Liputan6.com, Kabul - Taliban dilaporkan telah membubarkan paksa demonstrasi yang dilakukan oleh puluhan wanita di Kabul yang menuntut hak perempuan, menyusul pengambilalihan Taliban atas Afghanistan.
Kelompok perempuan itu mengatakan bahwa Taliban menargetkan mereka dengan gas air mata dan semprotan merica ketika mereka mencoba melakukan march dari jembatan ke Istana Presiden di Kabul, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (5/9/2021).
Baca Juga
Advertisement
Namun, Taliban mengatakan bahwa demonstrasi itu 'tidak berizin dan telah berlangsung di luar kendali' menurut outlet media Afghanistan Tolo News/
Video: A number of women rights activists and reporters protested for a second day in Kabul on Saturday, and said the protest turned violent as Taliban forces did not allow the protesters to march toward the Presidential Palace. #TOLOnews pic.twitter.com/X2HJpeALvA
— TOLOnews (@TOLOnews) September 4, 2021
Ini adalah yang terbaru dari beberapa protes oleh perempuan di Kabul dan Herat.
Para wanita menyerukan hak untuk bekerja dan dimasukkan dalam pemerintahan. Taliban mengatakan mereka akan mengumumkan susunan pemerintahan mereka dalam beberapa hari mendatang.
Taliban mengatakan perempuan dapat terlibat dalam pemerintahan, tetapi tidak memegang posisi menteri.
Perempuan Afghanistan Ketakutan
Banyak wanita takut kembali ke cara mereka diperlakukan ketika Taliban sebelumnya berkuasa, antara tahun 1996 dan 2001. Perempuan dipaksa untuk menutupi wajah mereka di luar, dan hukuman yang keras dijatuhkan karena pelanggaran ringan.
"Dua puluh lima tahun yang lalu, ketika Taliban datang, mereka mencegah saya pergi ke sekolah," kata jurnalis Azita Nazimi kepada Tolo.
"Setelah lima tahun pemerintahan mereka, saya belajar selama 25 tahun dan bekerja keras. Demi masa depan kita yang lebih baik, kita tidak akan membiarkan ini terjadi."
Demonstran lain, Soraya, mengatakan kepada Reuters: "Mereka juga memukul kepala wanita dengan popor senjata, dan para wanita menjadi berdarah."
Advertisement