Liputan6.com, Jakarta - Sejak muda Syaikhona Kholil, seorang ulama kharismatik dari Pulau Madura, telah mendapatkan anugerah kasyaf dari Allah SWT.
Dalam Islam, kasyaf adalah salah satu jenis karomah yang dianugerahkan Tuhan pada hamba-hamba pilihan. Kasyaf Syaikhona Kholil Bangkalan berupa bisa mengetahui apa yang sedang dipikiran orang lain.
Advertisement
Baca Juga
Jadi, Setelah berguru pada dua Ulama di Bangkalan yaitu Kiai Dawuh dan Syekh Abdul Adhim bin Muhyiddin, yang kemudian bergelar Bhujuk Agung. Kiai Kholil melanjutkan nyantri ke Pondok Pesantren Langitan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Di Pesantren yang dirintis KH Muhammad Nur inilah kekasyafannya muncul. Karomah ini dituturkan KH Ubaidillah Faqih, pengasuh Pondok Pesantren Langitan generasi ke enam yang wafat pada 2012 silam, dalam buku Biografi dan Karomah Kiai Kholil Bangkalan, berjudul Surat Kepada Anjing Hitam.
Ceritanya, para santri sedang menunaikan sholat Isya berjamaah di surau dan diimami sendiri oleh KH Muhammad Nur.
Semula, suasana sholat berjamaah itu berlangsung khusyuk dan khidmat. Tapi kemudian buyar setelah terdengar tawa ngakak dari barisan makmun. Yang tertawa rupanya Kiai Kholil yang saat itu baru nyantri dan masih remaja.
Selesai salam, sang guru Kiai Muhammad Nur berbalik dan kemudian menanyakan alasan kenapa Kholil tertawa.
"Kholil, kenapa waktu salat tadi kamu tertawa terbahak-bahak. Lupakan kamu kalau itu mengganggu yang lain dan bahkan membatalkan salat?, " kata Kiai Nur.
Simak Video Pilihan Ini:
Jawaban Kiai Kholil
Kiai Kholil pun meminta maaf pada gurunya dan kemudian menjelaskan musabab dia tertawa.
"Maaf Kiai, saya tak bisa menahan tawa. Sebab, waktu sholat tadi, saya melihat sampean sedang mengaduk-ngaduk nasi di bakul,".
Jawaban Kholil ini membuat Kiai Muhammad Nur kaget. Karena santri baru itu, mampu melihat apa yang sedang melintas dalam pikirannya.
Kiai Nur pun membenarkan apa yang dilihat Kholil.
"Kau benar anakku, waktu sholat tadi saya memang sangat lapar. Sehingga yang terbayang di pikiran memang hanya nasi," tutur Kiai Nur.
Sejak peristiwa itu, nama Kiai Kholil menjadi buah bibir tidak hanya di lingkungan Pesantren tapi juga masyarakat sekitar.
Advertisement