Survei LSI: Mayoritas Warga Cenderung Pilih Ekonomi Ketimbang Kesehatan

LSI juga menemukan bahwa sebagian besar publik berharap agar program semacam PPSB (termasuk PPKM Darurat) dihentikan.

oleh Yopi Makdori diperbarui 19 Jul 2021, 08:36 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2021, 08:36 WIB
Suasana Hari Pertama PPKM Darurat di Jakarta
Petugas kepolisian berjaga di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Sabtu (3/7/2021). Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat berlaku mulai hari ini Sabtu, 3 Juli sampai dengan 20 Juli 2021, untuk mengurangi penyebaran Covid-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyebut bahwa masyarakat Indonesia cenderung memilih untuk memprioritaskan ekonomi ketimbang kesehatan. Hal ini diketahui dari survei LSI dengan isi pertanyaan, "Sekarang ini, menurut Ibu/Bapak apakah pemerintah sebaiknya lebih memprioritaskan pada masalah kesehatan atau ekonomi?"

"Kalau kita lihat yang harus memprioritaskan kesehatan itu masih lebih sedikit dibandingkan memprioritaskan ekonomi. Tetapi angkanya tidak berbeda terlalu besar terutama di bulan Juni 2021 ini," ujar Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan dalam rilis hasil survei LSI melalui daring, Minggu (18/7/2021).

Djayadi mengungkap, temuan LSI sebanyak 50,7 persen responden memilih untuk memprioritaskan ekonomi pada masa pandemi Covid-19 ini. Sementara 46,2 persen responden menuntut agar pemerintah memprioritaskan kesehatan warganya. Sedangkan sisanya, 3,1 persen memilih bungkam.

Jika dibandingkan dengan September tahun lalu, temuannya berlawanan. Di mana pada saat itu mayoritas publik menganggap pemerintah mesti memprioritaskan kesehatan ketimbang perekonomian, yakni 60,5 persen banding 36,0 persen. Sedangkan 3,4 persen tidak menjawab.

LSI juga menemukan bahwa sebagian besar publik berharap agar program semacam PPSB (termasuk PPKM Darurat) dihentikan. Angkanya berada di 57 persen.

"Mayoritas merasa sudah cukup, harus dihentikan supaya ekonomi berjalan. Tetapi tetap juga banyak, 40-an persen menyatakan tetap harus dilanjutkan," papar Djayadi.

Menurut Djayadi, survei itu dilakukan pada 20-25 Juni 2021 dengan mewawancarai responden melalui telepon. Responden, kata Djayadi adalah mereka yang telah terpilih secara acak berdasarkan survei nasional yang dilakukan LSI sejak tiga tahun terakhir. Margin of error survei dipatok pada angka kurang lebih 2,88 persen.

"Ada 7.477 responden yang kami telepon dan yang berhasil diwawancarai itu ada 1.200 responden," jelasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Survei Melalui Telepon

Ia memastikan bahwa sampel survei terdistribusikan secara proporsional mulai dari segi gender, wilayah, usia, agama, dan juga etnis.

"Mungkin ada beberapa yang kurang proporsional karena survei melalui telepon misalnya soal tingkat pendidikan dan lainnya. Tapi secara umum sampel ini menggambarkan karakteristik populasi secara nasional," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya