Jurnalis Rusia Bakal Lelang Medali Nobel Perdamaiannya untuk Pengungsi Ukraina

Jurnalis Rusia Dmitry Muratov akan melelang medali Nobel Perdamaiannya dan hasilnya nanti bakal ia dedikasikan untuk para pengungsi Ukraina.

oleh Putu Elmira diperbarui 23 Mar 2022, 16:01 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2022, 16:01 WIB
Dmitry Muratov
Peraih Nobel Perdamaian Dmitry Muratov dari Rusia berpidato saat upacara penghargaan gala untuk hadiah Nobel Perdamaian pada 10 Desember 2021 di Oslo. (ODD ANDERSEN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Jurnalis Rusia sekaligus peraih Nobel Perdamaian tahun lalu, Dmitry Muratov akan melelang medalinya. Editor surat kabar Novaya Gazeta tersebut mendedikasikan hasil lelang nantinya untuk para pengungsi Ukraina.

Dikutip dari CNN, Rabu (23/3/2022), Dmitry Muratov terpaksa menjual medali Nobel Perdamaian itu karena melihat "anak-anak yang terluka dan sakit". Mereka membutuhkan "perawatan segera" setelah invasi Rusia ke Ukraina, menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan Selasa, 22 Maret 2022 di situs web surat kabar itu.

Muratov berbagi Nobel 2021 dengan jurnalis Filipina-Amerika Maria Ressa. Pencapaian tersebut merujuk atas apa yang para hakim gambarkan sebagai "upaya mereka untuk menjaga kebebasan berekspresi."

Hasil penjualan medali Nobel akan disumbangkan ke Yayasan Bantuan untuk Pengungsi Ukraina, sebuah LSM yang memberikan dukungan kepada pengungsi dari Ukraina. Dalam pernyataan itu, Muratov menekankan perlunya gencatan senjata, pertukaran tahanan dan penyediaan koridor kemanusiaan.

Lebih dari 3,5 juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina, menurut laporan terbaru dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Sementara, Muratov membantu mendirikan Novaya Gazeta pada 1993 dan menjabat sebagai editor top sejak 1995.

Komite Nobel mengatakan bahwa surat kabar itu sangat kritis terhadap pemerintah Rusia sejak awal. Bentuk kritis mereka termasuk melaporkan korupsi dan kegiatan militer negara itu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sensor

Dua pemenang Nobel Perdamaian, Dmitry Muratov (kiri), pemimpin redaksi harian Rusia Novaya Gazeta, dan CEO Rappler Maria Ressa dari Filipina. (Novaya Gazeta via AP/Nadezhda Prusenkova)
Dua pemenang Nobel Perdamaian, Dmitry Muratov (kiri), pemimpin redaksi harian Rusia Novaya Gazeta, dan CEO Rappler Maria Ressa dari Filipina. (Novaya Gazeta via AP/Nadezhda Prusenkova)

Pihak berwenang Rusia telah memperketat cengkeraman mereka pada media independen negara itu setelah invasi ke Ukraina. Awal bulan ini, anggota parlemen mengkriminalisasi penyebaran informasi "palsu" yang mendiskreditkan angkatan bersenjata Rusia atau menyerukan sanksi terhadap negara tersebut.

Tindakan keras telah memaksa beberapa outlet untuk menutup toko dan jurnalis mereka meninggalkan negara itu. Pada awal Maret, Novaya Gazeta mengatakan telah menghapus artikel tentang perang di Ukraina dari situs webnya karena sensor pemerintah.

Sosok Peraih Nobel Perdamaian

Maria Ressa dan Dmitry Muratov
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Maria Ressa dari Filipina (kiri) dan Dmitry Muratov dari Rusia berpose dengan diploma dan medali Hadiah Nobel Perdamaian selama upacara penghargaan gala untuk hadiah Nobel Perdamaian pada 10 Desember 2021 di Oslo. (ODD ANDERSEN / AFP)

Dmitry Muratov dan Maria Ressa, CEO Rappler sebuah outlet berita yang kritis terhadap rezim Presiden Filipina Rodrigo Duterte, meraih Nobel Perdamaian pada 8 Oktober 2021. Keduanya telah menghadapi ancaman hukum dan fisik selama karier mereka, karena pemerintah masing-masing menindak hak-hak jurnalis.

"Jurnalisme yang bebas, independen, dan berdasarkan fakta berfungsi untuk melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan, kebohongan, dan propaganda perang," kata Berit Reiss-Andersen, ketua Komite Nobel Norwegia, saat mengumumkan penghargaan itu di Oslo, Jumat, 8 Oktober 2021.

Secara resmi, hadiah itu dirayakan di Moskow: juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memberi selamat kepada Muratov. Ia menyebutnya "berkomitmen pada cita-citanya", "berbakat", dan "berani". Namun surat kabar tersebut telah membuat jengkel pihak berwenang Rusia dan Presiden Vladimir Putin sendiri.

Ressa dan Muratov

Maria Ressa dan Dmitry Muratov
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Maria Ressa dari Filipina (kiri) dan Dmitry Muratov dari Rusia bereaksi selama upacara penghargaan gala untuk hadiah Nobel Perdamaian pada 10 Desember 2021 di Oslo. (ODD ANDERSEN / AFP)

Ressa merupakan mantan kepala biro CNN dan TIME Person of the Year. Ia telah terlibat dalam pertempuran hukum dalam beberapa tahun terakhir dan mengatakan dia telah menjadi sasaran karena laporan kritis situs beritanya tentang Duterte.

Ressa menjadi perempuan pertama yang dianugerahi Hadiah Nobel 2021. Sementara, enam anggota staf di surat kabar independen Novaya Gazeta telah tewas sejak Muratov mendirikan outlet tersebut pada 1993, kata komite tersebut. Ia menjabat sebagai pemimpin redaksi surat kabar tersebut sejak 1995.

"Jurnalisme berbasis fakta surat kabar dan integritas profesional telah menjadikannya sumber informasi penting tentang aspek-aspek yang dapat dicela dari masyarakat Rusia yang jarang disebutkan oleh media lain," kata komite tersebut.

Infografis Nobel Sastra

Infografis Nobel Sastra
Infografis Nobel Sastra (Liputan6.com/Deisy Rika)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya