Pengakuan Anggota Perempuan Geng Jepang Penjarah Toko Pakaian

Selain berperan mencari calon anggota geng baru, salah satu di antara ketiganya juga ada yang berperan menjual senjata tajam.

oleh Andrie Harianto diperbarui 27 Des 2017, 17:10 WIB
Diterbitkan 27 Des 2017, 17:10 WIB
Firasat Bos dan Karyawan Toko Pakaian di Depok Sebelum Penjarahan
Firasat Bos dan Karyawan Toko Pakaian di Depok Sebelum Penjarahan. (Liputan6.com/Taufiqurrohman)

Liputan6.com, Depok - AF (18) tertunduk sambil menghadap tembok. Mukanya ditutup sebo (penutup wajah), tidak seperti penampakan saat AF dengan beringas menjarah toko pakaian 24 jam Fernando Store di Jalan Cakalele, Sukmajaya, Depok, sambil menenteng senjata tajam.

AF adalah satu dari tiga perempuan yang terlibat penjarahan pada Minggu, 24 Desember 2017 kemarin. Polisi menciduknya hanya beberapa jam setelah aksi mereka tersebar melalui rekaman CCTV toko.

"Yang wanita anggota biasa, tapi ada yang berperan dalam perekrutan (calon anggota geng baru)," kata Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Putu Kholis Aryana di Mapolresta Depok, Rabu (27/12/2107).

Selain berperan mencari calon anggota geng baru, salah satu di antara ketiganya juga ada yang berperan menjual senjata tajam melalui media sosial.

"Iya itu melalui online, nanti belinya japri atau via Whatsapp," ungkap Putu.

Kepada Liputan6.com, AF mengakui menjual senjata tajam. Namun, dia mengaku senjata-senjata tersebut bukan miliknya, melainkan punya teman satu geng.

Motif AF menjual senjata tajam sendiri cukup mengejutkan, "Buat beli bensin," kata AF di Polresta Depok, Rabu (27/12/2017).

Senjata tajam, kata AF, dijual melalui media sosial. "Setiap senjata dijual Rp 100 ribu per unit," kata dia.

Rentetan Kejadian

Ilustrasi Begal Motor
Ilustrasi Begal Motor

Dalam catatan kepolisian, setidaknya Geng Jepang telah lima kali melakukan penjarahan.

"Dia tidak hanya jarah pakaian saja, tapi dia juga tukang gorengan, nasi goreng di pinggir jalan juga ada, dia untuk makan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Selasa (26/12/2017).

Polisi, kata Argo, masih melakukan pendalaman terkait sejumlah aksi kriminal yang dilakukan Geng Jepang.

"Ada juga warung-warung dia serbu di situ, sedang kami dalami itu," kata dia.

Argo meminta semua lapisan masyarakat berperan aktif dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan. Salah satunya, kata dia, mencegah para pemuda terlibat dalam aksi kejahatan.

Peran tokoh dan para orangtua sangat diharapkan dalam hal ini. "Perlu adanya kesinambungan bersama untuk menyelesaikannya. Jangan sampai itu berlanjut terus," ucap Argo.

 

Di mana Polisi?

Firasat Bos dan Karyawan Toko Pakaian di Depok Sebelum Penjarahan.
Firasat Bos dan Karyawan Toko Pakaian di Depok Sebelum Penjarahan. (Liputan6.com/Taufiqurrohman)

Psikolog Reza Indragiri mempertanyakan keberadaan polisi saat kejadian berlangsung. "Polisi katanya sudah membentuk tim buser khusus untuk menyergap geng motor. Namun, kejadian mutakhir malah memperlihatkan kaderisasi geng yang sangat masif," katanya.

Selain itu aneh, ujar dia, ada 30 remaja bermotor keliling berombongan tapi tak terendus. "Buser kapan patrolinya? CCTV Depok off? Masyarakat enggan melapor? Hotline number tidak berfungsi?"

"Kalau kita sepakat bahwa kelakuan anak-anak muda tersebut kian membahayakan, sudah sepatutnya revisi terhadap UU Sistem Peradilan Pidana Anak. Inti revisi adalah penanganan hukum yang diperberat," tegasnya, melalui pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Selasa (26/12/2017).

Reza mencontohkan, sanksi bisa berupa kehadiran orangtua mereka selama proses hukum, atau kerja paksa/sosial sebagai pelengkap sanksi pidana.

"Bukan hanya aspek penjarahan barang, kepada anggota geng motor tersebut patut dicek tanda-tanda narkoba, hubungan seks tak aman di luar pernikahan, dan eskalasi tingkah laku kekerasan."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya