Liputan6.com, Yerusalem - Puluhan ribu jemaah muslim Palestina dari Yerusalem Timur, Tepi Barat dan kota-kota di dekatnya melaksanakan salat Jumat kedua dalam Ramadan tahun ini di Masjid Al-Aqsa.
Koresponden situs berita daring WAFA, dikutip pada Sabtu (18/5/2019) mengatakan bahwa para jemaah melakukan perjalanan yang tidak mudah hingga Masjid Al-Aqsa.
Advertisement
Baca Juga
Demi salat jumat kedua Ramadan tahun ini, mereka harus melewati Yerusalem Timur dan pos pemeriksaan militer Qalandia, dengan polisi Israel bersiaga tinggi di sekitar kota.
Mereka yang diperbolehkan masuk Yerusalem Timur untuk salat Jumat adalah pria di atas 40 tahun, anak-anak di bawah 13 tahun, dan wanita dari segala usia. Sementara pemuda laki-laki di bawah usia 40 tahun dilarang masuk ke kota tersebut.
Untuk diketahui, dalam Ramadan setiap tahunnya warga Palestina terbiasa mendirikan salat Jumat di Masjid Al-Aqsa yang terletak di Yerusalem, ibu kota masa depan mereka.
Masjid Dijaga Ketat Polisi
Otoritas Israel meningkatkan keberadaan polisi di berbagai bagian Kota Tua Yerusalem serta di semua lorong yang mengarah ke kompleks masjid.
Al-Aqsa terletak di Yerusalem Timur, bagian dari wilayah Palestina yang diakui secara internasional yang telah diduduki oleh militer Israel sejak 1967.
Bulan puasa Ramadan dimulai pada Senin 6 Mei dan setidaknya satu miliar Muslim di seluruh dunia mulai berpuasa dengan jam puasa berkisar antara sembilan dan 19 jam.
Bagi banyak warga Palestina di Yerusalem dan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, Ramadan memiliki hubungan khusus dengan Masjid Al-Aqsa.
Advertisement
1 Juta Pengungsi di Palestina Kekurangan Makanan Selama Ramadan
Sementara itu, PBB mencatat bahwa 1 juta pengungsi di Palestinakekurangan makanan selama bulan puasa.
Dikutip dari laman middleeastmonitor.com, hal ini diungkapkan oleh United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) bahwa banyak muslim Palestina kekurangan makanan.
"Pada saat umat Islam di seluruh dunia sedang menjalani puasa di bulan suci Ramadan, sering ditandai dengan sifat meriah dari Iftarnya, sementara di Gaza, lebih dari setengah populasi bergantung pada bantuan makanan dari internasional."
Meski begitu, pihak UNRWA terus menghimpun bantuan dari dunia internasional untuk mengurusi masalah ini.
Bukan hanya masalah makanan, mereka juga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok lainnya untuk hidup.
Saat ini ada lebih dari satu juta orang yang membutuhkan bantuan makanan darurat yang tanpanya mereka tidak dapat melewati hari demi hari.
Matthias Schmale, Direktur Operasi UNRWA di Gaza, mengatakan: "Ini adalah peningkatan hampir sepuluh kali lipat yang disebabkan oleh blokade yang mengarah pada penutupan perbatasan Gaza dan dampak bencana pada ekonomi lokal, konflik berturut-turut yang meruntuhkan seluruh lingkungan dan krisis politik internal Palestina yang sedang berlangsung."
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh PBB pada tahun 2017 memperingatkan bahwa Jalur Gaza, Palestina akan "tidak dapat dihuni" pada tahun 2020.