Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tidak mendengar tentang tantangan yang satu ini? Ice Bucket Challenge pernah menjangkiti semua orang, termasuk para selebriti dunia. Mereka akan menyiapkan satu ember yang penuh berisi es batu dan menyiramkannya tepat di atas kepala. Tadinya, Ice Bucket Challenge dilakukan atas dasar keprihatinan terhadap hal-hal negatif yang terjadi di sekitar. Namun, apakah tantangan ini benar-benar bekerja?
Baca Juga
Dilansir dari cosmopolitan.com, Kamis (28/7/2016), sebuah asosiasi bernama ALS melakukan penelitian tentang tantangan yang begitu viral di tahun 2014 ini.
Banyak orang mengikuti tantangan ini karena mereka pikir bahwa dengan melakukan Ice Bucket Challenge, mereka dapat memberikan semacam kekuatan.
Ternyata, Ice Bucket Challenge berhasil mengumpulkan 115.000.000 Dolar AS atau sekitar Rp 1,9 triliun.
Advertisement
Asosiasi ALS mendanai enam proyek untuk melakukan penelitian terhadap hal ini, salah satunya menemukan gen baru dalam masyarakat yang berkontribusi kuat terhadap Ice Bucket Challenge.
Menurut BBC, gen tersebut mengarah kepada perasaan 20.000 orang Amerika yang melakukan tantangan ini, dinamakan penyakit neurodegenerative.
Jadi, tidak hanya menyiramkan es batu ke kepala mereka, orang-orang yang melakukan Ice Bucket Challenge juga menyumbangkan sejumlah uang yang mereka miliki untuk membantu sesama. Ini dinilai sebagai perasaan empati untuk ikut mengambil bagian terhadap kesulitan yang dihadapi orang lain.
Tidak hanya tren viral semata, bukan?