ASI Tak Hanya Baik untuk Bayi, Tetapi Juga untuk Ibunya

Pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau cairan kepada bayi selama enam bulan pertama akan menyelamatkan nyawa 30.000 lebih bayi

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 05 Jul 2013, 15:33 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2013, 15:33 WIB
susu-bayi130116c.jpg
Pemberian ASI (Air Susu Ibu) tanpa tambahan makanan atau cairan kepada bayi selama enam bulan pertama akan dapat menyelamatkan nyawa setara lebih dari 30.000 anak Indonesia setiap tahunnnya.

"Sebaiknya bayi diberi ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga bayi berusia minimal dua tahun dengan tambahan makanan mulai enam bulan sesuai dengan usia anak," kata Staf Ahli United Nations Children Education Fund (UNICEF) dr. Utami Roesli di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Jumat (5/7/2013).
    
Program Training Edukasi Laktasi Bagi Karyawan yang diselenggarakan Bank BCA tersebut mendapat dukungan dari UNICEF, dimana bank tersebut memberikan donasi sebesar Rp850 juta kepada UNICEF.

Utami Roesli mengatakan, sebaiknya bayi diberi ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga bayi berusia minimal dua tahun dengan tambahan makanan mulai enam bulan sesuai dengan usia anak.
    
"Hal ini juga akan mendukung kekebalan bayi sehingga terhindar dari penyakit diare, dan penyakit kanker,"  katanya.
    
Menurut dia, pemberian ASI sampai dengan usia dua tahun  dengan tambahan makanan pendamping ASI dapat  membantu pertumbuhan anak-anak untuk mencapai potensi mereka secara optimal.
    
"Pemberian ASI bukan saja untuk kesehatan bayi namun memberikan kesehatan pula bagi ibunya," katanya.
    
Ditanya Ibu yang mempunyai sakit kanker boleh menyusui, ia mengatakan, ibu boleh saja memberikan ASInya kepada bayi, asalkan ibu tersebut tidak meminum obat penyakit tersebut.
    
Namun kalau ibu tersebut sudah memakan obat penyakit kanker, maka diharapkan jangan memberikan ASI, ujarnya.
    
Mengenai ibu yang puasa saat memberikan ASI, menurut dia, ibu bayi itu boleh saja puasa, karena ibu tersebut tetap mendapat makanan pada pagi hari saat sahur, dan makan siang saat buka puasa dan ditambah makan malam.
    
"Dengan demikian bayi akan terhindar dari infeksi, memperoleh nutrisi yang baik dan kesehatan ibu juga tetap terjaga," ucapnya.
    
Sementara itu, Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia, Angela Kearney mengatakan, di Indonesia hanya 15 persen yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan. Dan hanya 41 persen dari anak usia enam sampai 23
tahun mendapatkan asupan gizi sesuai rekomendasi kesehatan.
    
"Banyak sekali ibu menyusui yang berhenti menunaikan kewajibannya karena mereka tidak dapat menggabungkan antara bekerja dengan menyusui, dan sejumlah lainnya yang berhenti bekerja dengan alasan manajemen membatasi penyimpanan dan pembelian ASI," katanya.
    
Ia mengatakan, mendukung para ibu untuk menyusui di tempat kerja merupakan hal yang mudah. Perusahaan hanya perlu menyediakan waktu dan ruang yang diperlukan bagi seorang ibu untuk memerah ASI dan menyimpannya untuk diberikan kepada bayinya saat kembali ke rumah.
    
Duta Nasional UNICEF, Fery Salim mengatakan, ibu yang bekerja baik di dalam maupun di luar kantor tetap bisa memenuhi kewajibannya menyusui dengan adanya dukungan dari lingkungan sekitar.
    
"Ibu yang melahirkan wajib memenuhi hak bayi mereka dengan memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama, karena kegiatan menyusui buah hatinya harus tetap terjaga," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya