Sejarah Lebaran Betawi, Seperti Apa?

Pemprov DKI Jakarta menggelar Lebaran Betawi yang berlangsung pada 19-21 Juli.

oleh Komarudin diperbarui 20 Jul 2019, 13:30 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2019, 13:30 WIB
20160807- Bundaran HI Diserbu Ribuan Pendekar Betawi-Jakarta-Angga Yuniar
Tiga pendekar cilik memeragakan gerakan pencak silat di Jakarta, Minggu (7/8). Sekitar 1000 pendekar memadati Bundaran HI untuk merayakan Lebaran Pendekar Betawi 2016. (Liputan6.com/Angga

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar Lebaran Betawi ke-12 selama tiga hari. Acara mulai 19-21 Juli 2019 di Lapangan Silang Monas Barat Daya, Jakarta Pusat.

Lebaran selalu identik dengan hari raya umat Muslim yang dirayakan setiap Syawal. Lebaran berlangsung setelah menjalani ibadah puasa Ramadan selama sebulan. Apa itu Lebaran Betawi?

Seperti Lebaran umumnya, Lebaran Betawi merupakan ajang silaturahmi bagi seluruh warga Betawi. Tak hanya di Jakrta, tapi juga mereka yang tinggal di daerah lain.

Amarullah Asbah merupakan sosok yang menggagas Lebaran Betawi. Ia merupakan Wakil Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi atau Bamus Betawi pada 2008.

Lebaran Betawi I berlangsung di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada 18 Oktober 2008 lalu masa Gubernur Fauzi Bowo. Hari pertama penyelenggaraan, ribuan orang Betawi dari berbagai daerah memadati Lapangan Banteng. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Palang Pintu

Meriahnya Suasana Lebaran Orang Depok 2019
Warga menampilkan silat palang pintu saat Lebaran Orang Depok di Sawangan, Depok, Jawa Barat, Minggu (7/7/2019). Lebaran Orang Depok baru pertama kali diadakan acara tersebut untuk melestarrikan budaya dan sebagai ajang silaturahmi warga Depok. (Liputna6.com/Herman Zakharia)

Hingga saat ini Lebaran Betawi terus berjalan. Ketua Pelaksana Lebaran Betawi 2019 Muhammad Rifqi mengatakan, kegiatan ini dimeriahkan oleh beragam acara yang mengandung unsur kesenian khas Betawi, seperti sohibul hikayat, tanjidor, gambus, marawis, palang pintu, tarian Betawi, atraksi silat Betawi, gambang kromong, dan lenong.

Di antara banyak acara itu, palang pintu termasuk yang cukup diminati masyarakat. Dalam bahasa Betawi, palang bermakna penghalang supaya orang lain tak bisa lewat, sedangkan pintu berarti pintu pada umumnya.

Jadi, palang pintu adalah tradisi Betawi untuk membuka penghalang orang lain untuk masuk ke daerah tertentu di mana daerah tersebut mempunyai jawara. Palang pintu merupakan tradisi yang menjadi bagian dari upacara pernikahan masyarakat Betawi yang saat ini masih lestari.

Tradisi palang pintu sempat digunakan saat menyambut para pemain legendaris Liverpool saat berkunjung ke Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada 8 Maret 2018 lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya