Liputan6.com, Jakarta - Kasus lumpuh layu (Acute flaccid paralysis/AFP) akibat polio kembali ditemukan di Indonesia.
Dua kasus infeksi virus Polio tipe 2 ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada Desember 2023, sedangkan satu kasus lainnya di Jawa Timur pada 4 Januari 2024.
Baca Juga
Terkait penemuan kasus ini, epidemiolog Dicky Budiman memberi penjelasan bahwa poliomielitis atau polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Virus ini membuat otot menjadi lumpuh, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Advertisement
"Virus ini menyerang sistem saraf dan menyebabkan radang pada sumsum tulang belakang," kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Senin 8 Januari 2024.
Dia menambahkan bahwa ada tiga jenis virus polio, yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung lewat kotoran dari orang yang terinfeksi dan dapat pula melalui droplets atau cipratan liur.
"Secara historical (sejarah), penyakit polio ini sebetulnya sudah lama sekali, sudah puluhan ribu tahun, tapi pemahaman tentang penyakit polio ini baru diperoleh di abad ke-20. Salah satunya dengan dikembangkan vaksin polio oleh Jonas Salk pada 1955," kata Dicky.
Vaksin polio juga telah dikembangkan di Indonesia, lanjutnya. Bahkan, vaksin polio ini sudah diekspor ke berbagai negara di dunia.
Program Eradikasi Polio Dunia
Lebih lanjut Dicky mengatakan bahwa sebetulnya program melenyapkan atau eradikasi polio di dunia sudah dimulai sejak 1988 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Dan, ini sudah mengurangi kasus polio di dunia. Namun, ya belum selesai. Dan untuk diketahui, polio adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih berstatus Public Health Emergency International Concern (PHEIC). Jadi dia masih dalam kewaspadaan global," katanya.
Dengan kata lain, lanjut Dicky, PHEIC tidak harus selalu tentang pandemi tapi juga penyakit yang bersifat epidemik seperti polio.
Pola Penyebaran Polio
Terkait pola penyebarannya, polio dinilai lebih mudah menyebar di Indonesia. Terutama di daerah padat penduduk dengan sanitasi yang buruk.
“Pola penyebaran polio di Indonesia tentu relatif lebih mudah karena padat penduduk dengan sanitasi yang buruk. Nah, secara global pun sebetulnya ini masih terjadi pada negara-negara miskin terutama yang cakupan vaksin polionya sangat rendah,” ucap Dicky.
Sementara, negara-negara maju umumnya sudah dinyatakan bebas dari polio. Sayangnya, Indonesia masih sangat tertinggal dan masih sama dengan negara yang relatif miskin.
“Sebetulnya kita pernah mencapai status bebas polio, kalau tidak salah tahun 2014. Tapi yang liar ini masih ada, itulah sebabnya ketika ada satu saja kasus itu akan dikatakan sebagai KLB (kejadian luar biasa).”
Advertisement
Tak Lepas dari Dampak Pandemi COVID-19
Kembalinya kasus polio menurut Dicky tak lepas dari pandemi COVID-19.
“Tentunya ini tidak bisa lepas juga dari situasi pandemi (COVID-19) di mana di masa pandemi program vaksinasi rutin polio ini terganggu, tidak bisa diberikan. Dan diperberat dengan adanya teori konspirasi, hoaks terhadap vaksin dan ini menyebabkan KLB di beberapa tempat.”
Tak terlaksananya vaksinasi rutin memicu penurunan cakupan proteksi pada anak-anak.
“Nah, mengatasi KLB itu ya mau tidak mau harus ada revitalisasi program vaksinasi polionya. Kampanye massal untuk meningkatkan cakupan vaksinasi selain juga tentu meningkatkan sanitasi dan kebersihan lingkungan supaya menurunkan risiko penularan,” pungkasnya.