Cerita Akhir Pekan: Membumikan Batik Lewat Wisata Budaya

Pada hari ini Minggu (2/10/2022), tepat 13 tahun sejak batik ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia oleh UNESCO pada 2009 lalu.

oleh Putu Elmira diperbarui 02 Okt 2022, 10:59 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2022, 08:30 WIB
Uniknya Proses Pembuatan Batik Khas Sidoarjo
Ilustrasi proses pembuatan batik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pada hari ini, Minggu (2/10/2022), tepat 13 tahun sudah sejak batik ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia oleh UNESCO pada 2009 lalu. Semangat untuk melestarikan salah satu kekayaan budaya Nusantara ini pun tak pernah padam.

Upaya memperpanjang napas batik turut terwujud dalam wisata budaya yang digalakkan oleh kampung-kampung wisata batik yang tersebar di berbagai wilayah. Destinasi ini tak hanya menjual batik karya perajin, tetapi juga menyertakan edukasi batik, seperti di Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Jawa Tengah.

"Di Kampung Wisata Batik Kauman Solo, kegiatan membatik sudah menjadi keseharian kita. Sekarang masih lestari, ada penerus, ada kegiatannya, workshop dan suasananya masih, walaupun tidak sekental zaman dulu. Kalau dulu, hampir setiap rumah di Kauman itu bau malam batik," kata Pengurus Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Gunawan Setiawan saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 26 Septemner 2022.

Gunawan melanjutkan generasi muda di Kauman juga ambil bagian dalam membantu melestarikan batik. Mereka yang berusia belasan hingga 20-an tahun ini juga berperan dalam membantu mendokumentasikan hingga mengiklankan produk batik di media sosial sejak pandemi melanda.

"Sebelum pandemi kita sistemnya offline, orang berkunjung berwisata, beli batik, selesai itu pulang. Dengan adanya media sosial, akhirnya meluas. Dari luar kota rata-rata ditanya tahu dari mana, katanya tahu dari Instagram dan Google Maps," tambahnya.

Di sisi produksi, mereka juga belajar pewarnaan alam dan membatik. Spirit generasi penerus bangsa untuk mengenal dan mencintai batik juga tergambar dari antusiasme pengunjung anak muda yang ikut pelatihan batik.

Generasi Muda

FOTO: Proses Pembuatan Batik
Proses Pembuatan Batik (Liputan6.com/Herman Zakharia)

"Seminggu lalu ada pelatihan batik juga di Kauman yang diikuti hampir separuh anak-anak muda dari salah satu perguruan tinggi di Kota Surakarta. Mereka belajar membatik murni dari mencanting dan mewarnai," terang Gunawan.

Dalam proses edukasi batik, pengunjung diajak untuk terjun langsung belajar mencanting, mewarna, mencelup, hingga mencolet. Para pengunjung dari berbagai usia ambil bagian dalam kelas ini, dari yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) hingga orang dewasa.

"Kalau mereka ke tempat kita rata-rata belajar 1,5 jam selesai. Mereka sudah belajar mencintai batik dari hasil, mereka memakai batik, itu sudah suatu tahapan mencintai batik. Lama-lama, mulai terseleksi ke proses batik itu juga dilakukan belajar. Walaupun menurut kami baru mengenal, tapi kita sudah senang sekali," ungkap Gunawan antusias.

Pengunjung yang ingin belajar membatik dikenakan biaya Rp25 ribu dengan hasil yang bisa dibawa pulang. "Tujuannya supaya adik-adik mengenal batik karena akan menghargai batik dan memberi nilai batik ke depannya dan punya rasa cinta batik," tambahnya.

Spirit Belajar

FOTO: Proses Pembuatan Batik
Proses Pembuatan Batik (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Terkait motif-motif batik yang biasa dibuat pengunjung, Gunawan menyebut ada bermacam-macam tergantung tingkatan usia. Biasanya, anak TK hanya mengikuti bentuk, seperti bulat dan kotak, sesuai keinginan mereka.

"Kalau anak SD mengarah ke gambar bunga, hewan-hewan kupu-kupu alam, SMP lebih meningkat rapi, SMA ke arah batik sudah punya tema. Kuliah sudah fungsional membuat batik untuk hiasan dinding untuk syal, pengikat kepala," tuturnya.

Siswa yang biasanya datang ke Kampung Wisata Batik Kauman Solo biasanya datang berombongan, sekitar 20--50 orang. Wisatawan dari luar kota seperti Jakarta, Pulau Sumatera, hingga Papua, ada yang singgah di kampung wisata batik ini.

"Ada yang dari Papua sampai tiga hari belajar mencanting. Bahkan ada juga yang sudah sepuh belajar membatik katanya untuk meditasi. Pelatihan lebih serius biasanya dilakukan kelompok IKM (Industri Kecil Menengah) Kauman. Melayani pelatihan yang lebih ke arah profesional, biasanya melatih dari berbagai daerah," tutupnya.

Wisata Batik Pati

FOTO: Mengintip Proses Pembuatan Batik
Proses Pembuatan Batik (Chaideer MAHYUDDIN/AFP)

Wisata edukasi batik juga dihadirkan di Wisata Batik Pati yang berada di Desa Langgenharjo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kegiatan belajar membatik ini juga dibarengi dengan pembuatan beragam motif.

"Kegiatannya dari menggambar atau membuat motif yang ingin dibuat, seperti flora dan fauna kalau tidak bisa, bisa kita bantu dari kami," kata pemilik Wisata Batik Pati Yulianti Warno, Tamzis saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 28 September 2022.

Tamzis melanjutkan proses menggambar di kain dapat dijadikan beragam produk, mulai dari saputangan, taplak meja, syal, hingga baju. Usai digambar, dikatakan Tamzis, proses selanjutnya diberi motif dan dicanting.

"Baru dicanting menggunakan canting tulis, mewarnai menggunakan pewarna, kemudian pelorotan sampai jadi, kemudian bisa dibawa pulang hasil karyanya," tambahnya.

Proses pelorotan dilakukan dengan merebus kain yang sudah diberi lilin. Dengan pelorotan, lilin pada kain nantinya akan terangkat. Pengerjaan oleh pengunjung dikatakan Tamzis tergantung dari masing-masing orang, namun biasanya proses yang cepat dapat diselesaikan dalam waktu satu jam.

"Biayanya Rp25 ribu, dapat sertifikat juga. Pengunjung yang datang dari PAUD sampai perguruan tinggi dan orang umum kita terima belajar membatik, bahkan calon pengusaha," kata Tamzis.

Infografis Penetapan Batik Sebagai Warisan Dunia UNESCO
Infografis Penetapan Batik Sebagai Warisan Dunia UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya