Dilema Thailand Kembali Terapkan Program Perjalanan Tanpa Karantina per 1 Februari 2022

Program perjalanan tanpa karantina Thailand yang disebut Test and Go itu hadir dengan versi diperbarui. Banyak kritik terhadap versi baru tersebut.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 31 Jan 2022, 12:07 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2022, 12:07 WIB
Ilustrasi Koh Samui di Thailand
Ilustrasi Koh Samui di Thailand (dok.unsplash/ Taylor Simpson)

Liputan6.com, Jakarta - Program Test and Go yang menjadi bagian dari Thailand Pass direncanakan akan kembali diterapkan pada Selasa, 1 Februari 2022. Versi terbaru program yang dirancang agar para turis asing bisa berjalan-jalan tanpa kewajiban karantina itu akan menerapkan tambahan biaya dan dokumen yang harus dipenuhi.

Para wisatawan akan diminta untuk memesan kamar SHA+ prabayar ekstra dan tes PCR pada hari ke-5 mereka menginap. Berbeda dengan versi Test and Go sebelumnya, wisatawan asing hanya diminta menjalani satu kali tes dan memesan kamar prabayar pada hari pertama kedatangan. 

 

Proses pendaftaran untuk program Test and Go yang direvisi sebenarnya tidak dimulai sejak 1 Februari 2022. Jadi, mereka baru tiba di Thailand akan mengikuti aturan tersebut dalam beberapa hari atau mungkin beberapa minggu ke depan.

Program Test and Go sempat dihentikan sejak 22 Desember 2021. Selama penghentian itu, beragam program Sandbox tetap dijalankan untuk mengisi kekosongan kedatangan. Mereka diharuskan memesan kamar SHA+ prabayar di wilayah atau provinsi yang ditetapkan. Selama itu, turis asing diperkenakan berkegiatan luar ruang saat siang hari, dan kembali ke hotel di malam hari. 

Program Test and Go dinilai mampu mendongkrak kunjungan wisatawan asing ke Thailand sejak diperkenalkan. Mulai 1 November, saat program dimulai, hingga saat ini, tercatat 381.871 pelancong asing tiba di negara itu. 83 persen di antaranya tiba menggunakan skema Test and Go, sisanya menggunakan konsep Sandbox atau program karantina alternatif lainnya.

Dikutip dari The Thaiger, Senin (31/1/2022), sementara sektor pariwisata Thailand berharap akan penerapan kembali Test and Go akan meningkatkan minat kunjungan, penerbangan menuju Thailand masih terbatas saat ini. Hal itu lantaran jumlah permintaan belum mencapai level yang ditetapkan maskapai internasional untuk bisa menambah jumlah penerbangan ke sana.

Di sisi lain, respons publik terhadap versi baru Test and Go cenderung negatif. Hal itu menyusul adanya penambahan biaya akomodasi dan tes PCR  tambahan dalam skema tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Situasi Thailand

Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)
Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)

Situasi dalam negeri Thailand jelang peluncuran kembali program Test and Go juga tak terlalu semarak. Bar dan klab malam secara resmi masih dilarang buka. Namun, ada celah yang dimanfaatkan pemilik restoran yang juga membuka bar. Mereka bisa menyajikan alkohol hingga pukul 11 malam kepada pengunjung. 

Fasilitas itu juga rata-rata hanya bisa diakses di Zona Biru, yakni kawasan ramah turis. CCSA, pihak yang bertanggung jawab merespons situasi Covid-19 di Thailand, akan kembali menggelar rapat pada pekan depan. Tujuannya untuk mengkaji ulang pemetaan zona dan pembatasan yang berlaku saat ini.

Thailand juga masih mewajibkan semua orang menggunakan masker di tempat publik. Meski kebanyakan warga lokal dan ekspatriat tidak mempermasalahkan kebijakan itu, sejumlah calon turis mengaku mereka tidak akan kembali bila kewajiban memakai masker tidak dicabut.

Sejak program Test and Go ditangguhkan pada 22 Desember, jumlah kasus positif baru dan kematian akibat Covid-19 terjaga stabil. Rata-rata 12--20 kematian dan 7.000-8.000 kasus baru tercatat sebulan terakhir. Karena data itu pula, pemerintah tidak cukup yakin mengambil langkah menghapus kewajiban penuh karantina dan tes PCR untuk wisatawan asing. 

Kondisi Kawasan

Ilustrasi bendera Filipina (AFP/Noel Cells)
Ilustrasi bendera Filipina (AFP/Noel Cells)

Di sisi lain, negara-negara tetangga mengembang konsep masing-masing untuk mengundang lebih banyak wisatawan asing ke negara mereka. Filipina, misalnya, berencana membuka kembali perbatasannya untuk wisatawan yang sudah divaksinasi penuh pada 10 Februari 2022.

Pelancong dari 157 negara akhirnya diizinkan kembali memasuki Filipina setelah pemerintah terpaksa membatalkan rencana pembukaan pada 1 Desember 2021 akibat melonjaknya kasus Omicron. Filipina tidak akan menerapkan kewajiban karantina bagi pelancong asing. Mereka hanya akan diminta menunjukkan hasil negatif tes Covid-19 yang diambil sebelum terbang ke Filipina.

Sementara itu, Kamboja meluncurkan kampanye Kamboja: Destinasi Wisata Hijau dan Aman pada Kamis, pekan lalu. Negara itu akan mengizinkan wisatawan yang sudah divaksinasi penuh untuk mengunjungi negara tersebut tanpa karantina.

Berbeda dengan Kamboja, Singapura tetap membatasi jumlah pelancong yang bisa memasuki negara mereka lewat program bebas karantina, yakni vaccinated travel lane (VTL). Meski demikian, sejumlah aturan dilonggarkan, yakni bagi mereka yang tiba di Singapura setelah 24 Januari lewat VTL, diperbolehkan mengetes Covid-19 mandiri tujuh hari setelah kedatangan. Mereka pun tak perlu melaporkan hasilnya.

Sedangkan, Indonesia dengan program Bali Kembali masih belum menunjukkan hasil positif sejak diluncurkan pada Oktober 2021. Dalam tiga bulan pertama pembukaan kembali, tidak satu pun pesawat rute internasional yang mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai.

Ancaman Klaster Covid-19 di Tempat Wisata

Infografis Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya