Kemasan Kosong Produk Kecantikan Ternyata Bisa Ditukar dengan Produk Daur Ulang

Kemasan produk yang sudah tidak terpakai dapat ditukarkan menjadi berbagai produk menarik pada program Change Your Empties Hanasui.

oleh Winda Syifa Sahira diperbarui 20 Okt 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 18:00 WIB
Change Your Empties Hanasui
Change Your Empties Hanasui (Dok.Liputan6.com/Winda Syifa Sahira)

Liputan6.com, Jakarta - Kemasan kosong produk seringkali dibuang begitu saja setelah habis digunakan. Hal itu menambah jumlah sampah sia-sia. Berangkat dari kondisi tersebut, brand kecantikan Hanasui meluncurkan program bernama Change Your Empties.

Melalui program tersebut, konsumen dapat menukarkan kemasan yang sudah habis terpakai menjadi berbagai barang. "Hadiahnya bermacam-macam, ada produk ataupun merchandise yang biasanya kita berikan kepada pelanggan," ungkap Septyana Nataya yang merupakan Marketing Manager Hanasui, kepada Liputan6.com, saat ditemui di acara Hanasui X Guardian Matcha Latte Beauty Town, Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Selasa, 17 Oktober 2023.

Septyana menerangkan bahwa tidak ada syarat mengenai jumlah ataupun jenis kemasan tertentu yang diterima untuk ditukarkan menjadi hadiah. "Apapun produknya, kita akan tetap kasih hadiah," imbuhnya.

Ia mengungkapkan bahwa program ini dibuat untuk mengajak para pelanggan agar menukarkan kemasan kosmetik yang sudah kosong menjadi produk yang menarik. "Hadiahnya beragam, ada produk, freebies, ataupun merchandise yang biasanya diberikan untuk konsumen," jelas Septyana.

Ia mengatakan, sampah kemasan yang terkumpul nantinya akan diolah secara internal di pabrik mereka. Sebagian sampah dijadikan barang kerajinan, sebagian lagi akan dimanfaatkan jadi karya instalasi. Namun, program itu hanya berlangsung insidentil, yakni saat mereka menggelar event.

"Biasanya sampah-sampah tersebut akan diolah menjadi berbagai kerajinan. Misalnya, tas ataupun monumen yang dibuat dari kemasan lip cream ataupun serum," jelasnya.

Jenis kemasan produk yang paling sering ditemukan pada program pengumpulan sampah tersebut adalah kemasan lip cream. Tidak mengherankan karena produk itu yang paling cepat terjual. 

 

Matcha Beauty Town

Acara Hanasui X Guardian Matcha Latte Beauty Town, Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan.
Acara Hanasui X Guardian Matcha Latte Beauty Town, Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. (Dok.Liputan6.com/Winda Syifa Sahira)

Dalam kesempatan yang sama, Hanasui juga menghadirkan Matcha Beauty Town di Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. Berbagai aktivitas ditawarkan pada acara tersebut, seperti Skin Check di mana pengunjung dapat mengetahui kondisi kesehatan kulit wajah, Personal Color Test, Beauty Workshop, Beauty Talkshow, Makeup Battle, Games, dan penampilan musik.

Septyana mengungkapkan personal color test bertujuan untuk membantu perempuan Indonesia mengenali kondisi kulitnya dan menemukan warna make up dan pakaian sehari-hari yang cocok agar tampil lebih maksimal. Acara ini juga mengajak para pengunjung untuk turut berpartisipasi dalam gerakan 'Senyum Cantikmu' dengan berfoto sambil tersenyum dan berbagi pesan positif ke seluruh perempuan Indonesia.

Hanasui juga memanfaatkan kesempatan itu untuk meluncurkan produk terbarunya, Hanasui Mattedorable Lip Cream Matcha Latte. Produk tersebut merupakan lip cream yang memiliki wangi seperti teh hijau jepang dan mengandung Olive Oil dan Vitamin E yang diformulasi untuk menjaga bibir tetap lembab dan terhidrasi.

Produk ini juga diklaim bertekstur creamy, ringan dan tahan 12 jam. Produk dirancang agar tidak lengket serta tidak membuat bibir kering. Terdapat enam pilihan warna yaitu 01 Matchalicious, 02 Matchamallow, 03 Matchaciano, 04 Matchalover, 05 Matchablend, dan 06 Matchachoco.

"Hanasui itu 100 persen produk lokal, dipunyai oleh orang lokal, diformulasi oleh orang lokal, diproduksi oleh orang lokal, dan dijual oleh store-store lokal," jelas Ferry Firmanto, Direktur Hanasui.

 

Kewajiban Seluruh Produsen

Peluncuran Produk terbaru Hanasui, Mattedorable Lip Cream Matcha Latte
Peluncuran Produk terbaru Hanasui, Mattedorable Lip Cream Matcha Latte (Dok.Liputan6.com/Winda Syifa Sahira)

 

Dalam keterangan berbeda, Direktur Pengelolaan Sampah, Ditjen PSLB3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar, mengatakan bahwa sebenarnya peran dan tanggung jawab produsen dalam pengurangan sampah kemasan sudah tertera dalam Undang Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Juga, Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Sementara, pedoman pelaksanaan kewajiban produsen dalam pengurangan sampah telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

"Regulasi teknisnya (Permen LKH No. P.75 Tahun 2019) meminta pengurangan sampah minimal 30 persen pada 2030," ucapnya ketika diwawancarai 23 Juli 2021. Produsen tengah memasuki tahap membuat dokumen jalan pengurangan sampah yang akan terimplementasi penuh mulai 2023, ia menambahkan.

Novrizal mengatakan, karena aturan itu sifatnya wajib, jika ada produsen, baik perusahaan nasional maupun multinasional, yang tidak taat, pihaknya akan mengeluarkan surat peringatan. "Semua tanpa terkecuali," ucapnya merujuk juga pada merek kecantikan lokal.

Minim Sampah Sejak Awal

Ilustrasi
Ilustrasi sampah kemasan produk kecantikan. (dok. pexels/Cup of Couple)

Walau belum banyak, sejumlah produsen produk kecantikan mulai memperhatikan dampak dari produk mereka. Salah satunya Segara Naturals yang sejak awal mengklaim sudah mengusung konsep minim sampah. "Hal ini bukan semata-mata didasarkan pada market opportunity, tetapi karena memang itu adalah semangat kami pribadi sebagai brand," kata Founder Segara Naturals, Christine Pan, lewat surat elektronik, Jumat, 23 Mei 2021.

Segara Naturals, kata Christine, memberikan alternatif skincare alami yang praktis, multifungsi dan ramah lingkungan. Ia percaya manusia bisa mengambil manfaat baik dari alam tanpa merusaknya.

"Kami juga percaya bahwa gaya hidup minim sampah ini adalah sebuah perjalanan, dan selalu mengajak komunitas kami untuk selalu berbuat lebih baik lagi untuk alam," kata Christine.

Christine menyebutkan bahwa lebih dari 90 produknya minim sampah, berdasarkan hasil audit dari pihak ketiga. Prinsip minim sampah tersebut juga berlaku untuk operasional perusahaan, di mana kami selalu mencari cara untuk mengurangi sampah di semua aspek perusahaan.

"Sebagai contoh adalah pemakaian selotip kertas yang sekarang banyak diikuti oleh brand-brand zero waste, pemakaian lem alami buatan kami sendiri untuk proses pengiriman, dan juga shredded paper sebagai pengganti bubble wrap," tutur Christine.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya