Mengenal Ecoprint, Teknik Cetak Motif Menggunakan Bahan Alami

Media yang dapat digunakan untuk ecoprint sangat beragam, mulai dari kain hingga kertas, bahkan gelas tanah liat dan kulit.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 16 Jul 2024, 16:34 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2024, 16:20 WIB
Kampung Berseri Astra Pekayon Bekasi 2023
Hasil produk kain bermotif daun dengan cara ecoprint dari Kampung Berseri Astra Pekayon Bekasi 2023 (Liputan6.com/Vatrischa Putri Nur Sutrisno)

Liputan6.com, Jakarta Terdapat beragam teknik yang memungkinkan untuk menciptakan motif yang unik pada berbagai jenis media. Batik telah lama menjadi salah satu teknik cetak pada kain yang paling populer. Namun, ada juga teknik cetak lain yang mulai mendapatkan perhatian, salah satunya adalah ecoprint.

Ecoprint adalah teknik cetak yang menggunakan bahan alami atau ramah lingkungan. Media yang dapat digunakan untuk ecoprint sangat beragam, mulai dari kain hingga kertas, bahkan gelas tanah liat dan kulit. Kain-kain seperti katun dan sutra banyak dipilih karena dapat menghasilkan cetakan yang tajam dan tahan lama. Tebalnya bahan juga memengaruhi hasil akhir cetakan. 

Ecoprint adalah bentuk seni cetak kain yang tidak hanya menggabungkan keindahan alam dengan kreativitas manusia, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Berikut ulsan lebih lanjut tentang ecoprint yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (16/7/2024).

Mengenal Lebih Dalam tentang Ecoprint

Anak Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) mengikuti pelatihan ecoprint dari dedaunan di Pasar Gintung, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (13/6/2023). (merdeka.com/Arie Basuki)

Ecoprint adalah teknik cetak yang menghadirkan keunikan dan keaslian motif menggunakan bahan-bahan alami, khususnya dari tanaman. Prinsip dasar ecoprint adalah dengan menempelkan langsung daun, bunga, batang, atau bagian lain dari tanaman yang mengandung pigmen warna ke media kain. Proses ini serupa dengan proses pembuatan batik, namun tanpa menggunakan alat seperti canting atau bahan malam.

Secara etimologis, nama "ecoprint" berasal dari gabungan kata "eco" yang berarti lingkungan atau alam, dan "print" yang berarti cetak. Hal ini merujuk pada penggunaan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan dalam proses pembuatannya. Proses ecoprint mirip dengan merebus dedaunan untuk mengekstrak pigmen warna alami mereka ke dalam serat kain, menciptakan motif yang sering kali lebih kontemporer daripada batik tradisional.

Keunikan ecoprint tidak hanya terletak pada hasil cetakan yang unik, tetapi juga pada proses kreatif yang melibatkan pilihan dedaunan dan teknik pencetakan yang diterapkan oleh para seniman. Dengan mengandalkan keindahan alam dan kepekaan terhadap detail tanaman, setiap karya ecoprint menjadi representasi yang unik dari kekayaan alam sekitar.

Teknik Ecoprint

Sambut Hari Kartini, Warga Binaan Perempuan Unjuk Karya Kerajinan Batik
Kerajinan batik dan ecoprint karya Warga Binaan Perempuan ini akan dilelang bertepatan dengan Hari Kartini, 21 April 2022. (dok. Second Chance Foundation)

Ecoprint adalah teknik seni cetak kain yang memanfaatkan bahan-bahan alami, menghasilkan motif yang unik dan otentik. Dalam buku "Pembelajaran Seni Rupa dan Keterampilan di SD" karya Erna Zumrotun, Syailin Nichla Choirin Attalina, dan Nihlatun Niswah (2023:149), dijelaskan tiga teknik utama dalam ecoprint.

1. Teknik Pounding

Teknik pounding adalah metode mencetak motif pada kain dengan cara memukul. Proses ini sangat sederhana, menjadikannya pilihan favorit bagi banyak orang yang baru memulai dalam dunia ecoprint. Cara kerjanya adalah dengan meletakkan daun, bunga, atau bagian tanaman lainnya di atas kain, kemudian memukulnya dengan palu.

Metode ini memungkinkan pigmen dari tanaman untuk langsung menempel pada serat kain, menciptakan motif yang indah dan alami. Hasilnya sering kali terlihat seperti cetakan tangan yang unik, dengan tekstur dan pola yang sangat alami.

Teknik pounding ini sangat fleksibel dan dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memerlukan peralatan khusus. Hal ini membuat ecoprint dengan teknik pounding mudah diakses dan praktis, cocok untuk berbagai usia dan tingkat keahlian. Selain itu, teknik ini juga memberikan kebebasan dalam eksperimen dengan berbagai jenis tanaman, menghasilkan karya seni yang penuh kreativitas.

2. Teknik Steaming

Teknik steaming melibatkan pengukusan daun atau bunga yang telah ditempelkan pada kain. Proses ini memerlukan beberapa langkah tambahan untuk memastikan pigmen tanaman dapat keluar dengan optimal. Kain yang telah ditata dengan daun atau bunga digulung menggunakan sepotong pipa kecil.

Gulungan ini kemudian dililitkan dengan benang atau tali untuk menjaga posisinya selama proses steaming. Proses pengukusan ini berlangsung selama dua jam, memungkinkan pigmen dari tanaman untuk diekstraksi secara maksimal.

Steaming bukan hanya menghasilkan warna yang intens, tetapi juga memperkaya tekstur kain dengan pola yang lebih hidup dan dinamis. Teknik ini sangat efektif untuk menciptakan motif yang lebih kompleks dan berwarna-warni, membuatnya cocok untuk menghasilkan karya seni tekstil dengan kedalaman visual yang menarik. Teknik steaming juga memerlukan perhatian terhadap detail, seperti pemilihan jenis tanaman dan waktu pengukusan yang tepat, untuk mendapatkan hasil yang optimal.

3. Teknik Fermentasi Daun

Teknik fermentasi daun adalah metode yang lebih kompleks namun menarik, mengandalkan proses fermentasi untuk mengeluarkan pigmen tanaman. Langkah pertama adalah mengumpulkan daun, bunga, atau bagian tanaman lain, lalu merendamnya dalam larutan air cuka.

Setelah direndam, tanaman tersebut disusun rapi di atas kain yang telah dibentangkan di permukaan yang rata. Selanjutnya, tanaman ditutup dan dipukul dengan palu atau benda berat lainnya. Proses ini membantu pigmen dari tanaman untuk meresap ke dalam serat kain, menghasilkan warna yang kuat dan tahan lama.

Fermentasi daun memberikan hasil yang sangat autentik, dengan warna yang sering kali lebih tahan lama dan tidak mudah pudar. Teknik ini juga memungkinkan seniman untuk mengeksplorasi berbagai kombinasi tanaman dan bahan alami lainnya, menciptakan berbagai nuansa warna yang tidak bisa didapatkan dengan teknik lainnya. Selain itu, proses fermentasi juga memberikan kesempatan untuk menciptakan tekstur dan pola yang lebih kaya, menjadikan setiap karya ecoprint unik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya