Banyak Warga Cianjur Belum Melek Stunting, BKKBN Kerahkan Tim untuk Jelaskan Bahayanya

Tim pendamping keluarga dikerahkan BKKBN untuk mengedukasi masyarakat soal stunting dan bahayanya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Jun 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2023, 16:00 WIB
Banyak Warga Belum Tahu Soal Stunting, BKKBN Kerahkan Satgas PPS dan Pendamping Keluarga untuk Sebarkan Edukasi
Technical Assistant Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting (TA Satgas PPS) Kabupaten Cianjur Endah Sabandiah soal stunting, Bogor (24/6/2023). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Indonesia termasuk di Cianjur masih banyak yang belum mengetahui apa itu stunting.

Hal ini disampaikan Technical Assistant Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting (TA Satgas PPS) Kabupaten Cianjur Endah Sabandiah.

“Pastinya masih banyak (yang belum tahu stunting), dan itu perlu kita akui memang kondisi ini masih perlu waktu dan proses,” kata Endah dalam Media Gathering bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Bogor, Jumat (24/6/2023).

Maka dari itu, tim pendamping keluarga dikerahkan untuk mengedukasi masyarakat. Di Cianjur, lanjut Endah, ada 5.724 orang pendamping keluarga. Rata-rata, satu tim pendamping mendampingi sekitar 150 kepala keluarga (KK).

“Yang harus dilakukan adalah pendampingan pada keluarga berisiko, di antaranya calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, dan ibu yang memiliki anak bawah dua tahun (baduta) dan bawah lima tahun (balita).”

Agar Stunting Tak Jadi Istilah Asing

Salah satu tugas pendamping keluarga adalah penyuluhan soal stunting agar tak menjadi istilah yang asing. Penyampaian materi dilakukan sedemikian rupa agar materi stunting misalnya terkait bahayanya dapat tersampaikan dengan baik.

“Biasanya kalau sudah disampaikan tentang bahayanya mereka mau mendengar dibanding dengan menyampaikan bahwa stunting itu gagal tumbuh dan ini ini ini…”

Masalah lain yang masih ditemukan di masyarakat adalah soal pola asuh dan pola pikir dari orangtua. Ini juga menjadi salah satu penentu terjadinya prevalensi stunting di satu wilayah. Hal-hal seperti ini yang kemudian diperhatikan oleh pendamping keluarga.

“Kalau pun kami (Satgas Stunting) tidak bersentuhan secara langsung dengan sasaran, kami dibantu oleh tim yang ada di lapangan (pendamping keluarga). Mereka yang sekarang terus melakukan proses pendampingan tersebut,” jelas Endah.

Pendampingan Calon Pengantin

Pendampingan Calon Pengantin
Banyak Warga Belum Tahu Soal Stunting, BKKBN Kerahkan Satgas PPS dan Pendamping Keluarga untuk Sebarkan Edukasi termasuk pada calon pengantin. (unsplash.com/@jeremywongweddings)

Lebih lanjut, Endah menjelaskan salah satu pendampingan yang harus dilakukan tim pendamping keluarga adalah pendampingan calon pengantin (catin).

Pendampingan catin dilakukan tiga bulan sebelum prosesi pernikahan dan minimal diberikan dua kali. Dalam pendampingan ini, catin diedukasi soal stunting dan bahaya pernikahan dini.

“Edukasi dilakukan rata-rata di tingkat posyandu, itu tingkat paling dekat. Selain itu, pendamping keluarga juga melakukan kunjungan langsung (ke rumah-rumah).”

Lawan Stunting dengan Kecimpring

4 Upaya Lawan Stunting di Cianjur, Kecimpring hingga Cau Panjang
Technical Assistant Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Cianjur Endah Sabandiah menyebutkan berbagai upaya dan gerakan yang dilakukan untuk atasi stunting di Cianjur, Bogor (23/6/2023), Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Edukasi stunting dari akar rumput juga diperkuat dengan pengembangan program salah satunya Kegiatan Cerdaskan Ibu untuk Menurunkan Persentase Stunting (Kecimpring).

“Ini merupakan kegiatan yang bertujuan mencerdaskan ibu balita dengan cara meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam mewujudkan tumbuh kembang baduta yang optimal. Sehingga, persentase balita stunting menurun,” kata Endah.

Program Kecimpring merupakan salah satu kegiatan intervensi pencegahan stunting. Di dalamnya terdapat upaya kolaborasi lintas program di Puskesmas Ciherang, seperti:

  • Kesehatan ibu anak (KIA)
  • Gizi
  • Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
  • Promosi kesehatan (Promkes).

Serta, Kolaborasi lintas lintas sektor seperti:

  • Kepala desa
  • Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
  • Kader posyandu
  • Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (BKBP3A)
  • Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kecamatan.

Program Kecimpring Dibagi dalam 2 Kelas

Ilustrasi anak stunting
Ilustrasi anak stunting. (Photo created by rawpixel.com on www.freepik.com)

Kecimpring dibagi menjadi 2 kelas kelas usia yakni kelas 0-11 bulan di Desa Sukajadi dan kelas 12-23 bulan di Desa Ciherang. Masing-masing terdiri dari 10 orang balita beserta ibunya.

Jadwal kelas selama empat hari, dengan metoda pendidikan orang dewasa (POD) melalui ceramah, brainstorming, praktik, dan tanya jawab.

Pada kelas usia 0 - 11 bulan pembelajaran yang diberikan yakni soal pemberian air susu ibu (ASI) di hari pertama. Hari kedua soal imunisasi dan penyakit. Hari ketiga soal makanan pendamping (MP) ASI. Dan hari keempat soal tumbuh kembang.

Sedangkan, kelas usia 12 - 23 bulan pembelajaran yang diberikan adalah soal cara merawat gigi di hari pertama. Hari kedua soal MP ASI, hari ketiga soal tumbuh Kembang dan permainan. Hari keempat soal penyakit anak.

Infografis penurunan angka stunting di Jawa Tengah
Infografis penurunan angka stunting di Jawa Tengah yang berdasarkan perhitungan elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM). (Sumber: Pemprov Jateng)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya