Citarum Perlahan Harum

Pola bertani yang selama ini dilakukan mengedepankan aspek ekonomi hasil pertanian, namun kali ini mengedepankan aspek ekologi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 26 Apr 2018, 13:01 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2018, 13:01 WIB
Tanam Bibit di Hulu Citarum, Prajurit Siliwangi Nginap di Barak
Ratusan prajurit Siliwangi dikerahkan untuk mengembalikan kondisi hulu Sungai Citarum ke semula. Petani wortel dan kentang juga dilibatkan. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) III Siliwangi, Kolonel Arh Desi Ariyanto mengatakan, progam 'Citarum Harum' yang digalakkan Presiden Jokowi, membuat masyarat di sekitar sungai terpanjang di Jawa Barat itu berubah dan mengedepankan tata lingkungan.

Dia menuturkan, kini masyarakat sudah mengubah pola hidup mereka demi merawat lingkungan tempat tinggal mereka. Di mana pola bertani yang selama ini dilakukan mengedepankan aspek ekonomi hasil pertanian, namun kali ini mengedepankan aspek ekologi.

"Permasalahan di hulu itu kan hutan gundul dan masyarakat kebanyakan kerja jadi buruh tani perkebunan kentang. Sekarang mereka sudah mulai sadar bahwa hal itu akan merugikan," ujar Desi dalam keterangannya, Rabu (25/4/2018).

Dia mengungkapkan, kini para petani di sekitar Citarum mulai menanam buah-buahan, kopi dan tanaman berbatang keras lainnya. Keinginan mengubah komoditas pertanian ini juga difasilitasi oleh Satgas Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Citarum dengan menyediakan bibit.

"Kita akomodir mereka ingin tanam apa. Misalnya buah-buahan, kita wadahin juga, siapkan bibitnya, dan sudah ribuan pohon ditanam. Jadi tidak nanam lagi sayuran yang tidak punya kekuatan ekologis atau menahan longsor," ungkap Desi.

Sungai Citarum saat dipenuhi sampah (dok. Kodam III/Siliwangi)

Dia menyadari, perubahan komoditas pertanian ini tidak akan langsung berdampak bagi lingkungan sekitar Citarum. Namun, satu langkah yang membuat para petani menjadi mandiri.

"Tapi ke depannya mereka sudah mandiri dalam bertani, dan setidaknya kini sudah tidak lagi jadi buruh," kata Desi.

Sementara itu, terkait limbah, masih kata dia, masyarakat sudah diedukasi, sehingga tumbuh kesadaran untuk tidak membuangnya sembarangan.

Hal ini sangat penting mengingat akhir tahun 2017, Tim Survei Kodam III Siliwangi mencatat sebanyak 20.462 ton sampah organik dan anorganik dibuang ke Sungai Citarum. Tinja manusia 35,5 ton per hari dan kotoran ternak 56 ton per hari.

Bahkan menurutnya, Satgas Citarum sudah menyediakan tempat pembuangan sampah (TPS) sementara di dekat permukiman warga.

"Kenapa banyak sampah di Citarum? Ternyata mereka bingung mau dibuang kemana. Tempat sampah penuh. Ini yang dibetulkan Satgas Citarum. Setelah sosialisasi, akhirnya di beberapa tempat dibuat TPS sementara," jelas Desi.

Untuk pengelolaan sampah sementara, lanjut dia, Satgas Citarum memberikan kepercayaan Babinkamtibnas dan Babinsa setempat menjadi penanggungjawab bank sampah.

"Bahkan Babinsa, Babinkamtibnas jadi direktur bank sampah," ujar Desi.

Bukan Perkara Mudah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyadari bahwa revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum bukanlah pekerjaan mudah yang dapat selesai hanya dalam hitungan hari, bulan, bahkan 1 atau 2 tahun.

Hal tersebut disampaikan Kepala Negara saat bertemu dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, penggiat lingkungan hidup di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada Kamis (22 Februari 2018).

“Sudah kita hitung bahwa pekerjaan besar ini dari hulu, tengah, sampai hilir akan diselesaikan Insyaallah dalam 7 tahun,” ucap Presiden.

Namun, Jokowi memastikan, pemerintah bergerak cepat dan langsung memulai pekerjaan besar tersebut. Revitalisasi DAS Citarum diharapkan sebagai momentum yang tepat untuk memperbaiki lingkungan, utamanya sungai-sungai yang ada di seluruh Indonesia.

Kondisi Sungai Citarum saat ini perlahan mulai bersih dari sampah (dok. Kodam III Siliwangi)

"Revitalisasi DAS Citarum ini akan kita buat contoh bagi DAS-DAS yang lain. Akan kita fotokopi di DAS Bengawan Solo, sungai Brantas, dan DAS lain," ungkap dia.

Selain pertumbuhan ekonomi, Jokowi juga berharap semakin banyak manfaat lain yang akan diperoleh masyarakat dari hasil revitalisasi DAS Citarum.

"Insyaallah sumber air Citarum ini akan bermanfaat bagi 27 juta penduduk, baik di Jawa Barat maupun DKI Jakarta," ucap Presiden.

Presiden menyatakan bahwa program revitalisasi DAS Citarum tersebut akan dilaksanakan secara terintegrasi oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, hingga pemerintah kabupaten dan kota. Salah satu yang telah terlaksana adalah pemberian lahan PTPN (PT Perkebunan Nusantara) sebesar 980 hektare untuk persemaian.

"Semua kementerian yang ada terlibat. Dan yang paling penting wilayah, Pangdam, Kapolda, semuanya juga ikut bersama-sama mengerjakan secara gotong royong untuk merehabilitasi wilayah DAS Citarum ini," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya