Apa Itu Tawakal? Ini Pengertian, Konsep, dan Dalil

Apa itu tawakal? Secara sederhana, tawakal dapat dipahami sebagai sikap berserah diri kepada Allah SWT.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 21 Feb 2023, 08:45 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2023, 08:45 WIB
Adira Finance Mencari Creativepreneur Sejati untuk Diberikan Modal Usaha
Ilustrasi bisnis.

Liputan6.com, Jakarta Apa itu tawakal? Secara sederhana, tawakal dapat dipahami sebagai sikap berserah diri kepada Allah SWT. Berserah diri dalam sikap tawakal bukan berarti bahwa kita pasrah dan tidak melakukan apa pun. Sebaliknya, justru karena segala hal yang bisa kita upayakan sudah dilakukan, maka satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah tawakal.

Dengan kata lain, apa itu tawakal dapat dipahami sebagai menyerahkan segala urusan yang tidak bisa kita urus kepada Allah SWT. Sebagai contoh, sebelum ujian kita sudah belajar dengan sangat keras dan berusaha menguasai setiap materi pelajaran, pada saat ujian kita juga telah melakukan yang terbaik.

Jika semua upaya terbaik telah kita lakukan semua, makan hal terakhir yang perlu kita lakukan adalah menyerahkan urusan yang tidak bisa kita tangani kepada Allah SWT. Dalam kondisi seperti itu, bagaimanapun, yang bisa kita lakukan hanya berusaha semaksimal mungkin. Setelah itu kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi untuk memengaruhi hasilnya.

Ada banyak situasi dan kondisi di mana kita harus bersikap tawakal, karena sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, kita tidak bisa mengurus segala hal. Oleh karena itu, kita harus bersikap tawakal dan meyakini bahwa Allah SWt akan mengurus sisanya. Lalu apa itu tawakal? Berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (21/2/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa itu tawakal?

Apa itu tawakal? Tawakal merupakan istilah yang berasal dari kata bahasa Arab "wakala" yang berarti menyerahkan, mempercayakan, dan mewakilkan urusan kita pada pihak lain. Tujuan dari menyerahkan atau mempercayakan urusan kita pada pihak lain ini adalah untuk mencapai kemashlahatan dan menghilangkan kemudharatan.

Secara istilah, tawakal adalah menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah SWT yang mengatur segalanya-galanya. Sikap tawakal bukan berarti bahwa kita bisa menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT saja.

Apa itu tawakal adalah suatu sikap yang perlu dilakukan setelah melakukan ikhtiar secara maksimal, sungguh-sungguh, sampai tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Nah, untuk hal-hal yang tidak bisa kita upayakan atau kita urus itulah kita harus bersikap tawakal, yakni menyerahkannya kepada Allah SWT. Jika seseorang belum melakukan upaya atau ikhtiar secara maksimal, lantas mereka berpikir bahwa segala urusan diserahkan kepada Allah SWT, maka hal itu tidak bisa disebut sebagai tawakal.

Memang benar jika rezeki setiap makhluk di dunia ini sudah diatur oleh Allah SWT. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa berpangku tangan dan bermalas-malasan untuk bisa mendapatkan rezeki. Pada akhirnya kita tetap harus bekerja semaksimal mungkin, maka Allah SWT juga akan melimpahkan rezeki.

Apa itu tawakal adalah menyerahkan segala urusan yang tidak bisa kita urus hanya kepada Allah SWT. Tawakal yang ditujukan kepada selain Allah SWT termasuk perbuatan syirik yang harus dijauhi oleh setiap orang yang beriman.


Konsep Tawakal Berdasarkan Dalil

Ilustrasi bekerja keras, lelah, letih
Ilustrasi bekerja keras, lelah, letih. (Photo by Tim Gouw on Unsplash)

Apa itu tawakal adalah sikap berserah diri kepada Allah SWT. Meski demikian tawakal yang tepat tidak hanya didasarkan pada gagasan ketergantungan, tetapi juga pada pengakuan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang tidak sempurna yang secara alami akan membatasi kemampuannya untuk mengatasi tantangan hidup sendirian tanpa Tuhan.

Ini adalah pengakuan bahwa manusia masih bisa gagal meskipun berusaha semaksimal mungkin untuk tujuan hidup dan oleh karena itu, mereka harus mengandalkan dukungan Tuhan. Untuk itu, sebagai manusia, kita harus berusaha untuk mempererat hubungan kita dengan Tuhan melalui ibadah dan tidak membiarkan usaha hidup melalaikan kewajiban bertakwa kepada-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an surah Al-Maidah ayat 23, yang artinya:

“Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah Telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. Al-Maidah [5]:23)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa kemenangan tidak datang dengan sendirinya, melainkan datang dari sebuah upaya maksimal. Adapun hasil dari sebuah upaya tersebut adalah urusan Allah SWT. Selain itu, manusia baru bisa dikatakan sebagai orang yang beriman apabila bertawakal kepada Allah SWT.


