Jayalah Pancasila Berkumandang di Danau Kelimutu Flores

Hastag #JayalahPancasila sejak subuh 31 Mei 2017 sampai tengah hari masih bertengger di daftar trending topic Twitter nasional.

oleh hidya anindyati diperbarui 01 Jun 2017, 13:45 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2017, 13:45 WIB
Tebaran pesona Indonesia menggema di puncak Kelimutu manakala rombongan seniman muda Ende berbaris berderet membentang mengitari tugu dan bersama menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Tebaran pesona Indonesia menggema di puncak Kelimutu manakala rombongan seniman muda Ende berbaris berderet membentang mengitari tugu dan bersama menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Liputan6.com, Flores Semangat lahirnya Pancasila, 1 Juni, juga berkumandang di destinasi Danau Kelimutu, Flores, 31 Mei 2017. Jelang perayaan puncak Parade Hari Kebangsaan di Kota Ende, Flores, para seniman dan Wayang Ajen tampil di puncak Gunung Kelimutu dengan mengusung #JayalahPancasila.

"Presiden Sukarno menemukan Pancasila di Ende karena merenung bersama alam, hewan, dan berkomunikasi dengan manusia. Acara ini bentuk kejayaan Pancasila dan kita tegakkan Pancasila bersama alam yang indah, dan destinasi yang menawan seperti Danau Kelimutu," ujar Kepala Bidang Wisata Budaya Asdep Segmen Personal Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Wawan Gunawan.

Wawan yang didampingi Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Budaya Taufik Rahzen menyebut, dua tahun lalu, 1 Juni 2015, Menpar Arief Yahya mengikuti prosesi Parade Kebangsaaan. “Betul, saya ikut parade berjalan seitar 3 kilometer, dengan pakaian adat NTT, keliling kota dengan masyarakat banyak,” kata Menpar Arief Yahya.

Menteri Arief juga sempat berkunjung ke rumah bekas pembuangan Bung Karno di Kota Ende. Di dalamnya terdapat barang-barang yang pernah dipakai oleh Proklamator RI yang juga presiden pertama republik ini. Selain itu, ada sumur, timba air tradisional, di belakang ada tempat ibadah, dan lainnya. “Rumah bekas pembuangan Bung Karno itu sudah menjadi destinasi sejarah di sana,” ungkap Arief Yahya.

Di Acara festival ini, ratusan pemuda dan pemudi Nusa Tenggara Timur (NTT) dari berbagai agama dan suku berkumpul dan melakoni adegan seni dipimpin oleh Taufik Rahzen. Semua wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara bercampur menikmati keindahan danau yang memiliki tiga warna yang menarik dan seksi dan memiliki udara segar.

Wayang Ajen tampil dengan tema mencari air suci dan keridhaan Tuhan dengan menegakkan Pancasila. "Danau Kelimutu indah, sangat luar biasa, membuat penampilan seniman juga semakin menjiwai bersama alam, mari kita bersatu dengan momentum #JayalahPancasila, " ujar Wawan.

Hastag #JayalahPancasila yang, sejak subuh 31 Mei 2017 sampai tengah hari masih bertengger di daftar trending topic Twitter nasional. Anak-anak GenPI –Generasi Pesona Indonesia—yang terus memposting tema-tema Pancasila yang membuat merinding masyarakat.

Sejak jelang matahari terbit rombongan wisatawan mancanegara seperti dari Perancis, Itali, Spanyol dan Inggris datang ke puncak Gunung Kelimutu berbaur bersama wisatawan nusantara dan rombongan para seniman yang menyajikan pertunjukan langka. Sebuah kolaborasi hebat yang digagas budayawan Taufik Razen bertajuk performing art untuk Kalimutu yang bermutu.

Tebaran pesona Indonesia menggema di puncak Kelimutu manakala rombongan seniman muda Ende berbaris berderet membentang mengitari tugu dan bersama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lantunan vokal dan ayunan penari Ende serta suara musik gitar dan gesekan biola yang mengalunkan lagu-lagu nasionalis untuk kejayaan Pancasila dan Bangsa Indonesia.

Selain itu, monolog pidato Bung Karno dibacakan oleh seniman asal Bandung Jawa Barat Wawan Sofwan dengan suara berat menirukan vibra Bung Karno, sungguh terasa menggugah hati dengan pekikan #JayalahPancasila. Giliran Wawan Gunawan alias dalang Wawan Ajen yang didaulat oleh Taufik Razen untuk tampil menyajikan monolog wayang ajen dalam lakon semangat Pancasila.

Wawan Ajen tampil secara spontan dengan ekspresif memainkan daun-daun yang menyerupai bayangan gunungan dan wayang kulit. Dikisahkan tokoh Bima dalam semangat dan kesejatiannya dalam mencintai dasar negara, sejatinya Pancasila harus ada dan tertanam dalam hati.

Seperti diketahui, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar mendukung acara puncak yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2017 di Lapangan Pancasila, Ende, Flores.

Kabupaten Ende di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi saksi kehidupan Ir. Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Kentalnya nilai sejarah yang dialami Bapak Plokamator yang lahir pada 6 Juni 1901 dengan daerah ini diabadikan melalui event tahunan Parade Pesona Kebangsaan 2017 untuk napak tilas sejarah Bung Karno di Ende.

Tidak hanya soal Bung Karno, di Ende, destinasi wisatanya sangat banyak dan beragam. Selain Taman Renungan Bung Karno dan Rumah Pengasingan Bung Karno, Pesona Ende memiliki Kampung Adat Wolotopo, Danau Kelimutu (Danau Tiga Warna), Museum Tenun Ikat, Pantai Ria atau Pantai Ende, Kampung Adat Jopu, Pasar Tradisional Ende, Pantai Batu Biru, Air Terjun Murondao dan Museum Bahari Ende.

"Danau Kelimutu ini sang Fajar, Pak Soekarno juga Sang Fajar negara kita, untuk kaitannya dengan alam Danau Kelimutu yang indah ini juga bisa dilihat Fajar terbit dengan indah di Danau ini. Jadi sangat layak untuk go international, karena Danau Kelimutu sangat berstandard international,"ujar Wawan yang diamini Taufik.

Kemenpar diwakili langsung oleh Deputi Bidang Pengembangan Pamasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti yang akan ikut dalam acara puncak parade.

Wawan menjelaskan, parade Kebangsaan ini merupakan kristalisasi kesadaran berbangsa bernegara, yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan. Beragam kegiatan (multievent) yang berpuncak pada Upacara Pancasila pada 1 Juni mendatang, untuk mengenang paruh kehidupan Bung Karno di Ende, yang menginspirasi pokok pikiran tentang Pancasila. "Ini harus jadi momentum kita untuk bersatu, bersama saling menghargai, jayalah pariwisata Indonesia, #JayalahPancasila," ujar Wawan di puncak Gunung Kelimutu.

Setelah menggelar renungan malam yang bersifat reflektif yang diselenggarakan di Taman Soekarno. Di Pulau Ende, pada saat yang sama, berbagai kalangan dari seluruh Indonesia juga melakukan renungan malam. Esok harinya mereka melakukan pelayaran fajar dan melakukan ritual di Danau Kelimutu.

Wawan juga mengatakan bahwa napak Tilas Alam Soekarno juga menjadi kegiatan yang menarik untuk dikembangkan, sebagai lawatan sejarah dan jalur wisata alam baru dengan latar keindahan alam Flores.

Kegiatan tersebut merupakan lintasan Gunung Meja ke Danau Kelimutu, lalu Karnaval Etnik Alam Terbuka, Lokakarya dan Pembelajaran, serta Prosesi Elang Rajawali yang menjadi simbol Garuda Pancasila.

Menurut Menpar Arief Yahya, Parade Pesona Kebangsaan juga bagian dari upaya memperkuat atraksi sebagai bagian penting dari unsur 3 A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas).

“Danau Kelimutu juga dekat dari destinasi prioritas Kemenpar yakni Labuan Bajo. Danau tiga warna itu harus dijaga kebersihannya, tanamannya, flora dan faunanya. Bagi wisatawan jangan buang sampah sembarangan. Jaga alam kita, dan #JayalahPancasila,"ujar Menpar Arief Yahya.

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya