Liputan6.com, Cianjur - Dinihari, 9 Maret 2016, bencana menimpa Desa Batulawang, Cianjur. Tasya, adalah korban pertama yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan.
Longsor menghantam sebagian bangunan Hotel Club Bali yang berada di kawasan Kompleks Perumahan Kota Bunga, Desa Batulawang.
Baca Juga
Personel Basarnas bahu membahu dengan personel polisi dan TNI berusaha menyelamatkan korban yang masih terkurung. Hasilnya, korban ditemukan dari reruntuhan dan dibawa ke RSUD Cimacan untuk diidentifikasi.
Advertisement
Kondisi bangunan kritis, sangat berbahaya. Proses evakuasi dan penyelamatan korban dilakukan dengan sangat hati-hati.
Situasi penyelamatan masih berlangsung karena disinyalir ada sejumlah korban yang terkurung dalam reruntuhan.
Korban diidentifikasi bernama Bun Susanto, yang saat kejadian merelakan nyawanya demi sang putri Natasya, melindunginya dari tertimpa bongkahan batu. Duka dan rasa kehilangan pun meliputi keluarga korban.Â
Baca Juga
Longsornya sejumlah bangunan permanen di kawasan Batulawang, Cianjur, memunculkan dugaan daerah tersebut rawan gerakan tanah. Meski begitu, ternyata hotel yang terkena dampak longsor paling berat telah memiliki izin.
Menurut salah seorang staf desa, banyaknya bangunan vila yang berdiri di lereng bukit yang berada di daerah serapan air berpotensi longsor. Padahal ada risiko yang sangat besar dan berbahaya jika pembangunan tetap berlangsung di kawasan rentan longsor.
Faktor kecuraman lereng dan karakteristik tanah sangat berperan penting dalam menilai resiko dalam pembangunan vila, hotel ataupun perumahan. Jika salah satu di langgar bisa berakibat fatal.
Risiko besar yang timbul karena pembangunan di lokasi rawan longsor atau gerakan tanah kadang tak dipedulikan pemilik tanah.
Cipanas, bukan satu-satunya kawasan yang terimbas bencana alam. Beberapa daerah lain di Indonesia juga mengalami nasib serupa.
Curah hujan tinggi akhir-akhir ini di kawasan Sukabumi, membuat pergerakan tanah tak terbendung. Beberapa rumah dekat tebing, tanpa ampun, longsor.
Kawasan Banjarnegara, Jawa Tengah juga tertimpa musibah. Sehari diguyur hujan lebat, tanah di Dusun Krajan Banjarnegara mengalami pergeseran. Hasilnya, rumah rata dengan tanah.
Warga dikerahkan membuka jalan yang putus akibat timbunan longsor. Sedangkan sebagian besar warga mengungsi dan menjauhi daerah perbukitan yang rawan longsor.
Dari topografi Banjarnegara, sebagian besar wilayahnya ada di zona rentan pergerakan tanah. 53 Persennya masuk kategori rawan bahaya tanah longsor yang seluruhnya berada di wilayah utara.
Curah hujan yang tinggi disertai karakteristik tanah yang tak mampu mengikat air menjadi pemicu terjadinya longsor. Belum lagi aktifitas masyarakat setempat yang bercocok tanam, mengganti tanaman berakar keras menjadi tanaman palawija. Ini juga jadi bom waktu.Â
Apa penyebab dari longsor dan benarkah perizinan mendirikan bangunan jadi salah satu persoalan di sini? Saksikan selengkapnya dalam tayangan Sigi Investigasi SCTVÂ edisi Minggu (3/4/2016), di bawah ini.Â