Tingkatan Tawakal

Ilustrasi Tekun, Kerja Keras
Ilustrasi Tekun, Kerja Keras (Photo by Raghav bhadoriya from Pexels)

Ada beberapa tingkatan Tawakal yang dapat kita pahami dengan mudah dan akan kita bahas di bawah ini:

1. Tingkat pertama Tawakal adalah Tauhid yang menjadi dasar Tawakal. Kita harus yakin bahwa Allah SWT adalah sebaik-baik Pemelihara dan Dia Maha Mengetahui, Dia Maha Mampu dan cukup untuk bersandar. Segala sesuatu bisa terjadi atau terjadi hanya dengan Kehendak dan Petunjuk-Nya.

2. Tingkat kedua adalah percaya bahwa setiap hal memiliki sebab atau sarana. Beberapa orang berhenti menggunakan sarana ini karena ketidaktahuan mereka dan berpikir bahwa ini adalah ketergantungan kepada Allah SWT. Mereka menunggu Allah (SWT) untuk menurunkan bekal mereka, memberi mereka makan dan mengurus urusan dan urusan mereka sementara mereka tidak melakukan apa-apa. Kita tidak boleh berpuas diri atau tidak aktif; kita harus melakukan semua yang tersedia bagi kita untuk mencapai tujuan. Kita harus percaya kepada Allah tetapi dengan itu, kita harus melakukan sesuatu sendiri untuk menjalani hidup.

3. Tingkat ketiga adalah tetap teguh dalam mengandalkan Allah saja. Sesungguhnya, ketergantungan seseorang kepada Allah tidak dapat terpenuhi sampai seseorang bergantung hanya kepada-Nya.

4. Tingkatan keempat adalah bergantung kepada Allah dengan sepenuh hati dan merasakan ketenangan ketika melakukannya, sehingga tidak merasa bingung dengan rezekinya.

5. Tingkat tawakal tertinggi, yang harus kita semua tuju, tentu saja, adalah menyadari bahwa unsur ketergantungan kepada Allah adalah mempercayakan segala urusan kepada-Nya secara sukarela, tanpa merasa terpaksa melakukannya.


Manfaat Tawakal

Ilustrasi bekerja keras, bertanggung jawab
Ilustrasi bekerja keras, bertanggung jawab. (Photo by Ant Rozetsky on Unsplash)

Apa itu tawakal adalah sikap berserah diri hanya kepada Allah SWT. Sikap berserah diri ini maksudnya adalah menyerahkan segala urusan yang tidak bisa kita urus karena keterbatasan kita sebagai manusia hanya kepada Allah SWT. Dengan kata lain, selain ada faktor-faktor yang masih bisa kita urus, maka kita harus mengupayakannya terlebih dahulu.

Ada sejumlah manfaat dari sikap tawakal, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Tidak peduli kesulitan atau kemalangan apa pun yang menimpa seseorang, itu akan diterima tanpa panik dan hati akan tetap kuat menghadapi kesulitan tersebut. Keyakinan kuat bahwa Tawakal akan menunjukkan bahwa keinginan Allah dalam kejadian ini dan tidak dapat ditentang. Kita harus percaya kepada Allah apapun yang telah Dia berikan kepada kita, itu akan berakhir dengan Rahmat-Nya.

2. Tawakal mengajak kita untuk terhubung dengan sekutu yang kuat yang tidak lain adalah Tuhan sendiri. Semakin kita bersandar kepada-Nya, semakin besar kemungkinan kita berusaha untuk menyenangkan-Nya dengan mengikuti petunjuk yang Dia berikan kepada kita, yang pada gilirannya akan membawa kebaikan di dunia ini dan kesuksesan di akhirat.

3. Orang-orang beriman yang memiliki Tawakkal akan menghubungkan segalanya dengan Kehendak dan Keridhaan Allah (SWT). Dengan demikian ia akan menembus dengan ketaatan. Orang seperti itu tidak akan sombong dan angkuh.

4. Dengan percaya sepenuhnya kepada Allah dan bersandar kepada-Nya, kita tidak tertekan oleh apa yang telah hilang dari kita atau dimabukkan oleh kesuksesan kita. Kita tahu bahwa segala sesuatu ada di tangan Allah. Dan itu membuat kita tidak hanya lebih rendah hati tetapi juga lebih tunduk kepada Tuhan, sehingga menjadi orang percaya yang lebih baik.

5. Mengandalkan Allah SWT dapat memberikan kepuasan penuh dan kedamaian dalam diri seseorang. Muslim tidak boleh berkecil hati dan putus asa dalam situasi sulit. Sandarkan semua kepercayaan kepada Allah (SWT). Kita akan melihat bahwa hal-hal tidak hanya akan lebih mudah diselesaikan dengan bantuan-Nya, tetapi Tawakal juga akan membebaskan kita dari hari ke hari penderitaan dan kekhawatiran yang terkait dengan tantangan hidup ini. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya