SMRC: Massa Pemilih Gerindra dan PKS Paling Menolak Jokowi Kembali Maju Capres

Survei SMRC mencatat, massa pemilih dari PDIP yaitu 66 persen mendukung Jokowi kembali maju sebagai capres 2024.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 20 Jun 2021, 15:53 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2021, 15:53 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kita tidak boleh menyepelekan yang namanya COVID-19 dalam pernyataannya pada Minggu, 2 Mei 2021. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyatakan, massa pemilih dari Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) paling menolak pencalonan kembali Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Pilpres 2024.

"Penolakan atas gagasan pencalonan kembali Jokowi sebagai capres berasal dari lintas pemilih partai, terutama dari massa pemilih Gerindra 78 persen dan PKS 78 persen," kata Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando saat memaparkan hasil survei secara daring, Minggu (20/6/2021).

Dia memaparkan, pada urutan ketiga ada massa pemilih Partai Demokrat sebanyak 71 persen dan massa pemilih Partai Golkar 54 persen, termasuk PKB ada 51 persen.

"Mereka menolak jika Jokowi dicalonkan kembali sebagai capres tiga peridoe," jelas Ade.

Ade menambahkan, jika pertanyaannya diubah dengan berapa banyak pendukung dari massa pemilih partai jika Jokowi maju kembali. Hasil survei mencatat, massa pemilih dari PDIP yaitu 66 persen mendukung Jokowi kembali maju sebagai capres.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Survei SMRC: 74 Persen Publik Ingin Masa Jabatan Presiden Tetap 2 Periode

Pelantikan Menteri Kabinet Indonesia Maju
Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto mendapat ucapan selamat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Negara Iriana seusai pelantikan Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menggelar survei opini publik mengenai amandemen presidensialisme dan DPD terkait perlukah masa jabatan presiden dua periode direvisi. Apa hasilnya?

Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando memaparkan, survei dengan total 1.220 responden ini menyatakan bahwa mayoritas suara tidak ingin masa jabatan presiden bisa lebih dari dua periode.

"Publik umumnya menghendaki agar masa jabatan presiden dua kali dipertahankan sebanyak 74 persen, 13 persen ingin diubah dan 13 persen tidak menyatakan sikapnya," kata Ade saat memaparkan hasil survei secara daring, Minggu (20/6/2021).

Ade mengatakan, ketidaksetujuan publik atas revisi masa jabatan presiden lebih dari dua periode ini juga diiringi dengan ketidaksetujuan jika Jokowi maju kembali sebanyak tiga periode.

"Sebanyak 52,9 persen publik tidak setuju Jokowi jadi capres ketiga kalinya, tapi yang setuju juga cukup tinggi sebanyak 40,2 persen, tapi tidak menjawab 6,9 persen," jelas Ade.

Berdasarkan hasil tersebut, Ade menyimpulkan 74 persen publik ingin masa jabatan presiden tetap dua periode. Namun demikian saat disodorkan nama Jokowi, pendukung antirevisi masa jabatan presiden dua periode terlihat goyah.

"Cukup banyak yang goyah, sehingga tidak lagi 74 persen yang menolak Jokowi kembali jadi calon meski yang menolak calon tetap mayoritas 52,9 persen. Jadi ada efek Jokowi terhadap efek publik," tandas Ade.

 2 dari 3 halaman Margin of errorSebagai informasi, survei ini dilakukan kepada responden berusia di usia 17 tahun ke atas. Margin of error rata-rata dari survei ini sebesar 3,05 persen pada tingkat kepercayaan sebanyak 95 persen.

Responden terpilih diwawancara lewat tatap muka, dengan quality control terhadap hasil wawancara dilakukan acak sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisi dengan mendatangi responden terpilih tersebut dan tidak ditemukan kesalahan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya