Liputan6.com, Jakarta - Rasa cinta dan rindu BJ Habibie kepada mendiang sang istri, Hasri Ainun Besari tetap besar. Presiden ke-3 Indonesia itu bahkan kerap menaruh jilbab Ainun di bawah bantalnya setiap tidur selepas wafatnya sang istri sewindu silam.
Jilbab tersebut punya sejarah. Kain tipis dengan warna putih gading, dengan beberapa bordir sepanjang sisinya merupakan hijab terakhir yang digunakan Ainun sebelum mengembuskan napas terakhir di Muenchen, Jerman.
"Ini tiap malam di bawah bantal saya, saya bungkus dan ini jilbab penghabisan dia pakai dan waktu dia sebagai jenazah di transport ini penutup wajahnya dan saya pakai," ujar BJ Habibie sambil menunjuk jilbab Ainun yang ia kalungkan, Selasa (22/5/2018).
Advertisement
Dia mengaku tak kuasa menahan rasa rindu. Namun ia menyadari pengobat rindu terampuh hanyalah doa.
Habibie menuturkan, setiap malam kerap membacakan surat Yasin khusus bagi sang istri dan ibundanya. "Saya berdoa. Saya baca Yasin tiap malam untuk dua orang. Untuk Ibu Ainun dan ibu yang melahirkan saya," kata BJ Habibie.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Puisi untuk Ainun
Hasri Ainun wafat di Muenchen, Jerman setelah berjuang melawan sakit kanker ovarium stadium lanjut. Wanita yang telah menikah dan menjadi teman hidup Habibie selama 48 tahun itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan.
Hingga saat ini Habibie masih rajin mengunjungi makam sang istri. Dari rutinitas itu pula terilhami puisi Ainun dan dibacakan saat pengajian haul ke-8 wafatnya Ainun.
Berikut puisi berjudul Ainun yang dibuat Habibie sebelum acara pengajian digelar.
Ainun
Ragamu ditaman Pahlawan bersama para pahlawan Bangsa Lainya
Jiwa, Roh, Batin dan Nuranimu telah menyatu dengan saya
Di mana ada Ainun ada Habibie, di mana ada Habibie ada Ainun
Tetap manunggal, menyatu dan tak terpisahkan lagi sepanjang masa
Bibit cinta Illahi, kami siram dengan kasih sayang, nilai imasn, takwa dan budaya.
Murni, suci, sejati sempurna dan abadi sepanjang masa.
Lindungilah kami dari segala godaan ganguan yang mencemari cinta kami
Perekat jiwa, roh, batin dan nurani, kami menjadi satu dan manunggal
Seribu hari, seribu tahun, seribu juta tahun Ainun dan Habibie
Mengatasi tantangan badai kehidupan, berlayar ke akhirat dimensi apa saja
Dipisahkan maut sewindu yang lalu, namun tetap manunggal sampai akhirat
Mengatasi segala tantangan dan perubahan bersama sesuai kehendakMU Allah SWT
Reporter: Yunita Amalia
Sumber: Merdeka.com
Advertisement