Nostalgia Suara Meriam Saat Ramadhan di Mekkah

Dulu, warga Mekkah mendengar suara meriam sebagai tanda buka puasa.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Apr 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2021, 13:00 WIB
FOTO: Melihat Kemegahan Masjidil Haram dari Udara
Pandangan dari udara menunjukkan suasana Masjidil Haram di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, 24 Mei 2020. Masjidil Haram dipandang sebagai tempat tersuci bagi umat Islam. (AFP)

Liputan6.com, Mekkah - Sebelum kehadiran teknologi loudspeaker, warga Mekkah menantikan suara meriam sebagai penanda sahur dan buka puasa. Meriam itu berdiri di Gunung Abu Al-Madafaa yang berada di sebelah utara Mekkah.

Bunyi meriam itu juga menandakan awal Ramadhan dan berakhirnya bulan suci.

Dulu, banyak orang mendaki gunung itu untuk melihat meriamnya ditembakan. Meriam itu dijaga oleh Kepolisian Mekkah.

"Ketika Kepolisian Mekkah dibentuk 75 tahun lalu, mereka dipercaya untuk pemeliharaan dan perawatan meriam ini. Setelah Lebaran, meriemnya dikembalikan ke departemen khusus. Beberapa hari setelah Ramadhan, (meriamnya) dikirimkan lagi ke gunung," ujar Mayor Abdul Mohsin Al-Maimani, juru bicara Kepolisian Mekkah, dalam wawancara bersama Arab News, Sabtu (17/4/2021).

Bubuk mesiu meriam itu ditangani oleh tim khusus untuk menghindari adanya insiden yang tak diinginkan. Al-Maimani juga masih ingat betapa populernya meriam itu bagi warga Mekkah.

Wali Kota Fahad Al-Harbi dari Ray Zakhir, yang lokasinya dekat Gunung Abu Al-Madafaa, berkata bahwa suara meriam itu turut mewakili sejarah Mekkah tempo dulu.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Bagian dari Sejarah

Menengok Suasana Masjidil Haram Saat Ramadan
Dari pemantauan udara suasana Masjidil Haram dan sekitarnya sepi pada hari pertama bulan suci Ramadan di kota suci Makkah, Arab Saudi (24/4/2020). Pemerintah Arab Saudi masih memberlakukan lockdown akibat pandemi Covid-19 di hari pertama bulan suci Ramadan di Kota Makkah. (AFP/Bandar Aldandani)

Pakar sejarah berkata meriam itu sudah berdiri di Mekkah selama nyaris satu abad.

"Zaman dulu, tidaklah mungkin mendengar suara muazin-muazin Masjid Agung (Masjidil Haram), jadi meriam itu melakukan tugas demi mereka," ujar Dr. Fawas Al-Dahas, direktur Center of Makkah History.

Ia menyebut tradisi meriam itu sangat disukai, tetapi kehadiran teknologi modern, seperti speaker di minaret Masjidil Haram, membuat meriam jadi ketinggalan jaman.

Penggunaan meriam untuk keperluan Ramadhan sebetulnya sudah menjadi tradisi lama di negara-negara Timur Tengah dan bukan hanya di Saudi. Tradisi ini bisa dilacak sejak zaman Kesultanan Mamluk di abad ke-15.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya