Megawati: Hari Ibu Momentum Gerakan Politik Perempuan Indonesia

Megawati mengatakan, perhelatan ini mengingatkannya pada Kongres Perempuan I pada 22 hingga 25 Desember 1928, di Yogyakarta.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 18 Des 2018, 20:58 WIB
Diterbitkan 18 Des 2018, 20:58 WIB
Yusron Fahmi/Liputan6.com
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyatakan, Hari Ibu adalah hari bersejarah untuk merayakan gerakan politik perempuan Indonesia.

"Gerakan yang memperlihatkan bahwa sejak awal mula berdirinya bangsa ini, laki-laki dan perempuan memiliki kontribusi yang sama," ujar Megawati dalam peringatan Hari Ibu yang digelar Paguyuban Pimpinan Tinggi Perempuan Indonesia di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (18/12/2018).

Megawati mengatakan, perhelatan ini mengingatkannya pada Kongres Perempuan Pertama pada 22 hingga 25 Desember 1928, di Yogyakarta.

Pada masa penjajahan kolonial yang semua akses sangat sulit, 30 organisasi perempuan berkumpul, bermusyawarah dan bermufakat untuk terlibat aktif dalam merintis Indonesia Merdeka.

"Perempuan-perempuan pendiri bangsa tersebut, The Founding Mothers of Indonesia, mengusung gagasan tentang ‘Persatuan Perempuan Nusantara’," ujar Megawati.

Mereka memperjuangkan lahirnya kebijakan untuk pembangunan bangsa, seperti perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pelarangan usia dini pernikahan, masalah pendidikan bagi perempuan, termasuk kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan.

Atas penghargaan terhadap gerakan dan perjuangan kaum perempuan Indonesia, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Dekrit tersebut menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional.

"Jas Merah, kata Bung Karno. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah ! Hari Ibu tidak ditujukan untuk merayakan peran domestik perempuan," pungkas Megawati.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya