Liputan6.com, Jakarta - One meal a day sebenarnya bukan diet baru, namun pola makan itu belakangan kembali viral di TikTok. Banyak orang mengaku bisa menurunkan berat badan dalam jumlah tertentu setelah mengadopsi diet one meal a day. Tapi, sebagaimana tren media sosial lain, diet ini tidak bisa diikuti dengan "mata tertutup."
Anda harus memahami benar apa itu diet one meal a day, mengetahui manfaat dan risiko, bahkan mengonsultasikannya dulu ke dokter bila perlu. Pasalnya, satu pola makan bisa berdampak berbeda antara satu dengan yang lain.
Mengutip Medical News Today, Senin, 7 Agustus 2023, diet one day a meal, yang juga dikenal sebagai versi ekstem intermitten fasting, dapat membantu orang menurunkan berat badan dan lemak tubuh. Namun, itu dapat menyebabkan rasa lapar dan mengidam. Juga, mungkin "tidak cocok untuk semua orang," catat publikasi itu.
Advertisement
Saat mengikuti diet ini, seseorang hanya akan makan satu kali sehari, dan biasanya makan malam. Mereka tidak mengonsumsi kalori lain di siang hari. Beberapa keuntungannya adalah tidak ada makanan terlarang dan seseorang tidak perlu menghitung kalori.
Meski rencana diet ini mungkin menawarkan solusi penurunan berat badan yang cepat bagi sebagian orang, risikonya mungkin lebih besar daripada manfaatnya. Seperti telah disinggung, diet ini menggunakan jenis puasa intermiten yang disebut 23:1.
Artinya, seseorang menghabiskan 23 jam sehari berpuasa, menyisakan hanya satu jam per hari untuk mengonsumsi kalori. Kebanyakan orang yang mengikuti diet ini makan pada waktu makan malam, kemudian berpuasa lagi hingga malam berikutnya.
Â
Pro Kontra Berdasarkan Studi
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sarapan dapat membantu kontrol glukosa di kemudian hari dan mengurangi risiko diabetes tipe 2. Kendati demikian, penelitian lain bertentangan dengan kesimpulan ini.
Studi itu mencatat bahwa melewatkan sarapan sebenarnya bisa jadi strategi yang bermanfaat bagi sebagian orang dalam mengelola konsumsi kalori secara keseluruhan. Sebenarnya ada beberapa versi diet makan satu kali sehari.
Beberapa menyarankan makan makanan sehat dan kaya nutrisi, tapi sebagian besar mengizinkan orang untuk makan apa pun yang mereka inginkan selama jam makan. Faktanya, ada sedikit bukti yang mendukung anggapan bahwa makan satu kali sehari dapat membantu penurunan berat badan.
Satu studi menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat membantu orang menurunkan berat badan, meski penulis juga memperingatkan berbagai risiko, seperti peningkatan lemak tubuh. Hanya satu studi yang berfokus pada pola makan satu kali sehari.
Peserta dalam penelitian ini mengonsumsi kalori harian mereka selama waktu empat jam di malam hari. Banyak yang melihat peningkatan massa lemak dan berat badan, sementara yang lain mengalami peningkatan kolesterol dan tekanan darah.
Advertisement
Risiko Diet Makan Sekali Sehari
Penelitian lain, sementara itu, menyimpulkan bahwa puasa intermiten tidak lebih efektif daripada diet pembatasan kalori dalam hal penurunan berat badan, menjaga berat badan, menurunkan risiko kardiovaskular, atau mampu bertahan dengan diet itu secara berkelanjutan.
Di sisi lain, ada sedikit penelitian tentang efek puasa selama 23 jam per hari. Namun, sebagai rencana diet ekstrem, pola makan ini tetap punya risiko. Di antaranya, yakni:
- Merasa sangat lapar
- Mengalami kelelahan, karena suplai energi yang tidak merata
- Merasa tidak seimbang, lemah, dan mudah tersinggung saat kadar gula darahnya turun
- Mengalami kesulitan berkonsentrasi
- Bagi sebagian orang, makan hanya satu kali sehari dapat meningkatkan risiko pesta makan selama waktu makan tunggal.
Di beberapa kasus, mengikuti diet ketat bahkan dapat meningkatkan risiko gangguan makan jangka panjang, menurut beberapa penelitian. Masalah lain yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:
- Orang tersebut mungkin merasa sulit untuk makan pada satu waktu makan karena merasa cepat kenyang.
- Seiring berjalannya waktu, keinginan makan bisa meningkat selama puasa, bukannya menurun, dibandingkan dengan bentuk puasa lain.
- Lemak tubuh bisa bertambah, bukan berkurang.
- Kekurangan nutrisi dapat terjadi jika seseorang mengikuti rencana diet ini dalam jangka panjang.
- Tubuh mungkin mulai kehilangan massa otot saat seseorang memasuki keadaan setengah kelaparan.
Alternatif Diet untuk Menurunkan Berat Badan
Diet makan sekali sehari mungkin menarik bagi mereka yang mencari solusi penurunan berat badan dengan cepat. Tapi, ada cara yang lebih aman dan sehat untuk menurunkan berat badan. Makan makanan sehat, seperti diet Mediterania atau DASH, adalah titik yang baik untuk memulai gaya hidup sehat.
Selain menerapkan pola makan yang sehat, seseorang mungkin juga ingin mempertimbangkan:
- Mengatur ukuran porsi: makan lebih sedikit dalam beberapa kali makan mungkin merupakan cara yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk menurunkan berat badan.
- Mengurangi ngemil malam: Ngemil dan makan besar sebelum tidur dapat menyebabkan penambahan berat badan dan peningkatan lemak tubuh, menurut sebuah studi tahun 2012.
- Berolahraga: Pedoman merekomendasikan agar orang dewasa melakukan setidaknya 150 menit olahraga sedang, seperti berjalan kaki, setiap minggu.
- Menyimpan buku harian makanan: Membuat jurnal yang menunjukkan apa yang dimakan seseorang dan kapan memakannya dapat membantu mereka memahami bagaimana pola diet memengaruhi berat badan mereka.
- Mendapatkan dukungan: Berbicara dengan ahli diet atau konselor, berbagi rencana diet dengan teman atau orang yang dicintai, atau bergabung dengan klub penurunan berat badan dapat membantu.
- Makan seimbang: Mengadopsi diet sehat yang berfokus pada buah dan sayuran segar, serta membatasi makanan olahan dapat membantu seseorang menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan mereka secara keseluruhan.
- Berbicara dengan dokter: Seorang dokter dapat memeriksa kondisi medis yang mendasarinya, seperti masalah tiroid, yang dapat meningkatkan kemungkinan kelebihan berat badan.
Advertisement