Polisi Gerebek Gudang Gas Oplosan di Tangerang

Sebanyak 1.300 tabung gas subsidi disita lantaran digunakan untuk mengoplos menjadi gas nonsubsidi ukuran 12 kg.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 02 Feb 2018, 15:11 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2018, 15:11 WIB
Pramita/Liputan6.com
Polisi menangkap pengoplos gas bersubsidi di Tangerang.

Liputan6.com, Tangerang - Polres Metro Tangerang menggerebek gudang pengoplos gas bersubsidi di Kampung Kandang Kambing Sepatan Tangerang, Jumat (2/2/2018). Sebanyak 1.300 tabung gas subsidi disita lantaran digunakan untuk mengoplos menjadi gas nonsubsidi ukuran 12 kg.

Kapolres Metro Tangerang Kombes Pol Harry Kurniawan mengatakan, gas bersubsidi tersebut digunakan sebagai bahan baku penyuntikan.

"Kami melakukan penindakan tegas terkait pengoplosan atau penimbunan bahan baku gas yang bersubsidi, dioplos, atau disuntik ke gas yang dijual secara normal," ujar Harry.

Dari lokasi yang sama, diamankan juga lima tersangka di mana salah satunya merupakan pemilik pabrik tersebut. Mereka berinisial CS (33), serta empat orang lainnya WP, MD, AF dan SH. Keempat karyawan inilah yang bertugas menyuntik gas subsidi ke nonsubsidi.

Harry merinci, ada 1.300 tabung ukuran 3 kg beserta alat untuk menyuntik.

"Yang 500 sudah terisi penuh yang 600 dalam proses pengisian, ditambah alat kegiatan untuk menyuntikan dan semua dalam keadaan siap disuntik," kata Kapolres Metro Tangerang Kombes Pol Harry Kurniawan.

 

Modus Terpisah

gas oplosan tangerang
Polri membongkar pabrik gas oplosan di Tangerang. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Modusnya sendiri, gas bersubsidi tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dimasukkan ke dalam tabung berukuran 12 kg. Tempat yang digerebek digunakan khusus penyuntikan, sementara gudang dan penjualannya berada di lokasi berbeda.

"Memang terpisah, sebab nantinya dijual ke masyarakat sendiri dengan harga normal," kata Harry.

Sementara untuk asal pembelian, Harry mengungkapkan masih akan melakukan penyelidikan. Sebab, sekali produksi pabrik tersebut dapat memproduksi 50 tabung dengan omzet mencapai Rp 50 juta perbulannya.

Warga setempat pun tidak ada yang merasa curiga dengan aktifitas pergudangan tersebut. Meski ada di permukiman padat penduduk, tidak pernah tercium bau gas dari lokasi pengoplosan, padahal penyuntikan gas dilakukan setiap hari.

"Kalau bau gas enggak pernah, tapi kalau bunyi kaya gas bocor gitu memang ada setiap abis magrib," ujar Sopyan, salah seorang warga setempat. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya