Cerita Akhir Pekan: Tuntutan Model Masa Kini

Tuntutan dunia permodelan sangat rentan berubah karena menyesuaikan dengan zaman. Bagaimana ini dirangkul mulai dari agensi model, sampai brand?

oleh Asnida Riani diperbarui 27 Feb 2022, 10:01 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2022, 10:00 WIB
Base Skincare, Personalisasi Produk Skincare Sesuai Kebutuhan Kulit Berbasis Teknologi
Model-model dalam kampanye BASE skincare. (Foto: BASE Skincare)

Liputan6.com, Jakarta - Dunia permodelan tidak jadi pengecualian dalam hal beradaptasi dengan zaman. Maka itu, tuntutan bagi para pelakonnya bisa jadi berubah untuk tetap relevan, yang umumnya sejalan dengan perkembangan gagasan-gagasan sosial.

Founder Wynn Models, Adwin Saputra, yang telah bergelut selama 17 tahun di dunia modeling, mengatakan bahwa pertimbangan memilih model masa kini dipengaruhi banyak faktor. "Kalau dari saya pribadi, tetap soal attitude," katanya melalui sambungan telepon dengan Liputan6.com, Rabu, 23 Februari 2022.

Ia melanjutkan, definisi cantik dan tampan di era sekarang jauh lebih relatif. Maka itu, ia memilih bertemu langsung untuk mengobrol dalam perekrutan guna mengamati laku si calon model. Adwin berkata, "Selama pandemi, jadinya Zoom meeting dulu."

"Desember lalu (2021), Wynn baru open casting dan yang daftar jadi bisa dari mana-mana. Tapi karena belum ketemu langsung, kebanyakan masih postpone," tuturnya.

Secara kriteria, Adwin berkata, Wynn Models cenderung mengikuti zaman. "Kami sudah punya model dark skin. Saya juga senang sekali bisa punya model hijab kembar. Tinggal plus size yang belum, karena belum ada yang cocok, semoga segera," ia berucap.

Sedangkan sebagai brand, brand director BASE, Cissylia Stefani van Leeuwen, mengatakan mereka sangat percaya bahwa kecantikan harus lebih inklusif. Karena itu, BASE hadir untuk membantu pelanggannya, agar lebih nyaman dengan kulit mereka sendiri.

"Dengan begitu, mereka dapat mencintai diri sendiri secara apa adanya, berani melepaskan diri dari standar kecantikan yang diterima secara budaya, dan melibatkan mereka yang sangat jarang jadi bagian dari dialog kecantikan," ia menyebutkan melalui keterangan tertulis, Sabtu, 26 Februari 2022.

"Real People, Wide Representation" adalah nilai yang melandasi semua kampanye-kampanye BASE, termasuk pemilihan representasi kampanye berupa indvidu atau komunitas, di mana pihaknya telah bekerja sama dengan konsumen sebagai wajah kampanye. Hal ini sesuai dengan tujuan kampanye BASE.

Mereka ingin menciptakan wadah percakapan dan jadi safe space bagi generasi muda, seperti GenZ dan milenial, dapat melihat bahwa semua pantas disebut "cantik." "Selain representasi visual, kami juga merasa penting memilih representasi individu sebagai model yang menganut nilai selaras dengan brand DNA BASE, yaitu memiliki pandangan positif terhadap nilai inklusivitas tersebut," Cissyl menjelaskan.

Sementara founder MKS', Fitria Vidyawati, mengatakan melalui keterangan tertulis, Rabu, 23 Februari 2022, bahwa pihaknya memilih model dengan pertimbangan karakter. Mereka fokus pada figur-figur yang bisa merepresentasi perempuan muda Indonesia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Merekrut Model

Melihat Koleksi Terbaru MKS Shoes ‘What MKS Us’, Desain Quirky Terinspirasi dari Sofa dan Karpet
Representasi model dalam kampanye koleksi "WHAT MKS US" oleh MKS'. (Dok/MKS).

Dalam merekrut model, Fitria menyebut, pihaknya bekerja sama dengan agensi model. Sementara BASE, dengan niat ingin menjalin relasi yang dekat antara konsumen dan brand, lebih memilih mengikutsertakan komunitas dan konsumen nyata mereka sebagai wajah di setiap kampanye.

Cissyl mengatakan, "Proses pemilihan representasi untuk kampanye kami pun tidak sulit. Kami mengidentifikasi dan menawarkan partisipasi pada konsumen atau komunitas kami melalui akun media sosial. Kami percaya ini adalah salah satu kunci sukses menjalin komunikasi dengan konsumen, yaitu dengan kampanye yang genuine dan authentic."

Sedangkan perekrutan model oleh Wynn Models cenderung random. Adwin mengatakan, "Kadang saya stalk Instagram. Ada beberapa yang apply. Jika kami tertarik, nantinya akan dipanggil. Ada juga yang dari mulut ke mulut. Karena itu, enggak bisa dipastikan setahun dapat sekian (model baru)."

Setelah terpilih pun, pihaknya tidak langsung teken kontrak dengan model tersebut. Mereka memilih menerapkan masa percobaan selama tiga hingga enam bulan. "Total sekarang punya 70-an model, baik di dalam maupun luar negeri. Tapi, yang ready kerja Senin sampai Minggu, ada sekitar 23 (model)," tuturnya.

Plus Minus Pandemi COVID-19

JFW 2022
Para model di Opening Show Jakarta Fashion Week (JFW) 2022, 25 November 2021. (dok. tangkapan layar YouTube/Jakarta Fashion Week)

Pandemi COVID-19, Adwin bercerita, kendati sempat membuat mereka babak belur di enam bulan pertama, ternyata membuka kesempatan baru bagi para model. Ini tidak lepas dari berbagai format acara yang hijrah ke ruang digital.

"Banyak yang formatnya jadi taping, bukan show. Karena itu model (yang tingginya) 170 sentimeter ke bawah, itu bisa di-hire, karena enggak dilihat secara langsung. Terlebih yang mukanya bagus, sangat komersial, mereka dapat good brands selama pandemi," ia mengatakan.

Selain, para model juga dituntut lebih kreatif, mengingat persaingan sekarang tidak hanya dengan model lain, namun juga blogger maupun influencer. Karena itu, Adwin mendorong mereka memanfaatkan media sosial semaksimal mungkin.

"Karena klien enggak bisa casting langsung (selama pandemi), minimal mereka akan minta lihat (akun) Instagram model tersebut," ia mengatakan.

 

Merangkul Keberagaman

Merayakan Kebebasan Perempuan Indonesia dari Standar Kecantikan di HUT RI ke-75
Model-model dalam kampanye BASE skincare. (Foto: BASE Skincare)

Di sisi lain, Fitria mengatakan, mereka sangat terbuka dengan inklusivitas, karena itu sejalan dengan core value MKS tentang kebebasan berekspresi dan merangkul perbedaan. "Karenanya, kami bekerja sama dengan para model yang mempunyai keberagaman karakter," ia berkata.

Perspektif ini juga diamini Cissyl. Inklusivitas dan merangkul keberagaman bahkan disebut bukan sekadar jargon untuk kampanye musiman BASE. Ketika berhadapan dengan standar kecantikan ideal yang homogen, pihaknya mengatakan telah melampaui representasi visual berdasarkan warna kulit atau tipe tubuh.

"Kami juga telah merangkul fluiditas gender, orientasi, dan karakteristik berbeda. Singkatnya, kami percaya bahwa ini saatnya standar kecantikan harus merangkul siapa saja. Ke depann, kami akan terus merangkul individu dan komunitas yang berbeda dari seluruh penjuru Indonesia," ia mengutarakan.

Selain, mereka pun secara aktif mendengarkan aspirasi dari konsumen BASE atau komunitas, sehingga tetap jadi safe space bagi generasi muda Indonesia untuk membuka dialog segar tentang industri kecantikan.

Tuntutan Model Masa Kini

Standar Kecantikan
Model-model dalam kampanye BASE skincare. (Foto: BASE Skincare)

Cissyl melanjutkan, representasi visual melalui individu penting, karena hal ini tidak hanya menunjukkan keberagaman produk yang ditawarkan, tapi juga DNA, serta value dari sebuah brand. Namun, representasi visual melalui indvidu hanya salah satu aspek penting dalam sebuah kampanye.

Itu, menurutnya, harus diseimbangkan dengan narasi kampanye, terutama dalam hal menyampaikan edukasi tentang fungsi produk yang akan dikampanyekan. Misalnya, Cissyl mengatakan, untuk produk kampanye produk kategori kosmetik, penting untuk menunjukkan bagaimana suatu produk dapat digunakan untuk konsumen dengan warna kulit yang beragam.

"Tentunya, hal ini dapat terjadi jika sebuah brand atau produk kosmetik tersebut memiliki varian warna yang beragam," ia berucap.

Adwin menambahkan, tuntutan model masa kini juga tentang kemampuan mengaktifkan mode bertahan. "Optimis saja. Kalau sudah jadi model senior, bertahan saja. Karena sudah punya nama, justru biasanya ada permintaan khusus," ucapnya.

"Sedangkan anak-anak baru Wynn pun enggak kalah kok dengan anak yang lain. Kami selalu pesan harus profesional dan punya attitude yang baik. Tidak hanya, misalnya sama desainer, tapi semua crew yang terlibat dalam pekerjaan itu," katanya.

Selain, model sekarang juga harus sangat menyadari pentingnya protokol kesehatan. "Tes COVID-19 (sebelum acara) itu sudah sangat lumrah sekarang. Paham juga memang ada risikonya bekerja di masa pandemi, jadi harus sama-sama jaga," tutup Adwin.

Infografis Desainer Indonesia di Pentas Fesyen Dunia

Infografis Desainer Indonesia di Pentas Fesyen Dunia
Infografis desainer Indonesia di pentas fesyen dunia (Liputan6.com/Trie Yasni))
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya