Liputan6.com, Jakarta Hari Idul Adha merupakan salah satu momentum peningkatan rezeki peternak dengan penjualan hewan ternak. Syaratnya, hewan ternak yang dijual harus sehat dan terbebas dari penyakit termasuk bebas dari Lumpy Skin Disease (LSD) alias cacar sapi dan kerbau.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat, Supriyanto, LSD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang utamanya menyerang hewan ternak sapi.
Baca Juga
"Penyakit ini cirinya adanya benjolan pada kulit sapi," ujar Supriyanto dalam siaran persnya, Bandung, Sabtu, 17 Juni 2023.
Advertisement
Supriyanto mengatakan LSD hanya menyerang sapi dan kerbau karena hewan tersebut merupakan spesies yang paling rentan tertular LSD virus (LSDV).
Virus tersebut memiliki reseptor spesifik pada sel dalam tubuh sapi yang menyebabkan virus dapat masuk dan bereplikasi di dalam tubuh.
"Hewan lain kemungkinan tidak memiliki reseptor spesifik yang dibutuhkan oleh virus untuk menginfeksi sel secara efektif. Sapi merupakan host utama dan paling rentan terserang LSD, spesies lain seperti kerbau air dan ruminansia liar. Namun, kambing dan domba dilaporkan resisten terhadap infeksi LSDV," ucap Supriyanto.
Menurut Supriyanto, penyakit ini menyebabkan timbulnya benjolan atau bintik-bintik pada kulit hewan yang tertular.
Tandanya diawali dengan bintik-bintik tersebut kecil dan keras, tetapi secara bertahap tumbuh ukurannya dan menjadi lembut serta berisi cairan.
"Kulit di atas bintik-bintik tersebut dapat menjadi merah, membengkak, dan akhirnya mengalami ulserasi, yang kemudian dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder," kata Supriyanto.
Kerugian Gegara LSD
Supriyanto menjelaskan LSD dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan karena menurunkan produksi susu, penurunan berat badan, menurunkan fertilitas, dan kematian dalam kasus-kasus yang parah.
Supriyanto memaparkan bahwa LSD tidak lebih berbahaya dibanding dengan dampak PMK. Sebab, PMK memiliki tingkat penularan lebih tinggi, lebih cepat, dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi baik secara domestik maupun internasional (perdagangan ternak dan produk hewan).
"Sapi yang terinfeksi LSD dapat diberikan obat untuk mengurangi gejala penyakit seperti demam dan nyeri pada kulit. Pengobatan ini dapat membantu sapi untuk mempercepat pemulihan dan meningkatkan daya tahan tubuhnya," jelasnya.
Supriyanto
Advertisement
Kasus LSD di Jabar
Supriyanto menyatakan bahwa kasus LSD terdeteksi sudah masuk Jawa Barat. Terdapat satu kabupaten dan kota Zero Reported Case (Kota Bandung), dan 9 kabupaten dan kota memiliki kasus aktif di bawah 50 kasus.
Supriyanto menuturkan lima kabupaten dan kota memiliki kasus aktif di bawah 50–100 kasus, 12 kabupaten dan kota memiliki kasus aktif tertinggi.
Antisipasi yang sudah dilakukan Pemerintah Jawa Barat ucap Supriyanto, adalah melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) ke masyarakat serta Dinas Kabupaten dan Kota, serta melakukan upaya-upaya untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi LSD.
"Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat juga telah mendistribusikan obat-obatan dan desinfektan untuk digunakan di kabupaten dan kota se-Jawa Barat," tutur Supriyanto.
90 Ribu Vaksin LSD Siap Disuntikkan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerima 90 ribu dosis vaksin LSD dari Kementerian Pertanian yang telah didistribusikan ke kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Untuk tenaga vaksinator di Jawa Barat terdapat 917 petugas yang terdiri dari 282 orang medik veteriner, 362 orang paramedik veteriner, dan 273 orang inseminator.
Supriyanto menyatakan, untuk menekan kasus LSD, pihaknya telah melakukan pengawasan lalu lintas ternak yang masuk ke wilayah Jawa Barat, yaitu dengan melakukan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan klinis oleh petugas pada ternak yang melewati check point Jawa Barat.
"Kita juga telah melakukan distribusi vaksinasi dari Provinsi Jawa Barat ke kabupaten dan kota se-Jawa Barat dengan menjaga rantai dingin, petugas provinsi dapat mengantarkan ke kabupaten dan kota atau petugas kabupaten dan kota mengambil ke provinsi," jelas Supriyanto.
Supriyanto menjelaskan dosis yang didistribusikan sebanyak 74.600 dari 90 ribu dosis yang telah diterima, dan hingga saat ini distribusi masih berlangsung.
Advertisement
Aman Dikonsumsi Enggak?
Supriyanto mengatakan daging sapi yang pernah terserang LSD aman untuk dikonsumsi apabila karkas dan organnya normal atau tidak menunjukkan perubahan. Apabila daging mengalami kelainan, dilakukan penyayatan dan pemisahan.
Jika organ dari hewan menunjukkan adanya infeksi sistemik seperti pembesaran kelenjar, pendarahan di berbagai organ, adanya perubahan warna menjadi kekuningan maka daging tersebut tidak layak untuk dikonsumsi dan harus dimusnahkan.
"Kita juga meminta peternak dapat berhati-hati saat membeli ternak baru, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada petugas kesehatan hewan setempat sebelum me-lalu-lintas-kan hewan," tutur Supriyanto.
Peternak juga perlu untuk menjaga kebersihan sekitar kandang, memperhatikan asupan makan dan air minum ternak, serta memperhatikan kesehatan ternak. Peternak dapat segera melaporkan apabila menemukan gejala ternak yang sakit ke petugas kesehatan hewan setempat.
Supriyanto mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu ragu untuk berkurban. Menurutnya, pilih ternak yang sehat dan memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan yang ditandatangani oleh dokter hewan setempat.
Untuk ternak sapi, masyarakat dapat memilih ternak yang memiliki penanda telinga (ear tag) penandaan nasional dan untuk kambing dapat memilih ternak yang memiliki tanda sehat.
"Masyarakat dapat melaksanakan kurban sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 34 Tahun 2023 tentang Hukum dan Panduan Pelaksanaan Ibadah Kurban saat Merebaknya Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) dan Antisipasi Penyakit Peste Des Petits Ruminants (PPR) pada Hewan Kurban," terang Supriyanto