Tidur Siang Sejenak Bisa Bantu Tubuh Lebih Kuat Jalankan Puasa Ramadhan

Bila ada waktu untuk tidur siang pendek atau qailulah, maka tidur siang akan mengeluarkan hormon Leptin yang bantu perut merasa kenyang.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Mar 2024, 04:21 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 15:00 WIB
Tidur Siang Sejenak Bisa Bantu Tubuh Lebih Kuat Jalankan Puasa Ramadhan
Tidur Siang Sejenak Bisa Bantu Tubuh Lebih Kuat Jalankan Puasa Ramadhan. (Photo created by katemangostar on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta Pola tidur memiliki kaitan dengan energi tubuh saat menjalankan puasa Ramadhan.

“Tidur siang sejenak akan mendukung kekuatan ibadah puasa di siang hari," kata Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cilacap sekaligus apoteker dan peneliti di bidang farmasi, Ustaz Yuhansyah Nurfauzi melansir NU Online, Selasa (19/3/2024).

"Namun, problem akan muncul bila di siang hari seseorang bekerja keras sehingga tidak memiliki kesempatan untuk tidur siang sejenak,” lanjutnya.

Bila ada waktu untuk tidur siang pendek atau qailulah, lanjutnya, maka tidur siang akan mengeluarkan hormon Leptin.

“Hormon Leptin yang keluar saat tidur siang menimbulkan efek kenyang. Dengan demikian, tidur siang sejenak saat puasa Ramadhan akan memperkuat seorang muslim menyelesaikan rangkaian puasanya pada hari itu hingga waktu berbuka.”  

Bagi yang tidak punya kesempatan untuk tidur siang, istirahat terbaik adalah menyegerakan tidur setelah tarawih dan witir. Tidak begadang setelah tarawih dan bergegas tidur malam dengan niat bangun di sepertiga malam terakhir juga akan menguatkan tubuh untuk puasa di esok harinya.  

Pola istirahat seperti ini bila dirutinkan akan mengurangi total waktu tidur harian selama Bulan Ramadhan tetapi tidak akan mengganggu kualitas istirahatnya.  

Pola tidur atau waktu istirahat ini telah dibahas dari kacamata Islam dalam Thibbun Nabawi. Thibbun Nabawi adalah perkataan atau perilaku (hadis) Nabi Muhammad SAW terkait dengan kesehatan dan kebersihan.

Penelitian Soal Pola Tidur Saat Ramadhan

Berkurangnya waktu tidur harian saat Ramadhan pernah diteliti oleh tim peneliti gabungan dari Maroko dan Perancis.

Penelitian itu menyimpulkan bahwa pada saat Ramadhan, proporsi tidur tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) meningkat, sedangkan tidur tipe Rapid Eye Movement (REM) berkurang.

Peneliti menjelaskan, tidur terdiri dari dua keadaan fisiologis, yaitu tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM) dan tidur dengan gerakan mata cepat (REM). Pada siklus tidur NREM terjadi tidur yang sangat nyenyak sehingga tidak mengingat apapun termasuk mimpi. Sedangkan tidur REM disebut juga dengan tidur aktif karena dicirikan dengan gerakan mata yang sangat cepat dan aktivitas otak yang tinggi.

Perubahan Pola Tidur Berkaitan dengan Berubahnya Jadwal Makan

Penelitian menyebutkan bahwa perubahan pola tidur ini dikaitkan dengan perubahan jadwal makan kaum muslimin saat berbuka dan sahur.

Sahur secara rutin akan mengubah pola makan yang semula lebih siang dengan mengawalkan waktu sarapan sebelum terbit fajar.

Karena itu, reaksi tubuh setelah makan yang biasanya terjadi siang hari akan maju menjadi pagi hari. Akibat perubahan pola makan ini, di siang hari orang lebih mudah mengantuk. Maka dari itu, tidur sejenak di siang hari menjadi hal yang dapat membantu.

Berdasarkan Konsep Thibbun Nabawi

Berdasarkan konsep Thibbun Nabawi, aktivitas tidur akan meningkatkan kelembapan dan mendinginkan tubuh.

“Logikanya apabila waktu tidur harian berkurang, maka reaksi tubuh cenderung ke arah panas. Namun, fenomena meningkatnya tidur NREM pada kaum muslimin yang berpuasa Ramadhan sebagaimana diungkap oleh para peneliti mampu menstabilkan suhu tubuh sehingga mampu menghindarkan tubuh dari panas berlebihan,” jelas Yuhansyah.

Konsep Thibbun Nabawi tentang aktivitas tidur yang dapat mendinginkan tubuh ternyata selaras dengan yang terjadi pada meningkatnya tidur NREM selama Ramadhan. Bila orang memerhatikan waktu istirahatnya dengan baik pada bulan Ramadhan, meningkatnya tidur NREM akan memberikan pemulihan dan ketenangan secara menyeluruh pada tubuh.

Hal itu ditandai dengan suhu tubuh dan tekanan darah yang menurun serta napas menjadi teratur dan lambat. Tidur yang tepat juga akan mendukung pola diet yang baik.

Tidur yang cukup (bagi orang dewasa berkisar antara 5-6 jam) akan mengaktifkan hormon pertumbuhan yang bertanggung jawab dalam mengatur distribusi nutrisi.

“Artinya, zat gizi berupa protein, lemak, dan karbohidrat akan digunakan secara optimal dalam proses pembentukan dan perbaikan jaringan serta organ tubuh,” (Azhar, Cara Hidup Sehat Islami, [Bandung, Tasdiqiya Publisher: 2015], halaman 244).  

 

Kiat Tidur Menurut Thibbun Nabawi

Salah satu tips dalam Thibbun Nabawi dalam mengatur waktu istirahat di malam hari adalah cepat tidur agar cepat bangun. Konsep ini relevan untuk diterapkan di bulan Ramadhan karena ada rangkaian sahur di sepertiga malam terakhir yang dilaksanakan secara rutin.

Supaya tidak melewatkan sahur, seorang muslim perlu berusaha untuk bangun lebih awal meskipun waktu tidur malamnya secara keseluruhan berkurang. Orang yang tidur malam lebih awal dan membiasakan bangun di sepertiga malam terakhir juga akan memperoleh keutamaan berupa kebiasaan baik bangun malam.

Aktivitas selain sahur seperti qiyamullail akan lebih mudah dibiasakan seiring hari demi hari Ramadhan dilalui. Puncaknya di 10 hari terakhir, kondisi tubuh akan lebih adaptif untuk memperbanyak ibadah untuk menyambut malam Lailatul Qadar.  

“Meskipun terjadi penurunan jumlah jam tidur, secara keseluruhan pola makan yang berubah akan mengompensasi pola istirahat dengan cara yang unik. Karena itu, kaum muslimin akan tetap memiliki energi yang prima untuk menjalani rangkaian ibadah di bulan suci,” pungkas Yuhansyah.

Infografis Journal
Daftar Kalori Makanan Berbuka Puasa (Liputan6.com/Trie Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya