Liputan6.com, Jakarta - Wanita yang kuliah di universitas swasta di Afghanistan diperintahkan mengenakan abaya dan niqab yang menutupi sebagian besar wajah oleh Taliban. Di samping itu, kelas juga harus dipisahkan berdasarkan jenis kelamin atau setidaknya dibatasi tirai, lapor AFP, Senin (6/9/2021).
Dalam dokumen yang dikeluarkan otoritas pendidikan Taliban, tertulis bahwa siswa perempuan diperbolehkan hanya diajar perempuan lain. Jika tidak memungkinkan, pengajar pria tua yang "berkarakter baik" diperbolehkan mengisi kelas tersebut.
Dekrit itu berlaku untuk perguruan tinggi dan universitas swasta yang telah menjamur sejak pemerintahan pertama Taliban berakhir pada 2001. Dalam masa pemerintahan pertama Taliban pada pertengahan 90-an, perempuan dan anak perempuan sebagian besar dikeluarkan dari pendidikan karena aturan tentang kelas sesama jenis.
Advertisement
Baca Juga
Belum lagi berbicara tentang desakan bahwa mereka harus ditemani kerabat laki-laki setiap kali meninggalkan rumah. Aturan-aturan ini merumahkan banyak perempuan, membuat tingkat pendidikan di kalangan mereka rendah.
Setelah merebut Kabul pertengahan bulan lalu, Taliban mengatakan tidak ada perintah bagi wanita untuk mengenakan burqa. Namun dalam peraturan baru yang dikeluarkan pada Sabtu, 4 September 2021, niqab secara efektif diwajibkan, pemakaiannya menutupi sebagian besar wajah, hanya menyisakan sepasang mata.
Dalam beberapa tahun terakhir, burqa dan niqab tidak dominan terlihat di jalan-jalan Kota Kabul, lebih sering terlihat di kota-kota kecil. Aturan berbusana bagi perempuan Afghanistan ini muncul karena kegiatan belajar-mengajar di universitas swasta kembali berlangsung hari ini.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Berbaur di Luar Kelas
Aturan baru itu menambahkan bahwa laki-laki dan perempuan harus menggunakan pintu masuk dan keluar yang terpisah. Juga, perempuan harus mengakhiri pelajaran mereka lima menit lebih awal dari pria untuk menghentikan mereka berbaur di luar kelas.
Para pelajar perempuan kemudian harus tinggal di ruang tunggu sampai rekan pria mereka meninggalkan gedung, menurut dekrit yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan Tinggi Taliban. "Praktiknya, ini adalah rencana yang sulit,"Â kata seorang profesor universitas yang meminta namanya tidak disebutkan.
"Kami tidak memiliki cukup instruktur atau kelas perempuan untuk memisahkan para gadis," tuturnya. "Tapi, fakta bahwa mereka (Taliban) mengizinkan perempuan dan anak perempuan bersekolah adalah langkah positif yang besar."
Advertisement
Antisipasi Nasib Pendidikan Perempuan
Selama 20 tahun terakhir, sejak Taliban terakhir berkuasa, tingkat penerimaan universitas telah meningkat secara dramatis, terutama di kalangan wanita. Sebelum Taliban kembali merebut kekuasaan, wanita belajar bersama pria dan menghadiri seminar dengan profesor pria.
Di samping keprihatinan pada norma berpakaian, banyak negara dan kelompok hak asasi yang mengkhawatirkan nasib pendidikan perempuan di Afghanistan dalam periode pemerintahan Taliban. Suhail Shaheen, juru bicara Taliban, sempat memberi kepastian tentang topik ini.
Ia menyebut, "Perempuan bisa menyenyam pendidikan, dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, termasuk universitas. Kami telah mengumumkan kebijakan ini di konferensi internasional, konferensi Moskow, dan di sini, di konferensi Doha." Ribuan sekolah di wilayah yang berhasil diduduki Taliban masih beroperasi, tambahnya.
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan
Advertisement