Festival Saras Jiwa, Ajak Masyarakat Hapus Stigma Sosial ODDP di Yogakarta

Festival Saras Jiwa merupakan rangkaian peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Yogyakarta

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 14 Okt 2022, 18:20 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2022, 18:15 WIB
Festival Saras Jiwa
Minitalkshow dan peluncuran buku di Festival Saras Jiwa Jumat(14/10/2022) (Liputan6.com/Anugerah Ayu)

Liputan6.com, Sleman Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2022 yang jatuh pada 10 Oktober, Pusat Rehabilitasi YAKKUM bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kab. Sleman, Ikatan Psikolog Klinis (IPK) DIY serta dengan dukungan Australian Aid melalui CBM Australia menyelenggarakan Festival Saras Jiwa di Lapangan Pemerintah Daerah Sleman pada Jumat(14/10/2022). Festival Saras Jiwa merupakan serangkaian kegiatan kampanye penyadartahuan (awareness raising) tentang kesehatan jiwa untuk menyuarakan kampanye anti-stigma terhadap orang dengan disabilitas psikososial.

Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo dan Direktur Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Chatarina Sari, ketua Ketua IPK wilayah DIY Rifqoh Ihdayati, serta dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kab. Sleman, Kepala Dinas Sosial Kab. Sleman, OPD terkait, serta lebih dari 500 peserta mulai dari orang dengan disabilitas psikososial dan keluarga, kader kesehatan jiwa, organisasi disabilitas, sekolah, universitas, puskesmas, rumah sakit serta masyarakat umum.

“Acara ini menjadi poin penting untuk mengurangi stigma dan menjadi bentuk kampanye lintas sektor–tidak hanya pemerintah namun juga lembaga sosial seperti kami, akademisi dan profesional–yang menggalang dan mendukung supaya masyarakat bisa sehat jiwa dan raga." ujar Chatarina Sari, Direktur Pusat Rehabilitasi YAKKUM Jumat(14/10/2022).

Seturut dengan tema HKJS 2022, “Make Mental Health for All a Global Priority,” yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyadaran akan pentingnya kesehatan jiwa merupakan agenda bersama semua pihak untuk mendorong kesehatan mental & kesejahteraan untuk setiap orang sebagai prioritas global.

“Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia kali ini menjadi momentum penting untuk memperkuat jejaring layanan kesehatan Jiwa mulai dari tingkat masyarakat, lembaga, institusi baik pemerintah maupun swasta. Kolaborasi dengan Pusat Rehabilitasi YAKKUM sudah terjalin sejak 2018, dan berfokus pada pendampingan warga disabilitas psikososial. Dan salah satu binaan bersama yang berhasil menembus prestasi nasional adalah Kalurahan Sidoluhur Kapanewon Godean, dengan Kelompok Swabantu Sidoluhur yang telah berhasil melaksanakan rehabilitasi jiwa berbasis masyarakat secara menyeluruh.” jelas Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo.

Komitmen mengawal kesehatan mental

Festival Saras Jiwa
Festival Saras Jiwa Jumat(14/10/2022) (Liputan6.com/Anugerah Ayu)

Festival Saras Jiwa menjadi kesempatan bagi semua lapisan masyarakat untuk turut serta dalam kampanye masif melalui berbagai rangkaian kegiatan, di antaranya senam bersama, deklarasi gerakan “Mata Jiwa” - Kesehatan Jiwa Untuk Semua, lomba yel-yel kesehatan jiwa, pameran produk dari Kelompok Swabantu Disabilitas Psikososial dan Pusat Rehabilitasi YAKKUM, serta screening kesehatan jiwa, donor darah dan kinesioterapi untuk umum.

Kegiatan ini juga merupakan bagian dari komitmen Ikatan Psikologis Indonesia untuk turut mengawal kesehatan mental masyarakat Indonesia.

"Kami selaku organisasi profesi psikolog klinis yang diakui Kementerian Kesehatan, Insya Allah ke depan selalu berupaya meningkatkan kompetensi psikolog klinisnya dan juga tentunya sesuai dengan tagline IPK Indonesia 'Sehat sejahtera psikologis masyarakat Indonesia'" jelas ketua Ketua IPK wilayah DIY Rifqoh Ihdayati.

Peluncuran buku dan mini-talkshow

Festival Saras Jiwa
Festival Saras Jiwa Jumat(14/10/2022) (Liputan6.com/Anugerah Ayu)

Dalam rangkaian kampanye tersebut, Pusat Rehabilitasi YAKKUM turut menyelenggarakan mini-talkshow “Kesehatan Jiwa Untuk Semua” dan meluncurkan buku “Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat untuk Disabilitas Psikososial” yang merupakan satu dari empat (4) serial buku panduan pendampingan dan praktik baik rehabilitasi sosial masyarakat bagi orang dengan disabilitas psikososial.

"Kenapa program ini ada, itu juga untuk mengurangi kekambuhan. Karena selain disabilitas psikososialnya, itu juga dikuatkan keluarganya. Bagaimana mereka mampu rawat, termotivasi, karena mendampingi ODP itu tidak mudah, sangat panjang, jadinya dua-duanya itu dikuatkan." terang Siswaningtyas T.N selaku Project Manager Kesehatan Jiwa Masyarakat.

Hal ini penting untuk disuarakan agar berbagai pihak mengetahui bahwa penanganan yang dibutuhkan bagi orang dengan disabilitas psikososial tidak hanya terbatas pada pengobatan medis saja namun lebih penting lagi adalah membangun dukungan dari kelompok terkecil yaitu keluarga, masyarakat dan pemerintah dari lintas sektoral untuk memastikan tersedianya layanan yang dapat diakses oleh orang dengan disabilitas.

Febrina Ndaru Rosita, Psikolog sekaligus Dosen Universitas Sanata yang juga tergabung dalam Dharma/Tim Penulis Buku RBM mengungkapkan saat ini masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya kesehatan mental. Namun, edukasi masih perlu terus dikuatkan, terlebih karena masih adanya stigma. Ketika ada stigma, hal tersebut bisa menghambat orang mencari bantuan dengan tepat.

"Ada peran sosial, terutama dari keluarga dekat. Itu yang juga perlu. Jadi diobati fisik-psikis, tapi di sosialnya juga perlu diberi kesempatan, terutama di bagian rehabilitasi." jelas Sita.

Ini sebabnya, penting bagi masyarakat untuk turut serta sadar akan pentingnya kesehatan mental dan menghapus stigma yang ada tentang Orang dengan Disabilitas Psikososial (ODDP).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya