko dari fenomena tersebut menurut Michael.

"Ada yang baru berusia 30 tahunan sudah ada yang didiagnosa demensia. terdapat beberapa faktor, seperti faktor kesibukan, sehingga kita lupa untuk menstimulasi otak, dan otak menjadi tidak aktif dalam melakukan kegiatan keseharian," ujarnya.

Faktor Medis

Faktor medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, hingga kolesterol turut memicu risiko demensia pada usia muda. Gaya hidup yang tak sehat juga memegang peranan penting.

"Beberapa gaya hidup yang dapat memicu lahirnya demensia Alzheimer lebih dini antara lain kurang olahraga, kebiasaan minum alkohol, merokok, serta mengonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak jenuh dan gula, atau kurang bergizi bagi otak," jelas Michael.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya