Sudah Dapat EUA, Target Produksi Vaksin COVID-19 Indovac 20 Juta Dosis per Tahun

Bila kebutuhan naik, target bisa dinaikkan menjadi 100 juta dosis vaksin Indovac.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Sep 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2022, 15:00 WIB
Vaksin Covid-19
Ilustrasi vaksin Covid-19 yang dikabarkan menjadi penyebab cacar monyet. Credits: pexels.com by Anna Shvets

Liputan6.com, Jakarta Vaksin Indovac telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penerbitan secara resmi dilakukan di Gedung BPOM, Jakarta Pusat pada Jumat 30 September 2022.

Indovac adalah vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh PT Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine USA. Vaksin ini menjadi vaksin COVID-19 pertama yang diproduksi secara lokal sejak awal pembuatannya (dari hulu hingga ke hilir).

Menurut Direktur Operasi PT Bio Farma, M. Rahman Roestan, setelah izin ini dikantongi oleh pihaknya, maka proses produksi vaksin akan siap dilakukan.

“Rencana produksi, kapasitas per tahun untuk Indovac yang menggunakan platform teknologi rekombinan protein subunit ini existing capacity kita adalah 20 juta dosis per tahun,” ujar Rahman dalam konferensi pers BPOM, Jumat (30/9/2022).

Angka ini bisa saja ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan vaksinasi di Indonesia. “Jika nanti dibutuhkan untuk kontribusi secara global, kita nanti akan bertahap ke arah 100 juta dosis per tahun.”

Kontribusi vaksin di Indonesia memang bukan hanya di tingkat nasional. Indonesia juga sudah mendapatkan kepercayaan dari tingkat regional, kemudian untuk tingkat global.

“Jadi vaksin Indonesia ini siap untuk berkontribusi secara global.”

 

Vaksin AWCorna

Selain Indovac, BPOM juga telah menerbitkan EUA untuk Vaksin AWcorna. Vaksin COVID-19 dengan platform mRNA ini didaftarkan oleh PT Etana Biotechnology Indonesia (PT Etana) dan dikembangkan oleh Abogen-Yuxi Walvax, China.

Vaksin AWcorna membuka peluang Indonesia dapat memproduksi vaksin mRNA sendiri melalui proses transfer teknologi yang saat ini sudah mulai berjalan.

Menurut Direktur Utama PT Etana Biotechnologies Indonesia, Nathan Tirtana mengatakan bahwa pihaknya akan mengerjakan proses produksi dari awal sampai akhir

.“Untuk ke depan, untuk setiap kali pandemi kita akan bisa memproduksi vaksin. Artinya vaksin akan siap di setiap pandemi dalam waktu dua bulan, dengan teknologi kita bisa dengan cepat mengembangkan vaksin-vaksin baru.”

“Jadi di masa depan, apapun pandeminya, kami akan siap mengembangkan vaksinnya dalam waktu dua bulan,” kata Nathan dalam acara yang sama.

Dalam peluncuran tersebut, Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan bahwa ini adalah tahapan penting dalam penanganan COVID-19 di Indonesia.

"Pandemi belum selesai dan kita harus tetap memperkuat ketahanan tubuh kita masing-masing," ujar Penny dalam acara tersebut.

Penny menjelaskan, Indovac adalah vaksin yang merupakan pengembangan dalam negeri. Mulai dari praklinik, uji klinik fase 1, 2, dan 3 dilakukan di Bio Farma. Ini merupakan vaksin rekombinan subunit.

Sementara itu, AWcorna adalah vaksin yang dibuat dengan teknologi advance menjadi vaksin mRNA.Kedua vaksin ini telah mendapat fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Harapannya tentunya dengan setelah diterbitkannya EUA ini ada alternatif lain untuk menanggulangi COVID yang saya kira akan masih panjang," kata Penny

Tak hanya mencukupi kebutuhan vaksin dalam negeri, Penny juga berharap vaksin ini dapat membantu masyarakat global juga. Terlebih, masih ada ancaman mutasi COVID-19 yang bisa saja terjadi. 

"Semoga kita mencapai herd immunity dan keluar dari pandemi ini."

 

Memenuhi Standar dan Aman

Penny juga menegaskan bahwa vaksin Indovac dan AWcorna yang dikeluarkan di Indonesia sudah memenuhi standar internasional.

"Indovac hasil karya pengembangan dalam negeri dengan kerja sama peneliti AS sudah evaluasi keamanan dan mutu.

"Dari hasil uji klinik, efikasi Indovac tidak terkalahnya dengan vaksin subunit pembandingnya. Efikasinya mencapai 92,5 persen.

Vaksin ini akan diberikan dalam dua dosis sebagai vaksin primer. Tidak ada laporan kematian akibat vaksin ini dan keamanannya dapat dijamin.

"Efek samping ringan, berupa nyeri lokal dan myalgia."

Dari aspek mutu, vaksin ini memenuhi persyaratan Internasional. Sudah memenuhi standar peroduksi obat yang baik dan dapat digunakan oleh kelompok usia 18 ke atas. Sedangkan, untuk penggunaan booster dan pada anak, masih dalam proses penelitian.

Sedangkan, vaksin AWcorna memiliki efikasi 83,58 persen. Angka ini didapat setelah melalui proses evaluasi. Sedangkan untuk Omicron, vaksin ini memiliki efikasi 17,17 persen.

"Keamanannya dapat dapat ditoleransi baik oleh tubuh. Efek sampingnya ringan dan yang paling sering adalah demam, nyeri, fatigue, bengkak, dan sakit kepala."

Vaksin ini bisa digunakan sebagai booster heterologi dan sebagai vaksin primer untuk usia 18 ke atas. Yang istimewa dari vaksin ini adalah dari aspek penyimpanannya. AWcorna dapat disimpan di suhu 2-8 derajat Celsius. Berbeda dengan vaksin mRNA lainnya yang memerlukan penyimpanan di suhu minus 70 derajat Celsius.

"Artinya bisa disimpan di lemari es biasa, tak memerlukan teknologi tinggi untuk penyimpanannya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya