Liputan6.com, Jakarta - Panggilan habib mungkin sudah cukup familiar bagi sebagian umat muslim. Istilah ini berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti kekasih atau yang dikasihi atau dicintai.
Terdapat sedikit perbedaan dengan orang Arab yang biasanya ditulis ‘habeeb’ atau dapat dimaknai sebagai sosok yang dihormati. Sementara istilah habaib adalah bentuk jamak dari kata habib.
Advertisement
Istilah habib merupakan panggilan bagi orang-orang yang disinyalir masih memiliki hubungan nasab dengan Nabi Muhammad SAW. Istilah habib bagi masyarakat hadramaut Yaman yang tersebar di seluruh belahan dunia merupakan panggilan untuk para Sayyid Ba ’Alawi atau keturunan Rasulullah SAW dari jalur Sayyidina Alwi bin Ubaidillah.
Advertisement
Baca Juga
Di Indonesia sendiri banyak orang disebut habib bahkan sudah ada suatu perkumpulan para habaib. Lalu siapakah orang pertama yang menyandang gelar habib?
Mengutip dari laman dream.co.id, Husein Muhammad Alkaff dalam buku “Pemikiran dan Ajaran Para Sayyid Ba ‘Alawi dari Masa ke Masa” menjelaskan tentang bagaimana keturunan Nabi Muhammad SAW bisa dijuluki habib dan sayyid.
Saksikan Video Pilihan ini:
Orang yang Menyandang Gelar Habib Pertama Kali
Orang yang pertama kali menyandang gelar habib adalah Habib Umar bin Abdurrahman Alattas yang hidup pada masa 992-1072 Hijriyah atau 1572-1652 Masehi. Habib Umar lahir di Desa Lisk, dekat Kota Inat, Hadhramaut, Yaman.
Habib Umar bin Abdurrahman Alattas merupakan ulama yang mengarang Ratib Al-Athas yang masyhur di kalangan dzurriyyah Nabi SAW. Beliaulah yang pertama kali mendapat gelar Al-Atthas yang artinya adalah orang yang bersih.
Sebelum Habib Umar, keturunan Sayyid Alwi bin Ubaidillah tidak dipanggil habib. Namun mereka dipanggil dengan sebutan sayyid, imam dan syaikh. Seperti contoh Imam Sayyid Ahmad bin Isa Al-Muhajir yang hidup pada masa 273-345 Hijriyah atau 873-956 Masehi.
Kemudian ada Imam Sayyid Muhammad bin Ali Al-Faqih Al-Muqaddam, Syeikh Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mawladawilah, dan keturunan lain sebelum Habib Umar bin Abdurrahman Alattas.
Advertisement
Kriteria Panggilan Habib
Berdasarkan keterangan Habib Zain bin Smith, panggilan habib pada awalnya hanya diberikan kepada para Sayyid Ba ’Alawi yang alim dan berdedikasi tinggi di masyarakat. Sedangkan mereka yang biasa-biasa saja dipanggil dengan sebutan Sayyid. Sementara kalau di daerah sering dipanggil dengan sebutan Iyek, Ayip atau Wan.
Orang pertama yang mendapat gelar habib ini (Habib Umar bin Abdurrahman Alattas) memiliki dedikasi tinggi dan berintegritas sehingga orang-orang di sekitarnya memanggil dengan sebutan habib atau orang terhormat dan terkasih. Tak hanya itu, Habib Umar juga memiliki tingkat keilmuan yang mumpuni beserta amalnya yang luar biasa.
Selanjutnya, orang-orang sekitar juga menyematkan panggilan habib kepada para Sayyid Ba ’Alawi yang memiliki kapasitas yang sama dengan Habib Umar. Misalnya Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dan ulama besar keturunan Nabi Muhammad SAW lainnya.
Namun kini panggilan habib tidak hanya disematkan kepada Sayyid Ba ‘Alawi yang berintegritas dan yang memiliki kapasitas keilmuan mumpuni. Belakangan ini, terutama di Jakarta dan sekitarnya, panggilan Habib juga diberikan kepada semua Sayyid Ba ‘Alawi, termasuk mereka yang bukan ulama. Di sebagian keluarga Ba ‘Alawi, kata habib juga digunakan untuk menyebut kakek. Sedangkan sebutan untuk nenek adalah Hubaabah atau Hababah.
Selain dari keturunan Sayyid Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir, para sayyid lain tersebar di berbagai belahan dunia, seperti misalnya Imam Ahmad Al-Muhajir yang memiliki 29 saudara dan memiliki keturunan di Irak dan Iran.
Belum lagi keturunan dari ayah dan kakek-kakeknya hingga ke atas. Selain Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib juga memiliki banyak keturunan. Seperti para Sayyid Thaba’thaba’I, Al-Idris, dan lain sebagainya. Sebagai keturunan Rasulullah SAW, tentu saja para sayyid memiliki kemuliaan nasab yang bersambung dengan beliau SAW.
Nasab Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas
Dengan demikian, para sayyid baik dari Ba ‘Alawi maupun non Ba ‘Alawi, semua memiliki kemuliaan nasab karena darahnya bersambung dengan Rasulullah SAW. Kemuliaan itu berlaku selama para sayyid atau habib ini tetap meneruskan ajaran Nabi Muhammad SAW dengan istiqamah dan berdedikasi tinggi dalam sosial untuk membumikan Islam yang cinta damai.
Habib Umar Al-Attas adalah keturunan Nabi Muhammad SAW ke-28 dari jalur Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib. Beliau wafat pada usia 80 tahun dan dimakamkan di Kota Huraidhah, Hadhramaut, Yaman.
Habib Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidillah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad an Naqib bin Imam Ali al Uraidhi bin Ja'far as Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein bin Sayyitina Fatimah az-Zahra radhiyallahu 'anha binti Nabi Muhammad SAW.
Advertisement