Tommy Soeharto: Partai Berkarya Tak Terjebak Nostalgia Masa Lalu

Ketua Umum Partai Berkarya Tommy Soeharto menuturkan, semangat dari Presiden ke 2 RI Soeharto adalah semangat yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jul 2018, 15:29 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2018, 15:29 WIB
20160915-Tommy-Soeharto-Ikut-Program-Tax-Amnesty-Jakarta-AY
Tommy Soeharto memperlihatkan laporan data aset kepada awak media di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Jakarta, Kamis (15/9). Kehadiran Tommy untuk mendaftarkan diri pada program pengampunan pajak (tax amnesty). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto mengatakan, partainya tidak terjebak pada nostalgia masa lalu. Justru, Partai Berkarya hadir membawa semangat perubahan, semangat perbaikan di segala bidang.

"Partai Berkarya bukanlah partai yang terjebak pada nostalgia masa lalu, seperti yang digembar-gemborkan pihak-pihak tertentu," ujar Ketua Umum Partai Berkarya Tommy Soeharto dalam sambutan acara pendidikan dan pelatihan (Diklat) calon legislatif (caleg) Partai Berkarya 2019, Minggu (22/7/2018).

Dia menuturkan, semangat dari Presiden ke 2 RI Soeharto adalah semangat yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 untuk membawa bangsa ini gemilang dan disegani. Presiden yang dijuluki Bapak Pembangunan itu juga merupakan panutan dalam banyak hal.

"Lantas mengapa kita tidak mengambil contoh yang baik yang telah berhasil dengan gemilang, lalu kita rumuskan konsep dan strategi yang lebih komprehensif sebagai energi baru untuk diterapkan pada masa ini," kata dia.

Dalam sambutan di Diklat Caleg Partai Berkarya, Tommy juga mengatakan, Indonesia sedang diuji dengan berbagai macam persoalan. Situasi dan kondisi yang sulit bagi rakyat, persoalan kedaulatan yang mempengaruhi ketahanan nasional harus segera diusahakan solusi dan pemecahannya. Bangsa Indonesia tidak boleh tergantung kepada asing, baik ekonomi, politik, termasuk kedaulatan pangan.

Dia mengatakan, pada tahun 1984 almarhum Soeharto dianugerahi sebuah medali bertuliskan "from rice importer to self sufficiency" dari Food and Agriculture Organization (FAO). Kemudian pada tahun 1986 dianugerah medali emas karena prestasinya itu, dan bahkan Indonesia pada saat itu memberikan bantuan bibit, beras dan bantuan teknik kepada negara-negara Afrika dan ASEAN.

"Pandangan almarhum yang visioner tersebut baru saya sadari, bahwa di masa ini dan masa depan, kedaulatan pangan akan menunjang kedaulatan bangsa. Krisis pangan dunia yang sedang kita hadapi bersama, akan menjadi alat bagi bangsa-bangsa lain untuk saling menguasai secara Geopolitik. Bangsa yang besar ini kini sedang dikepung oleh berbagai kekuatan yang akan mengikis keutuhan kita," kata Tommy.

Hanya Kejar Kekuasaan

Tommy menambahkan, hal tersebutkah yang sering dilupakan. Para politikus hanya berpikir untuk menang dan menguasai simpul-simpul kekuasaan.

"Kita hanya suka memimpin dan tidak mau dipimpin, kita lupa bekerjasama sebagai satu tubuh, lupa tentang gotong royong. Kita semua terbuai, hingga lupa makna dari keikhlasan, ikhlas untuk membangun bangsa dan negara dengan peran dan fungsi kita masing-masing sebagai putra-putri bangsa," dia menandaskan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya