Liputan6.com, Southern Shan Selama bertahun-tahun, Myanmar dikenal sebagai penghasil opium yang cukup besar. Telah cukup banyak laporan yang menunjukkan bahwa budidaya opium semakin meningkat di Myanmar.
Meskipun begitu, hal tersebut belumlah begitu terpublikasikan luas bagaimana detail budidaya opium ini. Hal ini diperkuat karena beberapa daerah penghasil opium sedang di bawah kekuasaan para pemberontak sehingga sulit untuk menembus daerah tersebut.
Baca Juga
Seorang wartawan bernama Yunus M. Kessel ternyata berhasil untuk mendokumentasikan perjalanannya ke salah satu wilayah penghasil opium di Myanmar. Tempat yang berhasil dikunjunginya terkenal dengan sebutan wilayah Golden Triangle.
Advertisement
Dilansir dari New York Times pada Jumat (9/1/2015), ladang opium di sana begitu luas. "Ini adalah dunia poppy," kata kepala interim misi PBB di Myanmar, Jochen Wiese.
Salah satu wilayah yang dikunjungi di Myanmar adalah Southern Shan State. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang terisolasi, tetapi sekaligus sangat terhubung dengan dunia luar dalam hal perdagangan opium.
Menariknya, para petani yang membudidayakan opium begitu terbuka untuk membahas tanaman terlarang tersebut.
Hal ini bukan berarti para petani tersebut dengan sadar melakukan pekerjaan yang tidak benar. Para petani ini justru terhimpit oleh keadaan ekonomi yang semakin mendesak.
"Para petani opium bukan orang jahat. Mereka adalah orang miskin yang kekurangan pangan, tinggal jauh dari pusat dan pasar di mana mereka dapat menjual produknya. Mereka membutuhkan alternatif yang layak dari menanam bunga candu," imbuh Cheikh Toure, Country Manager UNODC.
Di sana, hampir semua keluarga punya setidaknya 1 orang yang tinggal atau bekerja di Thailand. Sisanya, tinggal di pondok-pondok jerami sederhana yang di sekelilingnya tumbuh bunga candu.
"Ini adalah salah satu pemandangan paling indah yang pernah kulihat di Asia Tenggara. Pegunungan berselimut kabut dan bunga warna warni tumbuh di alam liar," Kata Yunus.
"Menyedihkan, daerah ini ditelan oleh perdagangan narkoba. Padahal wilayah ini sangat, sangat potensial," tambahnya.