Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona COVID-19 yang melanda Inggris memaksa Putri Beatrice membatalkan rencana resepsi pernikahan yang sudah dirancang jauh-jauh hari. Meski begitu, ia dan sang tunangan, Edoardo Mapelli Mozzi bakal tetap melangsungkan pernikahan pada 29 Mei 2020.
Semula, Putri Beatrice dan pebisnis asal Italia berencana menikah pada 29 Mei di Kapel Kerajaan di Istana St. James. Rencananya, pernikahan itu bakal dihadiri 150 orang keluarga dan kerabat kedua mempelai.
Advertisement
Baca Juga
Itu pun setelah mereka membatalkan rencana menggelar pesta pernikahan di Istana Buckingham. Pengumuman pembatalan disampaikan pada Rabu, 18 Maret 2020, tetapi saat itu, mereka mempertimbangkan opsi menggelar resepsi dalam jumlah undangan lebih terbatas.
Namun, pemikiran itu sepertinya tak bisa dilakukan. Dilansir dari laman Hello Magazine, Jumat (20/3/2020), Gereja Inggris menyarankan adalah selama pandemi COVID-19 berlangsung, jumlah orang yang menghadiri pernikahan di gereja dibatasi hanya lima orang saja, yakni syarat bisa terselenggaranya pernikahan.
Lima orang itu terdiri dari kedua mempelai, pendeta, dan dua orang saksi.
"Putri Beatrice dan Tuan Mapelli Mozzi sangat menantikan momen pernikahan, tetapi juga menyadari untuk menghindari risiko yang tidak perlu dalam kondisi seperti saat ini," demikian pernyataan resmi dari Istana.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dihadapkan Dilema
Istana melanjutkan, seiring dengan imbauan pemerintah, pasangan itu akhirnya membatalkan untuk mengundang keluarga besar, khususnya Ratu Elizabeth II dan anggota Kerajaan Inggris berusia lanjut lainnya.
Setelah memutuskan menggelar pernikahan dengan hanya dihadiri dua saksi, Putri Beatrice dan sang tunangan kini mengalami dilema tentang siapa yang bisa diundangnya dalam pernikahan tersebut. Sang Putri harus memilih antara saudarinya, Putri Eugenie atau orangtuanya, antara Pangeran Andrew dan Sarah Ferguson.
Siapapun yang menjadi pilihannya, pasti akan ada yang tidak hadir dalam momen bahagia itu. Sementara, keluarga Edoardo yang tinggal di Italia diperkirakan tak bisa datang mengingat negeri itu memiliki korban jiwa akibat COVID-19 tertinggi di Eropa.
Advertisement