Makan Ikan Tuna Cukup Dua Kali Seminggu, Kenapa?

Laut Jakarta yang semakin kotor, membuat ikan kebanyakan terkontaminasi racun yang berbahaya. Bagaimana menyiasatinya?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Jul 2013, 09:30 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2013, 09:30 WIB
ikan-tuna-130715b.jpg
Ikan memang baik dikonsumsi. Selain berprotein tinggi, beberapa jenis ikan kaya omega 3, vitamin dan zat lainnya yang menyehatkan. Tapi laut Jakarta yang makin kotor membuat ikan terkontaminasi zat berbahaya seperti logam merkuri.

Hal ini ditanggapi serius oleh Yayasan Gema Sadar Gizi yang juga Pengurus PDGKI Dr. Tirta Prawita Sari, MSc, Sp. GK. Menurutnya, ikan di laut Jakarta memang berbahaya. Tapi yang perlu diketahui, ikan yang ukurannya besar, seperti tuna atau hiu secara alamiah akan memproduksi merkuri dalam tubuhnya.

"Secara alami ikan laut berukuran besar seperti tuna akan memproduksi merkuri. Artinya, disarankan untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan," jelas Tirta, ditulis Selasa (16/7/2013).

Sebelumnya disampaikan bahwa merkuri dapat ditemukan pada air laut berkonsentrasi rendah. Merkuri ini kemudian diserap oleh alga. Alga akan dimakan ikan. Karena ikan dapat dengan mudah menyerap merkuri, dan sangat lamban mengeluarkan kotorannya. Maka semakin besar ikan, makin banyak merkuri yang terakumulasi secara alamiah di tubuh ikan.

Untuk mengurangi risikonya, Tirta menyarankan, Anda yang senang makan ikan, Anda boleh mengonsumsinya tidak lebih dari dua atau tiga kali seminggu. Sisanya, Anda boleh makan ikan kecil seperti ikan kembung, ikan teri atau ikan selar.

(Fit/Abd)













POPULER

Berita Terkini Selengkapnya