Palestina Siap Berunding dengan Israel demi Perdamaian

Palestina mengatakan siap berunding untuk mencapai perdamaian, jika memang Israel menginginkan perundingan.

oleh Siti Khotimah diperbarui 17 Mei 2019, 15:04 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2019, 15:04 WIB
Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zubair Alshun dalam konferensi pers peringatan Hari Nakbah (Liputan6.com/Siti Khotimah)
Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zubair Alshun dalam konferensi pers peringatan Hari Nakbah (Liputan6.com/Siti Khotimah)

Liputan6.com, Jakarta - Palestina mengatakan siap berunding untuk mencapai perdamaian, jika memang Israel menginginkan perundingan. Namun, Ramallah menyayangkan sikap Tel Aviv selama ini.

"Sejujurnya, Israel adalah sebuah negara penjajah yang tidak menginginkan perdamaian," kata Duta Besar Paletina untuk Indonesia Zuhair Al Shun pada Jumat (17/5/2019) dalam konferensi pers Peringatan Hari Nakbah.

 

"Kami tidak melihat Israel sebagai negara yang menginginkan perdamaian," lanjut Zuhair.

Dalam kesempatan itu, Dubes Palestina juga menyayangkan sikap Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump yang tidak bisa bertindak netral dan berkontribusi pada mediasi.

"Amerika Serikat tidak pernah berpihak pada Palestina," kata Dubes Zuhair.

Zuhair menggarisbawahi langkah kontroversial Trump, di antaranya mengakui secara sepihak Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu, 5 Desember 2019. Sebuah langkah yang dikecam dunia, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, Arab Saudi, Mesir, dan Yordania.

Ia juga menyoroti kedekatan antara presiden nyentrik Negeri Paman Sam dengan Perdana Menteri Israel yang baru saja terpilih untuk kelima kali masa jabatannya, Benjamin Netanyahu.

Untuk diketahui, terpilihnya kembali Netanyahu sebagai perdana menteri Israel menjadi tantangan tersendiri.

Hanan Ashrawi, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengatakan kemenangan petahana Israel mengubah seluruh strategi pencapaian perdamaian.

"Mereka telah membatalkan perjanjian apapun. Mereka telah menolak solusi dua negara. Mereka benar-benar meniadakan persyaratan perdamaian. Mereka benar-benar melanggar hukum internasional. Sekarang kita membutuhkan strategi baru untuk menangani masalah ini," tutur Hanan.

Tak hanya itu, menjelang pemilu Netanyahu mengatakan jika terpilih kembali, ia akan menganeksasi pemukiman di Tepi Barat. Selain itu, sang petahana mengatakan tak akan membiarkan pembentukan negara Palestina terjadi.


Peran Indonesia dalam DK PBB Dinantikan

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zubair Alshun dalam konferensi pers peringatan Hari Nakbah (Liputan6.com/Siti Khotimah)
Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zubair Alshun dalam konferensi pers peringatan Hari Nakbah (Liputan6.com/Siti Khotimah)

Dubes Zuhair berharap posisi Indonesia sebagai presiden Dewan Keamanan PBB dapat membantu permasalahan Palestina, khususnya dalam "melunakkan hati Amerika Serikat dan Israel".

Hal itu berkaitan dengan perundingan damai yang dapat segera mengantarkan Palestina ke pintu gerbang kemerdekaannya.

"Saya rasa yang kami harapkan sudah sangat jelas. Ketenteraman, kedamaian ... Kami bukan negara yang suka melawan dan tidak suka damai. Kami mengerti Indonesia selalu berdiri paling depan."

Dalam kesempatan itu Zuhair juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang tak henti-hentinya membantu warga Palestina.


Sekilas tentang Hari Nakbah

Potret Penduduk Gaza Berbuka Puasa di Tengah Reruntuhan Bangunan
Sebuah keluarga Palestina berbuka puasa di sebelah rumah mereka yang hancur selama eskalasi dua hari, di Rafah, Jalur Gaza selatan (8/5/2019). Perang yang terjadi antara Gaza dan Israel masih berlangsung hingga detik ini. (AFP Photo/Said Khatib)

Hari Nakbah adalah peringatan tahunan Palestina untuk menandai pengusiran massal, sehubungan dengan pembentukan negara Israel pada 1948.

Melansir laman VOA Indonesia, warga Palestina merayakannya dengan mengadakan aksi-aksi protes di seluruh Tepi Barat dan Jalur Gaza. Pada Kamis, 16 Mei 2019 ribuan orang berjalan menuju perbatasan Gaza dengan Israel, ketika kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza mengumumkan pemogokan umum, dengan menutup sekolah dan kantor-kantor pemerintah supaya banyak orang bisa ikut berdemonstrasi.

Hamas telah melancarkan protes setiap hari Jumat selama satu tahun, di sepanjang pagar yang memisahkan Israel dan Gaza, untuk menuntut diakhirinya blokade yang dilakukan oleh Israel dan Mesir.

Lebih dari 60 warga Palestina tewas dalam demonstrasi tahun lalu, dalam kerusuhan sehubungan dibukanya kedutaan besar Amerika yang baru di kota Yerusalem yang dipersengketakan.

Demonstrasi tahun ini terjadi dua minggu setelah dicapainya gencatan senjata untuk menghentikan bentrokan sengit selama dua hari. Utusan pemerintah Qatar yang ikut membantu pelaksanaan gencatan senjata itu mendesak Hamas supaya melakukan demonstrasi yang tenang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya