Malaikat Jibril Turun ke Bumi dan Menyalami Manusia di Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar begitu istimewa. Orang yang beribadah pada malam itu lebih baik dari ibadah yang dikerjakan serupa selama seribu bulan. Mereka juga memiliki kesempatan untuk ‘disalami’ oleh para malaikat di malam kemuliaan itu.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 13 Apr 2023, 00:30 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2023, 00:30 WIB
Malam Lailatul Qadar
Ilustrasi Masjid Credit: pexels.com/David

Liputan6.com, Jakarta - Malam Lailatul Qadar begitu istimewa. Orang yang beribadah pada malam itu lebih baik dari ibadah yang dikerjakan serupa selama seribu bulan. Mereka juga memiliki kesempatan untuk ‘disalami’ oleh para malaikat di malam kemuliaan itu.

Tidak heran banyak umat Islam yang sangat berharap meraih malam Lailatul Qadar. Mereka berbondong-bondong ke masjid untuk ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan demi mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.

Keistimewaan Lailatul Qadar telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah al-Qadr. Malam itu merupakan waktu diturunkannya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah. Malam itu lebih baik dari seribu bulan. 

Pada malam Lailatul Qadar para malaikat yang dipimpin malaikat Jibril turun ke bumi. Pada malam itu malaikat melihat siapa saja yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dan menebar keselamatan di bumi hingga terbit fajar.

“Malaikat turun bergelombang-gelombang menyalami orang-orang yang beribadah pada malam itu, mendoakan, menyampaikan keselamatan dan keberkahan sampai pagi,” kata ulama NU yang menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma’ruf Amin, dikutip dari wapresri.go.id.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

3 Level Penerimaan Lailatul Qadar

FOTO: Berburu Malam Lailatul Qadar Sambil Itikaf di Masjid
Warga membaca Alquran saat melakukan itikaf pada malam ke-27 bulan puasa Ramadhan 1443 H di Masjid Asy-Syuhada, Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Jumat (29/4/2022). Itikaf dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan dengan membaca Alquran, dzikir, dan selawat untuk mencari rida Allah SWT. (merdeka.com/Imam Buhori)

Penceramah KH Muhammad Nur Hayid (Gus Hayid) mengatakan bahwa dalam beberapa kitab tafsir disebutkan tiga level penerimaan Lailatul Qadar, yakni level awam, khusus, dan khususul khusus (sangat khusus).

Level Awam

Bagi level awam Lailatul Qadar adalah sebuah berkah atau rahmat. "Mereka hanya berharap pahala dari kemuliaan Lailatu Qadar, yang lebih utama dari seribu bulan," katanya dikutip dari NU Online.

Level Khusus

Bagi level khusus ia meyakini jika beribadah di malam Lailatul Qadar Allah SWT yang turun langsung untuk melihat ibadah hamba-Nya dengan miliaran malaikat mengiringi Allah untuk mengaminkan doa seorang hamba di malam itu dan memintakan ampunan kepada Allah bagi siapa pun yang menghidupkan malam Lailatul Qadar.   

"Karena pada malam itu, para malaikat membawa perkara-perkara yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, yaitu nasib kita pada tahun ini hingga tahun yang akan datang, serta membawa dan membagikan rahmat dan keselamatan dari Allah SWT untuk orang-orang mukmin," imbuhnya.  

Level Sangat Khusus

Sementara itu, golongan level ketiga yang memahami Lailatul Qadar adalah orang-orang yang istimewa. Ia memandang bahwa semua malam di bulan suci Ramadhan selayaknya malam Lailatul Qadar.

“Mereka bahkan bisa seolah 'melihat' rahmat Allah, melihat turunnya para malaikat. Dan kehadiran Allah SWT di malam itu. Kelas ini adalah kelasnya para Auliya dan Anbiya walmursalin," terangnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya