Liputan6.com, Jakarta - Indonesia adalah negara dengan ragam kuliner dengan cita rasa yang khas di setiap daerah. Begitu pula dengan rujak, makanan yang dominan terdiri dari buah-buahan dan biasa disantap saat hari terik.
Saking banyaknya cerita rakyat, sejarah rujak menjadi simpang siur. Sampai saat ini belum diketahui sejarah yang sebenarnya dari rujak ini. Dilansir dari Petisan Suroboyo, Jumat, 4 Oktober 2019, dalam tradisi Jawa, awalnya rujak adalah makanan sajian dalam ritual selamatan tujuh bulanan wanita yang sedang hamil.
Advertisement
Baca Juga
Jika rujak yang disajikan rasanya manis, menandakan bahwa bayi yang dikandung adalah perempuan. Sedangkan, rujak yang disajikan rasanya sepat atau pahit, menandakan anak yang dikandungnya adalah laki-laki.
Namun karena seiring berjalannya waktu, rujak banyak dinikmati orang. Banyak wanita hamil yang senang dengan rujak karena rasanya yang menyegarkan. Bahkan saat ini, rujak yang populer bukan hanya berbahan dasar buah, tapi juga sayuran. Rasanya pun bukan hanya manis, tapi ada yang asam, sepat, bahkan gurih.
Bagi Anda yang belum tahu apa saja jenis rujak populer di Nusantara, berikut adalah enam jenis rujak populer yang dirangkum dari beragam sumber.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Rujak Buah
Rujak buah adalah yang paling banyak ditemukan di berbagai daerah di Nusantara. Rujak ini berisi irisan buah setengah matang seperti mangga, jambu air, kedondong, bengkuang, pepaya dan nanas. Bumbu tambahannya yaitu gula jawa dan kacang tanah goreng yang ditumbuk, biasanya ditambah sedikit cabai agar rasanya lebih pedas dan menyegarkan.
Berikutnya adalah rujak gobet atau rujak serut. Isi dari rujak asal Malang ini hampir sama seperti rujak buah pada umumnya, hanya saja penyajiannya berbeda. Dalam rujak gobet, semua buah diserut kasar, kemudian direndam dengan bumbu rujak yang pedas, manis, dan gurih. Biasanya, rujak gobet banyak dibuat untuk acara pernikahan, khitanan, dan hajatan lainnya.
Ketiga ada Rujak Kuah Pindang. Rasa segar buah ditambah sensasi sedikit amis dari kuah pindah bercampur dalam satu piring. Rujak dari Bali ini berisi buah setengah matang dari mangga, jeruk bali, dan kedondong yang diiris tipis lalu disiram kuah kepala ikan yang gurih dan pedas.
Advertisement
Rujak Bebek
Keempat ada rujak bebek. Bebek bukan berarti unggas, melainkan diambil dari kata dalam Bahasa Sunda yaitu Beubeug atau tumbuk. Buah yang dimasukkan berupa pepaya muda, bengkuang, kedondong, nanas, ubi muda, dan tak jarang buah pace ikut menjadi campuran.
Semua buah dikupas lalu dimasukkan dalam lesung dari kayu dan ditumbuh bersama bumbu. Kalau di Bandung biasanya masih disajikan dengan wadah dan sendok dari daun pisang, tapi saat ini sudah banyak yang menggunakan piring kecil atau bungkus plastik mika.
Kelima ada Rujak U Groeh. U Groeh adalah kata dalam bahasa asli Aceh besar yang artinya batok kelapa. Kudapan khas Aceh Besar ini tidak berisi buah, malah berisi potongan batok kelapa yang masih muda, sehingga terasa lembut dan renyah saat dikunyah. Bumbunya pun tak kalah unik, yaitu terdiri dari campuran bahan gula merah, cabai, tepung roti, dan perasan jeruk nipis.
Terakhir ada Rujak Cingur. Cingur berasal dari bahasa yang Jawa Ngoko yang artinya mulut atau moncong. Maksudnya adalah, bahan utama rujak ini adalah moncong sapi yang direbus hingga lembut dan kenyal. Paduannya adalah buah setengah matang dan sayuran seperti tauge, kangkung dan buncis.
Terakhir, guyuran sambal kacang siap membuat rasanya makin nikmat. Rujak asal Jawa Timur ini tidak seperti kebanyakan rujak buah lainnya, tapi tetap jadi incaran wisatawam lokal maupun mancanegara saat berkunjung ke Jawa Timur. (Ossid Duha Jussas Salma)