Cita Rasa Kuliner Peranakan dari Restoran Berusia 70 Tahun

Pernah mendengar tentang Restoran Trio, salah satu destinasi kuliner favorit tertua dan legendaris di Jakarta? Simak ulasannya berikut ini.

oleh Adinda Tri Wardhani diperbarui 24 Jan 2017, 14:24 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2017, 14:24 WIB

Liputan6.com, Jakarta Mungkin banyak dari Anda yang sudah pernah mendengar tentang Restoran Trio, salah satu destinasi kuliner favorit tertua dan legendaris di Jakarta. Restoran ini didirikan pada 1947, dua tahun setelah kemerdekaan RI. Restoran Trio berada di wilayah Gondangdia dan mudah ditemukan. Restoran ini memiliki warna hijau yang khas pada bangunannya dan terdapat papan petunjuk di bagian atapnya. Bagi penggemar kuliner dengan masakan bergaya peranakan pasti tahu Restoran Trio.

Baru-baru ini, Good Indonesian Food mengunjungi Restoran Trio dan disambut dengan sapaan hangat dari para staf. Ada lebih dari 300 jenis makanan, termasuk menu masakan Kanton, Indonesia, dan Belanda. Sebuah kombinasi unik.

Di sudut dekat kasir, makanan khas restoran ini tertulis di dinding dengan gaya bahasa Indonesia lampau. lumpia udang trio dan ayam nanking.

Umumnya, kemahiran memasak restoran peranakan ditentukan oleh acarnya. Restoran Trio membuktikan bahwa mereka ahli di bidangnya. Di sini, makanan pembuka disajikan di atas sebuah piring timah. Acar renyahnya memiliki paduan rasa yang pas antara manis dan asam, sungguh menyegarkan. Tak lama, lumpia udang trio berisi potongan daging udang yang diselimuti kulit tahu tersaji. Rasanya lezat. Bagian luarnya terasa renyah, sementara isinya terasa nikmat. Selain itu, ayam nankingnya dilapisi udang goreng cacah, serta saus asam manisnya yang terbuat dari campuran mentega, dan saus worcestershire yang tak kalah nikmat.

Pemilik restoran, Effendy ini kerap duduk di bagian kasir sembari menghitung pendapatannya hari itu. Mungkin umurnya sekitar 70 tahunan, tetapi masih terlihat kuat dan sehat. Beliau adalah anak kedua dari almarhum Lam Khay Tjoe, salah satu penggagas Restoran Trio.

“Ayah saya membuka restoran ini bersama Tan Kim Po dan Tan Lung,” ujarnya. Ia mengambil alih restoran tersebut pada 1963 dan pada masa kepemimpinannya, ia telah bertemu banyak orang terkenal, seperti Ali Sadikin, Bagong Kussudiardja, bahkan D.N. Aidit, pemimpin Partai Komunis Indonesia.

“Generasi yang lebih muda, seperti Butet Kartaredjasa, tahu tentang restoran ini dari orangtuanya,” ungkapnya. Kemudian, dia menunjukkan koleksi kartu nama yang dia dapatkan dari para pelanggannya sejak bertahun-tahun lalu hingga kini.

Ketika ditanya tentang kelanjutan restorannya, Effendy menggelengkan kepala dan tersenyum.

“Anak perempuan saya setuju untuk meneruskan restoran ini. Dia tidak bisa memasak, jadi kami sedang melatihnya. Untuk menjadi pemilik restoran, seseorang harus tahu seni memasak. Anda tidak bisa hanya mengandalkan koki. Andalah yang harus tahu ukuran tiap bahan untuk memastikan kualitas hidangan Anda,” katanya.

Temui lebih banyak restoran dan kuliner legendaris Indonesia lainnya di Good Indonesian Food (GIF).

Jl. Rp. Soeroso No. 29A, Cikini
Jakarta Pusat
Telp: (021) 31936295
Buka tiap hari, pukul 10.00–14.00 dan 17.00–22.00 WIB
Rp100.000 per orang/US$8

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya