Sudah Terhubung Lagi, WHO Ungkap RS Al-Shifa Tak Bisa Beroperasi karena Kehabisan Pasokan Listrik dan Air

Dirjen WHO menyoroti bahwa selama tiga hari terakhir, RS Al-Shifa mengalami kekurangan listrik dan air serta sambungan internet yang buruk sehingga tidak bisa memberikan perawatan penting.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 13 Nov 2023, 08:46 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2023, 08:38 WIB
Anak-Anak Palestina
Dokter Palestina merawat bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit Al Aqsa, Deir el-Balah, Jalur Gaza, Minggu (22/10/2023). (AP Photo/Adel Hana)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (Dirjen WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pihaknya telah bisa kembali terkoneksi dengan Rumah Sakit Al-Shifa.

Tedros mengatakan, RS Al-Shifa di Jalur Gaza tidak dapat lagi beroperasi sebagai fasilitas medis karena meningkatnya fatalitas pasien.

"Dengan sangat menyesal, rumah sakit tersebut tak bisa berfungsi lagi sebagai rumah sakit. Dunia tidak bisa hanya diam sementara rumah-rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat aman, berubah menjadi lokasi kematian, kehancuran dan kesedihan," tulis Tedros di media sosial X (dulu Twitter) pada Minggu, 12 November 2023.

Dirjen WHO itu lalu menekankan situasi "mengerikan dan berbahaya di rumah sakit tersebut. Dia menyoroti bahwa selama tiga hari terakhir, fasilitas kesehatan itu mengalami kekurangan listrik dan air serta sambungan internet yang buruk. Kondisi tersebut menghambat kemampuan rumah sakit memberi perawatan penting.

Sementara jumlah pasien meninggal di RS Al-Shifa meningkat signifikan, dilansir Anadolu Ajansi. Tedros pun mengulangi seruannya agar gencatan senjata dilakukan di wilayah kantong Palestina tersebut.

Sebelumnya, tentara Israel mengatakan siap mengevakuasi bayi-bayi dari rumah sakit terbesar di Gaza itu pada Minggu, tapi pemerintah Palestina mengatakan banyak warga masih terperangkap di dalam rumah sakit dengan dua bayi baru lahir meninggal dunia dan puluhan lainnya juga berisiko karena padamnya listrik akibat pertempuran sengit di area sekitar rumah sakit.

Al-Shifa dan rumah sakit lain di Gaza utara, yang menjadi fokus perang Israel selama sebulan untuk menyapu bersih Hamas dan membebaskan sandera yang ditahan oleh militan, hampir tidak mampu merawat pasien.

Ada semakin banyak orang terluka setiap harinya akibat pembomban sengit Israel

 

 

Hamas Bantah Keterkaitan dengan RS Al-Shifa

Kemarin, Hamas telah membantah bahwa pihaknya menolak 300 liter bahan bakar dari Israel yang ditujukan untuk penggunaan medis di Rumah Sakit Al Shifa.

“Tawaran tersebut meremehkan rasa sakit dan penderitaan pasien yang terjebak di dalam tanpa air, makanan, atau listrik. Jumlah ini tidak cukup untuk mengoperasikan generator rumah sakit selama lebih dari tiga puluh menit,” Hamas menambahkan dalam sebuah pernyataan, dilansir Channel News Asia.

Pernyataan itu juga menambahkan bahwa Hamas tidak terkait dengan manajemen rumah sakit Al-Shifa, "dan (Hamas) juga bukan bagian dari struktur pengambilan keputusannya. (Rumah sakit) sepenuhnya tunduk pada otoritas kementerian kesehatan Palestina."

Tembakan Israel Tidak Langsung Kena ke Rumah Sakit

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al-Qidra mengatakan dari RS Al-Shifa kepada Reuters bahwa tembakan Israel tidak mengenai rumah sakit tersebut secara langsung dalam semalam namun "meneror pejabat medis dan warga sipil".

Ketika ditanya tentang tawaran evakuasi bayi-bayi oleh Israel, Al-Qidra mengatakan: "Kami belum diberitahu tentang mekanisme apa pun untuk membawa bayi-bayi tersebut ke rumah sakit yang lebih aman. Sejauh ini kami berdoa untuk keselamatan mereka dan tidak kehilangan lebih banyak bayi."

Korban Tewas Serangan Israel Lebih dari 11 Ribu Jiwa

Israel telah melakukan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza – termasuk terhadap rumah sakit, tempat tinggal dan rumah ibadah – sejak kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023.

Sejak itu, jumlah korban tewas dalam serangan Israel yang saat ini terus berlangsung telah melampaui 11.100 orang, termasuk lebih dari 8.000 perempuan dan anak-anak, kata kantor media pemerintah di Gaza pada hari Minggu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya