Liputan6.com, Jakarta - Sering kita mendengar Gus-nya para garangan Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam ini menyebut ‘Bu Nyai’ dan ‘Ning.’
Baca Juga
Advertisement
Ternyata kedua sebutan ini bukan hanya ditujukan untuk satu orang saja, melainkan dua orang wanita yang berbeda.
Penting memahami sebutan ini ditujukan untuk siapa. Pasalnya, beberapa waktu lalu gara-gara salah memahami maksud sebutan ini, salah seorang penderek Gus Iqdam yang bernama Jebor kena semprot artis ternama yaitu Soimah.
Diketahui, Jebor adalah pengatur jadwal pengajian Gus Iqdam yang juga pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah (ST) sekaligus Ponpes Mambaul Hikam II, Blitar.
Sebagaimana video yang tersebar di jagad maya, nama penderek Gus Iqdam ini menjadi bulan-bulanan artis papan atas ini.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gara-Gara Salah Paham, Jebor Kena Semprot Soimah
Soimah melampiaskan kekecewaannya kepada Jebor lantaran dirinya tidak memberi tahu bahwa ternyata ibunda Gus Iqdam turut serta hadir dalam acara pengajian Gus Iqdam beberapa hari yang lalu yang digelar di pendopo Soimah ini.
Jebor lantas memberikan klarifikasinya bahwa ini hanya salah faham saja. Sejatinya, kehadiran Bu Nyai di pengajian Gus Iqdam ini bukannya ia tidak mengetahuinya.
Hanya saja, Jebor salah tangkap bahwa yang dimaksud Bu Nyai ialah Ning Nila. Wajar saja ia tidak memberitahu kehadiran ibunda Gus Iqdam ke Soimah.
Padahal yang dimaksud Bu Nyai ini sejatinya ialah Ibunda Gus Iqdam yang bernama Hj. Ny. Lam'atul Walidah.
Sementara sebutan untuk istrinya, Gus Iqdam tidak pernah memanggilnya dengan sebutan ‘Bu Nyai’, melainkan Ning.
"Salah pahamnya karena Bu Nyai. Dalam pikiran saya Bu Nyai itu Ning (Ning Nila---Istri Gus Iqdam--pen), Ternyata Bu Nyai, Ibunya Gus Iqdam juga ikut " ujarnya dikutip dari tayangan YouTube Populer Dakwah, Rabu (29/11/2023).
Advertisement
Sekilas tentang Makna Bu Nyai dan Ning dalam Tradisi Pesantren
Mengutip tulisan Millatuz Zakiyah yang berjudul ‘Makna Sapaan di Pesantren: Kajian Linguistik-Antropologis dalam Jurnal Leksema, Bu Nyai merupakan panggilan untuk istri kiai yang berperan sebagai ibu para santri dalam spiritual dan kelimuan.
Sementara kata Ning dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karya WJS Poerwadarminta, diartikan sebagai kuning, penyebutan marang bocah wadon, wening (kuning, sebutan bagi anak perempuan, bening).
Panggilan ning untuk anak perempuan di luar pesantren, hanya digunakan di daerah Jawa Timur sekitar Kota Surabaya, yakni Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kota/Kabupaten Mojokerto.
Meski tidak mengacu pada panggilan bagi bangsawan di Jawa, panggilan ini sejajar dengan panggilan mbak yang digunakan untuk perempuan yang tua atau dituakan.
Akan tetapi, di pesantren, panggilan ini berbeda dengan panggilan mbak. Panggilan mbak digunakan untuk memanggil santri baik oleh sesama santri atau oleh pihak kiai, nyai, gus, ning, dan guru. Sementara panggilan ning khusus untuk memanggil putri kiai.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul