Liputan6.com, Jakarta - Gangguan mental rentan dialami calon legislatif (caleg) yang mencalonkan diri tapi tanpa tujuan jelas, sebut psikiater sekaligus Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional DR Dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ.
Terlebih jika caleg tersebut mengalami kekalahan dalam pemilu.
Baca Juga
"Tapi kalau caleg mencalonkan diri tapi tujuannya tidak jelas, kemudian kalah, pasti kecewa berat,'' ucap Nova, Senin, dilansir Antara.
Advertisement
Banyak pasien yang pernah gagal saat mencalonkan diri sebagai caleg kemudian terlilit hutang atau kecewa berat hingga depresi dan mengakhiri hidup, kata Nova.
Tidak sedikit pula caleg yang mencalonkan diri hanya untuk tujuan kekuasaan ataupun materil dan berujung kekalahan. Jika caleg mencalonkan dengan tujuan yang baik atau benar-benar ingin berjuang untuk negeri, menurut Nova akan memeperkecil kemungkinan masalah mental yang dialami.
Tak sedikit calon legislatif kalah suara akhirnya berobat ke psikiater, kata Nova, menyatakan bahwa mereka tidak bisa menerima kekalahan. Bahkan tidak hanya caleg yang berobat, keluarga hingga tim sukses mereka pun tak jarang ikut mengalami stres hingga gangguan kesehatan mental akibat kekalahan tersebut.
"Semua kembali ke intensi atau tujuan dari calegnya, kalau intensinya memang kompetisi sehat, tujuannya jelas, punya visi-misi dan lain sebagainya, saat kalah atau menang itu akan sama seperti di kontestasi lainnya," jelas Nova.
Â
Mempersiapkan Mental, Modal Utama Caleg
Mempersiapkan mental sebelum dan sesudah terjun ke dunia politik adalah modal utama bagi para pemimpin dan calon legislatif. Menanamkan jiwa untuk siap kalah adalah sebuah keharusan.
Di samping membutuhkan modal yang besar, daftar calon tentu tidak sebanding dengan jumlah kursi yang tersedia. Untuk itu, Nova menganjurkan para caleg untuk mempersiapkan mental sematang mungkin guna mengikuti dinamika Pemilu 2024 yang akan datang.
Hingga saat ini, sejumlah rumah sakit di berbagai daerah juga telah mempersiapkan berbagai kamar dan layanan untuk menangani caleg gagal pada pesta demokrasi mendatang.
Advertisement