Kunjungi DDII, Kapolri: Saya Bukan Orang Baru di Sini

Kapolri Tito mengaku kerap mengunjungi DDII sejak tahun 1987, saat dirinya lulus dari akpol.

oleh Anendya Niervana diperbarui 08 Feb 2018, 05:27 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2018, 05:27 WIB
Kapolri Tito Karnavian
Kapolri Tito Karnavian

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersilaturahmi ke Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Jakarta Pusat. Dalam kunjungan tersebut, Tito mengungkapkan bahwa dirinya bukan orang baru di lingkaran DDII.

"Saya bukan orang baru di tempat ini," tegas Kapolri Tito usai pertemuan di kantor DDII, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu malam, 7 Februari 2018.

Ternyata Tito kerap mengunjungi DDII sejak tahun 1987, saat dirinya lulus dari akpol.

"Waktu dinas Letnan tahun 87 sampai tahun 92 di reserse di Polres Jakpus yang cuma 4 gedung dari sini," papar Tito.

Mantan Kapolda Papua ini selalu melaksanakan salat Jumat dan tarawih di Masjid Al Furqon di kawasan kantor DDII dalam kurun waktu 5 tahun tersebut.

"Jadi otomatis sudah jadi warga daripada DDI," imbuh Tito yang mengenakan baju koko putih serta peci.

Dalam pertemuan yang dimulai sekitar pukul 17.00 hingga 20.30 ini, Kapolri Tito menjumpai majelis ormas Islam terdiri dari 14 ormas dan aktif dalam kegiatan dakwah di Indonesia. Lulusan Akpol 1987 ini menegaskan bahwa pertemuannya itu merupakan bentuk silaturahmi.

 

Klarifikasi Pidato Tito

Kapolri Jenderal Tito Karnavian usai meresmikan SPN Polda Gorontalo
Kapolri Jenderal Tito Karnavian usai meresmikan SPN Polda Gorontalo (Liputan6.com/ Aldiansyah Mochammad Fachrurrozy)

Tito juga sempat mengklarifikasi pidatonya yang sempat menimbulkan polemik di kalangan ormas islam.

"Kemudian di antaranya yang kita diskusikan saya menjelaskan mengenai potongan video yang saya sampaikan dan viral," tutur Tito.

Ia pun bersyukur bahwa pimpinan ormas yang hadir dalam pertemuan memahami maksud ucapan Tito dalam pidatonya.

Apalagi menurut Tito, pidato yang disebarluaskan itu tidak secara utuh melainkan hanya sebagian ucapannya yang kemudian menimbulkan kontroversi.

"Kebetulan saja yang dipotong cuma itu dan itu kontekstual dalam kegiatan internal NU saat itu," terangnya.

"Saya tidak memiliki niat sedikit pun untuk menafikkan ormas-ormas Islam yang lain," kata Tito. Bahkan dirinya justru ingin bisa bersinergi dengan seluruh ormas Islam yang ada.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya