Liputan6.com, Jakarta - Tim negara Islam Maroko telah memberi kejutan bagi penggemar sepak bola di Piala Dunia 2022. Pasalnya, tim berjuluk Singa Atlas itu mampu menembus semifinal mengalahkan skuad-skuad favorit juara Piala Dunia seperti Spanyol dan Portugal.
Performa apik Maroko di Piala Dunia Qatar sudah terlihat sejak fase grup. Tim asuhan Walid Regragui ini sukses menjadi juara grup F dengan mengantongi 7 poin.Â
Dari tiga pertandingan fase grup, Maroko tercatat memenangkan dua pertandingan melawan Belgia dan Kanada, imbang saat mengadang Kroasia.
Advertisement
Baca Juga
Menjadi juara grup F, Maroko melenggang ke babak 16 besar. Spanyol adalah lawan Singa Atlas di perempat final itu. Hakim Ziyech dan kawan-kawan berhasil memenangkan pertandingan lewat adu penalti 3-0.
Kemenangan ini membuat tim kuda hitam semakin disegani oleh lawan. Tren kemenangan Maroko berlanjut saat mengalahkan Portugal dengan skor tipis 1-0. Yassine Bounou dan kawan-kawan sukses membuat Cristiano Ronaldo ‘menangis’.
Maroko benar-benar memberi kejutan di Piala Dunia 2022. Singa Atlas sukses melaju ke babak semifinal usai meraih kemenangan dari Portugal. Keberhasilan ini menjadikan Maroko sebagai negara Islam sekaligus Afrika pertama yang bertanding di babak semifinal sepanjang sejarah Piala Dunia.
Namun, tren kemenangan Singa Atlas terhenti usai kalah 2-0 dari Prancis di babak semifinal. Kendati demikian, Maroko sebagai tim kuda hitam telah memberi warna baru di ajang pesta sepak bola akbar empat tahunan ini.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Gus Dur dalam Membaca Sepak Bola
Terlepas dari kesuksesan Maroko menumbangkan tim-tim hebat di Piala Dunia 2022, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah memprediksi kebangkitan tim sepak bola Afrika.
Mengutip NU Online, selain memiliki kemahiran dalam membaca kehidupan manusia, Gus Dur juga kerap mengamati dunia sepak bola. Sebab, cucu Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari ini memandang bahwa sepak bola adalah bagian dari kehidupan manusia.
Sejak era 1980 hingga 2000-an, Gus Dur menulis 21 kolom khusus yang mengulas sepak bola dunia. Ia menulis tentang analisis sepak bola sejak tahun 1982, saat Piala Dunia di Spanyol hingga tahun 2000 ketika dirinya menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Ulasan sepak bola Gus Dur sangat kompeten dan komprehensif karena terkontekstualisasikan dengan kehidupan agama, sosial, budaya dan politik. Di sinilah yang penulis sebut kolom sepak bola Gus Dur bukan hanya sebatas informasi ataupun ulasan pertandingan, tetapi tulisan yang bergizi untuk memahami kehidupan yang kerap kali dianggap rumit serumit permainan sepak bola itu sendiri.Â
Kepakaran Gus Dur juga dapat dilihat dari prediksinya mengenai sebuah pertandingan dan masa depan tim maupun negara terkait. Hal ini ditunjukan oleh Gus Dur yang pada tahun 1994 telah memprediksi bahwa era tahun 2000-an ke atas adalah era kebangkitan sepak bola negeri ginseng Korea secara umum Asia dan membanjirnya para legiun Afrika di kancah persepakbolaan Eropa.
Seperti diketahui, Korea Selatan mampu menembus babak semifinal pada gelaran Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang dengan mengandaskan tim favorit juara, Italia di perempat final dengan skor 2-1 melalui gol emas Ahn Jung Hwan di babak perpanjangan waktu.Â
Meski akhirnya kalah 0-1 oleh Tim Panser Jerman di semifinal dan kandas 2-3 oleh Turki di perebutan tempat ketiga, tim Korsel mampu menunjukan kebangkitan sepak bola Asia seperti yang telah diprediksikan oleh Gus Dur.Â
Prediksi Gus Dur dengan membanjirnya legiun Afrika di kancah persepakbolaan Eropa juga terbukti dengan kiprah menakjubkan mereka di klub masing-masing. Bahkan, liga terbaik di eropa saat ini, English Premier League (EPL) banyak menggunakan jasa pemain-pemain Afrika maupun yang berdarah Afrika.Â
Puncaknya, ketika Samuel Eto’o, penyerang brilian asal Kamerun direkrut oleh klub asal Rusia Anzhi Makhachkala dari Inter Milan tahun 2011 sebagai pemain bergaji tertinggi di dunia, 20 juta euro per tahun, jauh melampaui pemain terbaik dunia Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.Â
Tentu ini bukan prediksi srampangan ala Gus Dur. Dia melihat potensi kehebatan negara-negara Afrika ketika mengulas pertandingan antara Nigeria melawan Italia di Piala Dunia 1994 di AS. Meski minim pengalaman dan akhirnya tersingkir, Nigeria bermain sangat mengagumkan dalam pandangan Gus Dur, baik dalam mengorganisasi permainan, bertahan dan menyerang.Â
Advertisement
Konfrontasi dengan Komentator Sepak Bola
Dalam menganalisis sepak bola, Gus Dur juga kerap berkonfrontasi dengan Romo Sindhunata yang juga dikenal sebagai komentator sepak bola, wartawan sekaligus sastrawan dan budayawan. Sindhunata mengaitkan kritikan terhadap Gus Dur dan pemerintahannya dengan teknik dalam permainan sepak bola.Â
Sindhunata mengkritik Presiden Gus Dur yang cenderung menggunakan pola catenaccio (sistem grendel) yang kerap digunakan oleh Timnas Italia sebagai strateginya menghadapi parlemen yang saat itu sangat destruktif kala berseteru dengan pemerintah.Â
Pola permainan ini bertahan, cenderung tidak berkembang karena hanya menunggu kesempatan untuk menyerang sehingga membuat permainan sepak bola sangat monoton. Itulah yang dinilai Sindhunata pemerintahan Gus Dur menjadi tidak berkembang dan tidak indah seperti kepakarannya dalam membaca sepak bola.Â
Hal itu Sindhunata sampaikan dalam tulisannya yang berjudul Catenaccio Politik Gus Dur yang diterbitkan oleh harian terkemuka nasional pada tanggal 16 Desember 2000 hingga akhirnya mendapat perhatian Gus Dur di media yang sama. Gus Dur menanggapinya dengan menulis kolom juga dua hari setelahnya dengan tajuk Catenaccio Hanyalah Alat Belaka.