Shaming Adalah Tindakan Mempermalukan, Ketahui Dampak dan Cara Mengatasinya

Shaming adalah sebuah tindakan, perilaku, ataupun perkataan yang menjelek-jelekan, mempermalukan, dan mengomentari yang bersifat negatif tentang diri orang lain, dan merasa dirinya lebih baik dibanding dengan orang lain.

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 14 Apr 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2024, 11:00 WIB
[Fimela] Bullying
Ilustrasi Body Shaming | unsplash.com... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Shaming adalah proses atau tindakan yang melibatkan penghinaan, atau penolakan terhadap seseorang atau kelompok oleh masyarakat di lingkungan sosial tertentu. Dalam konteks ini, individu atau kelompok tersebut dianggap melanggar norma-norma sosial, atau moral yang berlaku dan sebagai hasilnya mereka dipermalukan, atau dikecam secara publik.

Shaming adalah perilaku yang kerap menyebabkan perasaan malu, rendah diri dan stigmatisasi bagi individu yang menjadi sasaran. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai konteks, baik itu terkait dengan perilaku, penampilan, identitas, atau pilihan hidup seseorang.

Shaming adalah tindakan mempermalukan orang lain, di mana sering terjadi dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, atau melalui media sosial dan media massa. Dalam beberapa kasus, "shaming" juga dapat digunakan sebagai alat untuk menegakkan norma-norma sosial atau moral tertentu, meskipun sering kali dengan konsekuensi negatif bagi individu yang menjadi targetnya.

Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menghindari praktik shaming, serta mempromosikan budaya yang lebih inklusif, empatik dan penghargaan terhadap keragaman. Berikut ini dampak shaming yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, (//2024). 

Apa Itu Shaming dan Jenis-Jenisnya

bertahan dari body shaming
Hidup positif meski jadi korban body shaming./Copyright shutterstock.com/g/mentatdgt... Selengkapnya

Setiap individu memiliki perbedaan dalam dirinya, baik secara fisik maupun sifat. Namun, seringkali perbedaan ini menjadi sumber masalah karena beberapa orang memandangnya sebagai hal yang tidak lazim. Shaming adalah perilaku yang mengkritik, merendahkan dan mempermalukan orang lain, dengan mengekspresikan pandangan negatif tentang aspek-aspek tertentu dalam kehidupan mereka, sering kali dengan sentimen superioritas.

Shaming dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti fisik, penampilan, status sosial, sifat, atau pola pikir. Tindakan ini dapat merugikan korban karena mengganggu privasi atau bersifat personal. Jenis-jenis shaming termasuk:

1. Physical atau Body Shaming

Shaming terhadap penampilan fisik seseorang, seperti bentuk tubuh, berat badan, atau kondisi kulit. Meskipun seringkali tidak disadari, perilaku ini dapat mengganggu kepercayaan diri dan menyebabkan perasaan inferioritas.

2. Status Shaming

Menghina status hubungan seseorang, seperti status pernikahan, keberadaan anak, atau status lajang. Hal ini sering terjadi dalam lingkungan keluarga dan dapat menyakiti perasaan seseorang, terutama jika mereka sedang menghadapi masalah dalam hubungan mereka.

3. Gender Shaming

Diskriminasi atau merendahkan seseorang berdasarkan gender mereka. Hal ini terutama dialami oleh perempuan yang dianggap tidak sepatutnya memiliki karier atau pendidikan tinggi, yang menghambat kemampuan mereka untuk meraih kesuksesan.

4. Slut Shaming

Memberikan label atau stigma kepada seseorang yang dianggap melakukan perilaku asusila. Tindakan ini sering terjadi di media sosial dan dapat menyebabkan depresi serta isolasi sosial pada korban.

Untuk mengatasi shaming dalam masyarakat, diperlukan kesadaran akan dampak negatifnya serta promosi budaya yang menghormati keberagaman dan menghargai individu sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan dan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan adalah langkah awal yang penting.

Dampak

Ilustrasi body shaming
Ilustrasi body shaming. (Image by Freepik)... Selengkapnya

Pengalaman "shaming" atau perasaan malu yang dipicu oleh penolakan, atau penghinaan dari lingkungan sosial dapat memiliki dampak yang sangat merusak pada individu yang menjadi sasarannya. Berikut adalah gambaran lebih spesifik dan rinci tentang dampak-dampak tersebut:

1. Rendah Diri yang Mendalam

Individu yang mengalami shaming, cenderung mengalami penurunan drastis dalam rasa harga diri dan harga diri mereka. Mereka merasa seperti mereka telah gagal atau tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh masyarakat atau kelompok tertentu, yang menghasilkan perasaan merasa tidak berharga.

2. Kecemasan yang Kronis

Perasaan malu yang dipicu oleh shaming sering kali menyebabkan kecemasan yang berkepanjangan. Individu menjadi terobsesi dengan bagaimana mereka dilihat oleh orang lain, serta takut akan kritik atau penilaian negatif. Kecemasan yang konstan ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan hubungan interpersonal.

3. Depresi yang Mendalam

Beban emosional yang ditimbulkan oleh "shaming" sering kali mengarah pada depresi. Individu merasa terjebak dalam siklus negatif pikiran dan emosi, merasa putus asa dan kehilangan minat pada kegiatan yang mereka sukai. Depresi yang tidak diobati dapat memiliki konsekuensi serius terhadap kesejahteraan mental dan fisik.

4. Kesendirian yang Memar

Pengalaman "shaming" dapat membuat individu merasa terisolasi sosial karena takut untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak akan diterima atau dimengerti, yang mengakibatkan penarikan diri dari hubungan sosial dan dukungan yang penting.

5. Gangguan Makan dan Kesehatan Mental Lainnya

Stres yang disebabkan oleh shaming dapat menjadi pemicu untuk gangguan makan, seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa. Selain itu, individu yang mengalami "shaming" juga memiliki risiko lebih tinggi, untuk mengembangkan gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan atau gangguan stres pasca-trauma.

6. Perilaku Merusak Diri

Beberapa individu mungkin merespon pengalaman "shaming" dengan perilaku merusak diri seperti penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol, penggunaan obat-obatan resep secara berlebihan, atau melukai diri sendiri. Perilaku ini merupakan upaya untuk mengatasi rasa sakit emosional yang mendalam, tetapi seringkali hanya memperburuk kondisi mereka.

 

Cara Mengatasi Shaming di Masyarakat

Menghina Bentuk Tubuh Kurus Melalui Pujian yang Satire
Ilustrasi Body Shaming Credit: pexels.com/pixabay... Selengkapnya

1. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

Pendidikan bukan hanya tentang fakta dan angka, tetapi juga tentang membangun kesadaran tentang nilai-nilai kemanusiaan yang mendasari hubungan antarindividu. Program-program pendidikan yang menyasar berbagai kelompok usia, mulai dari sekolah dasar hingga tingkat lanjutan, dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya penghargaan terhadap keragaman manusia. Ini juga termasuk pendidikan kepada orang tua dan komunitas, tentang cara mendukung anak-anak mereka dalam menghadapi tekanan sosial dan dampak negatif dari "shaming".

2. Membangun Budaya Penerimaan dan Inklusi

Membangun budaya yang mendorong penerimaan dan inklusi, membutuhkan komitmen dari semua lapisan masyarakat. Inisiatif-inisiatif seperti kampanye publik, program-program pelatihan, dan kegiatan-kegiatan komunitas dapat membantu membentuk norma-norma positif yang menghargai keberagaman dan menghindari perilaku yang merendahkan. Lebih dari itu, memperkuat kerja sama antara lembaga-lembaga pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta dapat membentuk aliansi yang kuat untuk mengubah paradigma sosial yang ada.

3. Meningkatkan Keterampilan Empati

Empati adalah kunci dalam mengatasi "shaming" karena memungkinkan kita untuk memahami pengalaman dan perspektif orang lain dengan lebih baik. Program-program pelatihan yang mengajarkan keterampilan komunikasi empatik, seperti mendengarkan aktif, refleksi diri, dan memahami emosi orang lain, dapat membantu membangun fondasi yang lebih kuat untuk hubungan antarindividu yang lebih harmonis dan menghargai.

4. Kembangkan Ruang Diskusi yang Terbuka dan Inklusif

Mendorong dialog yang terbuka dan inklusif adalah langkah penting, dalam membuka ruang bagi diskusi yang membangun dan mengurangi stigma. Ini melibatkan menciptakan lingkungan yang aman, di mana individu merasa nyaman untuk berbagi pengalaman mereka tanpa takut akan diskriminasi atau penilaian negatif. Pusat-pusat sumber daya masyarakat dan forum-forum online adalah tempat yang tepat, untuk memfasilitasi jenis diskusi ini.

5. Menyediakan Dukungan Komprehensif bagi Korban

Ketika seseorang mengalami "shaming", penting untuk menyediakan dukungan yang komprehensif dan holistik. Ini meliputi layanan dukungan emosional dan psikologis, akses ke layanan kesehatan mental, serta dukungan praktis seperti bantuan hukum atau perumahan. Memastikan bahwa ada jaringan dukungan yang kuat dan akses mudah untuk mereka yang membutuhkan adalah langkah krusial, dalam membantu individu pulih dari dampak "shaming".

6. Mendukung Perubahan Kebijakan dan Hukum

Pengaturan hukum dan kebijakan yang mendukung hak-hak individu dan melarang diskriminasi dapat menjadi langkah awal yang penting dalam memerangi "shaming". Ini mencakup kebijakan anti-bullying di sekolah, undang-undang yang melarang pelecehan online, serta peraturan yang melindungi hak-hak individu yang rentan. Dukungan dan advokasi dari berbagai pihak, termasuk LSM, aktivis, dan tokoh masyarakat, sangat penting untuk memperjuangkan perubahan ini.

7. Pembangunan Keterampilan Kritis dan Reflektif

Membangun keterampilan kritis dan reflektif adalah langkah penting dalam mengubah budaya "shaming" menjadi budaya yang lebih inklusif dan penuh penghargaan. Ini melibatkan pembelajaran yang berkelanjutan dan refleksi diri tentang nilai-nilai, sikap, dan perilaku kita sendiri serta bagaimana hal itu memengaruhi orang lain. Pendidikan karakter dan program-program pengembangan kepemimpinan di sekolah dan tempat kerja dapat menjadi wadah yang baik untuk memfasilitasi proses ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya