Cerita Akhir Pekan: Sang Legenda Jamu yang Masih Berjaya

Jamu saat ini makin diminati masyarakat. Namun tak semua produsen jamu mampu bertahan.

oleh Henry diperbarui 11 Sep 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2022, 10:00 WIB
Menaker Ingin Industri Jamu Go-Internasional dan Serap Banyak Tenaga Kerja
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri meninjau Pabrik Sidomuncul di Ungaran, Kabupaten Semarang.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dikenal sebagai negara yang masyarakatnya kerap mengonsumsi dan memproduksi jamu. Tak hanya di Indonesia, jamu menjadi obat dan dikonsumsi di berbagai negara, seiring dengan tren herbal yang makin mendunia.

Produk jamu Indonesia juga sudah banyak diekspor ke luar negeri. Di masa pandemi ini, jamu bahkan makin diminati masyarakat. Namun tak semua produsen jamu mampu bertahan. Sejumlah produsen jamu baik besar maupun kecil sudah bertumbangan. Di sisi lain, ada beberapa perusahaan jamu yang berusia puluhan tahun dan melegenda mampu bertahan sampai saat ini.

Salah satunya adalah Jamu Jago yang termasuk perusahaan jamu tertua di Indonesia. Berdiri pada 1918 di Semarang, Jawa Tengah, perusahaan jamu ini sudah dikelola secara turun-temurun.

Jaya Suprana merupakan pimpinan generasi ketiga dari Jamu Jago yang namanya juga dikenal luas sebagai budayawan dan pendiri Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI).  Menurut pria kelahiran Bali, 73 tahun lalu ini, industri jamu saat ini semakin berkembang dan membaik terutama setelah masa pandemi Covid-19. Begitu pula dengan kondisi Jamu Jago yang tetap konsisten dan digemari.

"Persatuan internal manajemen perusahaan serta penyesuaian produk dengan perkembangan zaman jadi kunci kita bisa eksis sampai saat ini. Kita juga melakukan banyak terobosan di bidang marketing serta mendayagunakan teknologi online," tutur Jaya Suprana lewat pesan elektronik pada Liputan6.com, Jumat, 9 September 2022.

Ia pun berharap jamu memperoleh pengakuan dan perlakuan pemerintah Indonesia secara setara, berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan obat dan farmasi serta herbal asing.  Pendapat hampir senada juga datang dari produsen jamu legendaris lainnya, Jamu IBOE Jaya (JIJ).

Bagi perusahaan jamu yang berdiri di Surabaya pada 1910 ini, perkembangan bisnis jamu saat ini semakin bagus, momentumnya pada saat pandemi yang membuat jamu menjadi lebih dikenal khususnya oleh generasi muda. Seiring dgn berkembangnya produk-produk jamu dengan kemasan kekinian khas anak muda dan outlet-outlet jamu ala cafe di berbagai pusat perbelanjaan.

"Kami selalu berusaha agar produk kami tetap relevan di setiap jaman. Untuk itu diperlukan kemauan dan kemampuan untuk berdaptasi," jelas Perry Angglishartono, Product Group Manager PT. Jamu IBOE Jaya pada Liputan6.com, Jumat, 9 September 2022.

 

Bagian dari Gaya Hidup

[Bintang] Penampakan Iklan Produk Ternama di Masa Lalu
Jamu Jago | via: facebook.com

Berbagai usaha dan kreasi pun dilakukan JIJ agar bisa tetap diterima masyarakat terutama generasi muda. "Selain tetap memperkuat offline channel, kami juga terus mengembangkan online channel, baik dari sisi sales dengan bekerjasama dengan beberapa marketplace, juga dari sisi marketing activity dengan menggunakan beberapa platform media sosial," terang Perry.

Mereka pun berharap agar jamu bisa diterima sebagai bagian dari gaya hidup sehat masyarakat modern khususnya generasi muda. "Untuk itu perlu dukungan penuh dari pemerintah dan departemen terkait khususnya dari sisi sosialisasi dan regulasi. Dengan begitu bisnis jamu bisa berkembang pesat dan menjadi produk kebanggaan Indonesia," lanjutnya.

Menurut Sido Muncul, sekarang ini jamu tetap banyak digemari termasuk oleh anak muda. Presiden Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan, minat anak muda terhadap jamu bahkan bisa dibilang lebih tinggi dibandingkan beberapa generasi lalu.

“Jamu ini sekarang kemasannya lebih menarik, bentuknya juga bervariasi, jadi orang-orang terutama anak muda bisa lebih tertarik pada jamu,” ucapnya pada Liputan6,com, Jumat, 9 September 2022.  Minat anak muda atau generasi sekarang terhadap jamu sepertinya jadi cerminan eksistensi Sido Muncul di industri jamu Indonesia. Berdiri sejak 1951, mereka mampu eksis dan masih dikenal luas sampai saat ini.

Menurut Irwan, ada empat kiat utama yang membuat Sido Muncul bisa eksis sampai sekarang. Pertama adalah kejujuran. Bukan hanya jujur dalam membuat produk dan khasiatnya, tapi juga jujur dalam menjalankan kebijakan perusahaan, seperti taat aturan, membayar pajak, mengikuti standar pengelolaan lingkungan dan berbagai aturan lainnya.

 

Berbasis Ilmiah

[Fimela] jamu
ilustrasi jamu | unsplash.com/@fauzanazhima

Yang kedua adalah dikelola dengan berbasis ilmiah. Membuat jamu agar bisa diterima banyak kalangan dan mengikuti perkembangan, harus melalui proses imiah, seperti membangun laboratorium untuk mempersiapkan dan membuat produk dengan proses penelitian terlebih dulu serta melewati quality control (QC) yang ketat. "Begitu juga dengan produksinya, semua dibuat pabrik dan harus sesuai dengan standar GMP (Good Manuacturing Practice)," ungkap Irwan Hidayat.

GMP sendiri merupakan pedoman cara memproduksi pangan yang baik dengan tujuan agar produsen menghasilkan produk yang bermutu sesuai tuntutan konsumen, yang berarti produk tersebut terjamin mutunya dan aman dikonsumsi. Jurus ketiga adalah melakukan beragam inovasi agar selalu menarik perhatian dan digemari.

Contohnya, membuat food suplemen yang berbentuk kapsul, seperti Tolak Angin, Tolak Linu, Sari Kunyit, dan Vitamin E 100 I.U, sehingga lebih praktis.  Yang keempat adalah melakukan riset. Dengan melakukan riset, bisa lebih tahu produk apa yang disukai masyarakat sehingga bisa mendapat kepercayaan masyarakat.

Bisa dibilang, membuat jamu bukan hanya bermodalkan resep tradisional dan bahan-bahan alami, tapi juga harus dikembangkan dengan ilmiah dan tidak melupakan faktor ekonomi. Tak heran kalau Sido Muncul bisa bertahan dalam waktu lama dan bahkan masih eksis dan digemari sampai saat ini.

Selalu Berinovasi

Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat di stand Sido Muncul di JIExpo Kemayoran, Jakarta.(Liputan6.com/Septian Deny)
Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat di stand Sido Muncul di JIExpo Kemayoran, Jakarta.(Liputan6.com/Septian Deny)

"Saya rasa di industri lain juga begitu, ada yang tumbang ada yang mampu bertahan. Kalau kita masih bertahan ya karena empat faktor itu tadi ditambah beberapa faktor lainnya, termasuk pembuatan iklan. Dengan iklan yang baik dan menarik, orang-orang akan lebih aware terhadap produk kita," ujar Irwan.

Ia menambahkan, masa pandemi membuat masyarakat Indonesia semakin menyadari eksistensi dan manfaat jamu. "Jamu itu jadi alternatif, sebagai pendamping dari obat-obatan medis selama masa pandemi ini. Banyak produk jamu yang dikonsumsi untuk menjaga kesehatan dan kebugaran," tuturnya.

Kedepannya, Irwan optimis jamu akan tetap digemari karena semakin disukai dan selalu berinovasi. "Jamu sudah jadi tren, seperti tren herbal yang sudah mendunia. Begitu juga dengan jamu, anak muda sekarang justru lebih suka minum jamu," ucapnya.

Pria kelahiran Yogyakarta ini juga berharap semakin mendukung industri jamu di Indonesia sehingga potensi produk jamu bisa semakin berkembang. "Pemerintah sejauh ini sudah cukup mendukung, tapi kalau bisa lebih diperhatikan lagi industri jamu ini, karena semua bahannya lokal dan bisa memaksimalkan potensi tanaman lokal," pungkasnya.

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya